Kenali Coronasomnia, Insomnia yang Terjadi Akibat COVID-19
"Jadi pada saat dia terinfeksi corona itu, pada saat sakit tuh mereka sudah mengalami gangguan tidur. Terutama biasanya pada orang-orang yang mungkin tidak menyangka ya kalau dia tuh bisa kena Covid," kata dr. Andri beberapa waktu dilansir dari Antara.
Dampak yang bisa ditimbulkan oleh COVID-19 tidak hanya menyerang fisik seseorang namun juga pada psikis. Hal ini bisa berupa terjadinya insomnia seperti yang dialami oleh sejumlah orang dan kondisi ini dikenal dengan nama "coronasomnia".
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa atau Psikiatri dr. Andri, Sp.KJ mengatakan gangguan tidur saat masa pandemi biasanya mulai dialami sejak seseorang terinfeksi COVID-19.
-
Apa saja jenis kata-kata bijak tentang insomnia? Kata-kata insomnia yang bijak bisa menjadi salah satu nasihat berguna. Ini akan membantu Anda terbebas dari masalah insomnia.
-
Apa saja masalah kesehatan yang bisa muncul jika insomnia terjadi dalam jangka panjang? Ketika masalah ini terjadi dalam jangka panjang, bakal muncul masalah pada kesehatanmu. Masalah yang mungkin muncul dalam jangka panjang berupa kecemasan, depresi, sakit kepala, radang sendi, serangan jantung, dan osteoporosis.
-
Apa yang dimaksud dengan insomnia? Insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan tidur, sulit mempertahankan tidur atau tidur yang tidak memadai dalam jangka waktu yang cukup.
-
Kenapa tidur siang bisa jadi tanda adanya masalah tidur? Meskipun tidur siang ini mungkin terasa baik untuk sementara, akan mengganggu kualitas tidur mereka di malam hari dan berpotensi meningkatkan risiko kanker.
-
Bagaimana cara mengatasi insomnia dengan menerima keadaan? Menerima semua hal apa adanya dengan lapang dada adalah kunci untuk mendapatkan ketenangan dan tidur lebih cepat. Tujuannya sederhana, yakni untuk menyadarkan diri sendiri tentang kejadian atau rencana yang terkadang tak bisa berjalan sepenuhnya sesuai rencana. Namun, itu semua hal yang wajar terjadi. Semua orang pun pasti mengalaminya. Jadi, tidak perlu terlalu dipikirkan atau justru membuat diri sendiri semakin sulit untuk tertidur. Sikap menerima dengan ikhlas akan membuat pikiran kamu lebih tenang dan damai, sehingga proses tidur pun akan terasa lebih mudah dan menyenangkan.
-
Bagaimana cara mengatasi kurang tidur? Untuk mencegah kurang tidur, Anda perlu menjaga pola tidur yang sehat dan teratur, menghindari hal-hal yang dapat mengganggu tidur, seperti kafein, alkohol, rokok, dan gadget, serta melakukan aktivitas fisik yang cukup dan teratur.
"Jadi pada saat dia terinfeksi corona itu, pada saat sakit tuh mereka sudah mengalami gangguan tidur. Terutama biasanya pada orang-orang yang mungkin tidak menyangka ya kalau dia tuh bisa kena Covid," kata dr. Andri beberapa waktu dilansir dari Antara.
Selain itu, dr. Andri juga menjelaskan bahwa gangguan tidur juga dapat dialami seseorang meski tidak terkena virus corona, biasanya karena mereka tidak menerima kondisi pandemi ini.
"Kayak ketakutan yang luar biasa akibat pemberitaan terkait Covid. Mungkin banyak yang mengatakan 'Oh ini bisa mati' bisa kenapa-napa. Itu salah satunya," jelasnya.
Coronasomnia juga bisa dialami orang-orang yang memang sudah memiliki riwayat gangguan kecemasan sebelumnya. Sehingga, gangguan kecemasan yang sudah ada akan memperparah kondisi seseorang.
Cara Mengatasinya
Untuk menangani gangguan ini, dr. Andri menjelaskan cara untuk menanganinya adalah dengan memberi bantuan dengan obat tidur. Kedua, psikiater pun akan membantu pola tidur menjadi lebih baik. Selain gangguan tidur, gangguan lainnya yang banyak dialami masyarakat di tengah pandemi ini adalah gangguan kecemasan.
"Paling banyak ya gangguan kecemasan ya. Jadi dari awal 2020 Maret itu sebenarnya pasien-pasien yang mengalami gangguan kecemasan itu dominan ya. Jadi cuma khawatir ada gejala-gejala batuk pilek, waduh jangan jangan COVID. Terus nanti ada sesak-sesak sedikit kecapekan, dikiranya COVID gitu ya," paparnya.
"Tapi kalau yang sekarang, enam bulan terakhir nih dari mulai Januari ya sebenarnya sampai sekitaran bulan Juni kemarin, itu yang paling banyak memang sudah kecemasan akibat kondisi COVID itu sendiri sudah berada di tengah-tengah mereka. Misalnya di keluarganya, bahkan kena juga sendiri gitu," sambungnya.
Melihat hal ini, dr. Andi berpendapat bahwa masalah gangguan kecemasan akibat COVID-19 ini kurang baik bagi kondisi masyarakat. Terlebih lagi jika seseorang memang memiliki riwayat gangguan kecemasan. Dr. Andri menyarankan, salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghindari gangguan-gangguan ini adalah dengan mengurangi asupan berita-berita negatif terkait COVID-19.
"Otak kita ini memang dari dulunya dirancang ya itu memang untuk merespon hal-hal negatif lebih baik daripada hal-hal positif," jelas dr. Andri.
"Jadi, kalau misalnya ada sesuatu yang positif, itu masuknya ke dalam otak tuh lebih lama gitu. Karena nanti selalu akan ada pikiran bagaimana kalau nggak begitu yang terjadi. Itu namanya negativity bisa ya kalau kita di dalam ilmu kedokteran jiwa bilangnya seperti itu," sambungnya.
Namun karena saat ini pemberitaan sudah ada dimana-mana seperti WhatsApp grup, media sosial, dan lain sebagainya, mungkin akan sedikit sulit bagi masyarakat untuk menghindari berita tersebut.
"Kalau enggak bisa, kasih waktu. Kalau misalnya mau melihat berita-berita itu persiapkan diri dulu. Misalnya dengan melakukan relaksasi, melakukan hal-hal yang menyenangkan. Atau misalnya membaca sesuatu yang baik seperti kitab suci," tuturnya.
Selain itu, dr.Andri juga menyarankan masyarakat untuk menerapkan beberapa hal lain yang menyehatkan. Sebaiknya kita tetap berolahraga dan lakukan aktivitas fisik di bawah sinar matahari serta mengonsumsi vitamin dan menyeimbangkannya dengan asupan makanan yang bergizi.
(mdk/RWP)