Ketersediaan Air Minum Bersih dan Sanitasi Jadi Kunci untuk Cegah Stunting
Pencegahan stunting bisa tergantung dari sejumlah faktor krusial seperti kestersediaan air minum serta sanitasi bersih.
Ketersediaan air minum bersih dan sanitasi yang layak menjadi faktor krusial dalam upaya pencegahan stunting di Indonesia. Stunting, yang merupakan kondisi anak tumbuh lebih pendek dari standar usianya akibat kekurangan gizi kronis, tidak hanya disebabkan oleh asupan makanan yang kurang bergizi, tetapi juga erat kaitannya dengan lingkungan hidup yang tidak sehat.
Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) dalam kajian ilmiah terbarunya mengungkapkan bahwa sanitasi yang buruk dan akses air bersih yang terbatas meningkatkan risiko stunting hingga 1,5 kali lebih besar. Kajian bertajuk “Memahami Stunting dari Inti” menyebutkan bahwa daerah dengan keterbatasan akses terhadap air bersih dan fasilitas sanitasi memiliki tingkat stunting yang lebih tinggi dibandingkan daerah dengan akses sanitasi yang baik.
-
Bagaimana cara meningkatkan asupan air agar kesehatan sendi terjaga? Tulang rawan sendi sebagian besar terdiri dari air. Asupan air yang cukup membantu membuat cairan sinovial di persendian. Cairan seperti gel ini melindungi tulang dari keausan. Secara umum, Anda tak perlu memaksakan diri dan harus minum saat merasa haus.
-
Kapan sebaiknya berkumur dengan air bersih? Sebelum kamu menyikat gigi, jangan lupa berkumur dengan air bersih.
-
Apa ciri-ciri udara yang bersih dan sehat? Udara bersih adalah udara yang mengandung beberapa jenis gas dengan komposisi yang normal.
-
Apa yang membuat selada air menjadi sayuran paling sehat? Selada air merupakan sayuran sehat dengan manfaat segudang dan disebut sebagai sayuran paling sehat.
-
Apa yang dilakukan Sulasmi untuk mendapatkan air bersih? Ia menabung air di bak berukuran 2x1 meter. Air tersebut diperoleh dari sumur-sumur di tengah sawah. Walau begitu, Sulasmi memperolehnya secara tidak mudah.
-
Apa yang dilakukan Kementerian PUPR untuk menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi? Keberhasilan Indonesia dalam mencapai kemajuan yang signifikan dalam pembangunan infrastruktur adalah untuk menjamin ketersediaan air bersih dan sanitasi bagi seluruh rakyat secara berkelanjutan. Upaya ini untuk menghadapi urbanisasi, perubahan iklim dan populasi yang terus meningkat.
Melalui analisis data dari keluarga berisiko stunting yang dikumpulkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), FKI menunjukkan pentingnya penanganan sanitasi dan ketersediaan air bersih dalam upaya pencegahan stunting yang lebih efektif.
Dampak Kualitas Air dan Sanitasi terhadap Stunting
Menurut Profesor Nila F. Moeloek, Direktur Eksekutif FKI, temuan ini menegaskan bahwa upaya pencegahan stunting tidak cukup hanya fokus pada intervensi gizi.
"Pencegahan stunting memang tidak bisa hanya fokus pada intervensi gizi semata, tetapi untuk jangka panjang, agar pencegahan stunting optimal maka sanitasi lingkungan dan akses air bersih juga harus mendapat fokus lebih,” ungkapnya.
Sanitasi yang buruk menyebabkan anak-anak lebih rentan terkena infeksi, seperti diare, yang berdampak buruk pada penyerapan nutrisi dalam tubuh mereka. Anak-anak yang sering mengalami infeksi seperti diare lebih mudah mengalami malnutrisi, yang kemudian memperburuk kondisi mereka dan meningkatkan risiko stunting.
"Itu sebabnya akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak sangat penting untuk memastikan anak-anak tumbuh sehat dan terbebas dari stunting," lanjut Nila, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI periode 2014-2019.
Tiga Faktor Kunci dalam Pencegahan Stunting
Kajian FKI juga mengidentifikasi tiga faktor utama yang harus menjadi prioritas untuk menurunkan prevalensi stunting secara signifikan di Indonesia. Faktor-faktor tersebut adalah:
Menurunkan anemia melalui skrining rutin, intervensi tablet tambah darah, serta pemberian nutrisi yang kaya zat besi.
Meningkatkan akses dan kualitas sanitasi serta air bersih agar masyarakat tidak hanya mendapatkan air minum yang aman, tetapi juga memiliki lingkungan yang mendukung kesehatan.
Peningkatan kualitas pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care/ANC) untuk memastikan ibu hamil mendapatkan perawatan yang memadai sejak awal kehamilan.
Menurut dr. Ray Wagiu Basrowi, salah satu peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang terlibat dalam kajian ini, anemia pada ibu hamil meningkatkan risiko stunting hingga 2,3 kali lebih besar. Oleh karena itu, skrining anemia di tingkat komunitas, posyandu, dan layanan kesehatan primer menjadi langkah penting dalam mencegah stunting secara berkelanjutan.
"Intervensi skrining anemia di komunitas, posyandu dan layanan primer, mengoptimalkan intake zat besi, baik itu tablet tambah darah maupun asupan nutrisi sumber protein dan zat besi harus jadi intervensi prioritas pada ibu hamil agar stunting bisa dicegah secara berkelanjutan,” papar Ray.
Dampak Stunting Bagi Masa Depan Indonesia
Stunting merupakan salah satu isu kesehatan yang paling serius di Indonesia. Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa sekitar 21,6 persen anak di bawah usia lima tahun di Indonesia masih mengalami stunting. Kondisi ini tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak, prestasi pendidikan, serta produktivitas ekonomi di masa depan.
Anak yang mengalami stunting berisiko menghadapi keterbatasan dalam aspek akademis dan sosial, yang pada gilirannya mengurangi peluang mereka untuk berkontribusi optimal bagi masyarakat dan perekonomian negara. Oleh karena itu, Nila Moeloek menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk memastikan bahwa setiap anak di Indonesia, termasuk di daerah terpencil, mendapatkan akses yang memadai terhadap air bersih dan sanitasi yang layak.
“Kami menyerukan kolaborasi lintas sektor yang lebih kuat, terutama di daerah-daerah terpencil, untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke air bersih dan sanitasi yang layak,” ujarnya.
Aksi Nyata untuk Perbaikan Sanitasi
Nila berharap hasil kajian ini dapat menjadi pemicu bagi pemerintah, organisasi masyarakat, dan sektor swasta untuk mempercepat implementasi kebijakan serta program yang memperbaiki kondisi sanitasi di seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, upaya pencegahan stunting dapat lebih efektif dan berkelanjutan.
Selain itu, upaya peningkatan skrining anemia dan pencegahan malnutrisi pada ibu hamil harus dioptimalkan melalui intervensi nutrisi yang tepat.
"Upaya terintegrasi ini diharapkan dapat memberikan hasil nyata dalam menurunkan prevalensi stunting dan menciptakan generasi mendatang yang lebih sehat dan produktif,” tutup Nila.
Dengan fokus yang lebih besar pada perbaikan sanitasi dan akses air bersih, Indonesia dapat lebih efektif dalam melawan stunting dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.