Pembesaran Kelenjar Getah Bening Jadi Ciri Khas Bedakan Mpox dengan Penyakit Lainnya
Bagi mereka yang mengalami Mpox, salah satu ciri khasnya adalah pembesaran pada kelenjar getah bening.
Mpox, yang disebabkan oleh virus Human Monkeypox, merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi perhatian serius di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Penyakit ini, yang pertama kali diidentifikasi di Afrika, memiliki beberapa gejala yang mirip dengan penyakit lain seperti cacar air dan campak. Namun, ada satu gejala khas yang membuat Mpox berbeda dan penting untuk dikenali sejak dini, yaitu pembesaran kelenjar getah bening.
Kelenjar getah bening yang membesar atau dikenal sebagai limfadenopati merupakan salah satu ciri paling menonjol dari Mpox. Dalam hal ini, dokter spesialis penyakit dalam subspesialis penyakit tropik infeksi RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Hadianti Adlani, menegaskan bahwa, “Salah satu ciri paling khas dari Mpox adalah adanya limfadenopati atau pembesaran kelenjar getah bening.
-
Apa saja gejala utama Mpox? Gejala utama Mpox serupa dengan cacar pada umumnya, yaitu demam, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, dan munculnya ruam pada kulit. Ruam ini biasanya mulai muncul di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan kaki. Selain itu, penyakit ini juga bisa menimbulkan komplikasi serius seperti pneumonia bahkan, dalam kasus yang parah, kematian.
-
Apa itu Mpox? Vaksinasi menjadi salah satu langkah utama dalam upaya pencegahan penyebaran penyakit, termasuk Mpox, yang belakangan ini menjadi perhatian global.
-
Bagaimana Mpox bisa dicegah dan ditangani di Indonesia? Menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, terdapat delapan langkah kunci yang harus dilakukan untuk mengatasi penyebaran Mpox di Indonesia. Langkah-langkah ini, jika diterapkan dengan baik, dapat menjadi senjata rahasia yang ampuh dalam menghentikan penyebaran penyakit ini.
-
Apa itu Mpox dan bagaimana cara mencegah penyebarannya? Dengan ancaman serius yang ditimbulkan oleh Mpox, Indonesia harus bersiap untuk mencegah penyebaran yang lebih luas. Penyakit yang dahulu hanya terbatas di wilayah Afrika ini kini telah menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk negara tetangga seperti Thailand. Dalam menghadapi situasi ini, langkah-langkah strategis harus segera diambil untuk melindungi masyarakat Indonesia dari wabah yang berpotensi mengancam ini.
-
Bagaimana Mpox menular? Mpox disebabkan oleh virus yang ditularkan ke manusia melalui hewan yang terinfeksi, namun juga dapat ditularkan dari manusia ke manusia melalui kontak fisik yang dekat.
Kemungkinan kematian dari penyakit Mpox berkisar antara 3-6 persen.” Ciri ini menjadi pembeda penting yang dapat membantu dokter dan tenaga medis membedakan Mpox dari penyakit lain yang juga menimbulkan ruam dan demam.
Perbedaan Gejala Mpox dengan Penyakit Lainnya
Meskipun Mpox sering kali dibandingkan dengan penyakit seperti cacar air dan campak karena kemiripan gejalanya, perbedaan mendasar tetap ada. Pada pasien cacar air, misalnya, demam yang dialami bisa mencapai 39 derajat Celsius dengan ruam yang muncul pada hari pertama hingga kedua infeksi.
Ruam ini berkembang dari makula, papula, vesikel-pustul, hingga diakhiri dengan pustul dan krusta. Ciri khas lainnya adalah ruam yang sangat gatal. Meskipun cacar air sangat jarang menyebabkan kematian, gejalanya cukup mengganggu dan memerlukan perawatan khusus.
Berbeda lagi dengan campak. Pada pasien campak, demam tinggi yang dialami bisa mencapai 40,5 derajat Celsius dengan ruam yang biasanya muncul setelah hari kedua hingga keempat. Ruam pada campak sering kali dimulai dari kepala dan kemudian menyebar ke tangan dan kaki.
Ciri khas campak yang lain adalah munculnya bercak putih di area mulut yang dikenal sebagai koplik spots. Meskipun risiko kematian akibat campak tergantung pada kondisi masing-masing pasien, gejala ini cukup serius dan perlu penanganan segera.
Namun, selain cacar air dan campak, ada juga penyakit lain yang dapat menimbulkan ruam pada kulit, seperti infeksi bakteri, scabies, sifilis, atau bahkan alergi terhadap obat-obatan.
Oleh karena itu, Hadianti menyarankan agar, “Jika mengalami demam dan melihat adanya ruam yang muncul, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam subspesialis penyakit tropik infeksi sehingga mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.”
Konfirmasi Diagnosis Mpox Melalui Pemeriksaan Laboratorium
Untuk memastikan apakah gejala yang muncul adalah akibat Mpox atau penyakit lain, diperlukan konfirmasi melalui pemeriksaan laboratorium. Salah satu metode yang digunakan adalah uji Polymerase Chain Reaction (PCR), yang dilakukan pada spesimen swab tonsilar, swab nasofaringeal, cairan lesi, dan serum. Ini merupakan langkah penting untuk mendapatkan diagnosis yang akurat dan tepat.
“Jika seseorang dicurigai mengalami gejala Mpox, sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam subspesialis penyakit tropik infeksi. Pasien juga sebaiknya segera ke dokter jika pernah kontak dengan darah, cairan tubuh, dan lesi kulit atau mukosa hewan atau manusia yang terinfeksi penyakit ini,” lanjut Hadianti.
Langkah ini sangat penting, terutama jika pasien memiliki riwayat perjalanan ke negara endemik seperti Afrika Barat dan Afrika Tengah, atau pernah melakukan kontak dengan seseorang dari daerah tersebut.
Jika hasil laboratorium menunjukkan bahwa pasien terinfeksi Mpox, langkah selanjutnya adalah merujuk pasien ke ruang isolasi khusus yang bertekanan negatif. Tujuannya adalah untuk mencegah penularan virus dari manusia ke manusia. Selama diisolasi, pasien akan mendapatkan perawatan dan terapi yang bersifat simtomatis dan suportif hingga pasien membaik atau daya tularnya menghilang.