4 Bulan Setelah Wabah Mpox, Puluhan Orang Tewas Akibat Penyakit Misterius di Kongo
Penyakit ini terutama menyerang anak-anak di bawah 14 tahun dengan pasien berusia 5 tahun paling banyak.
Hanya empat bulan setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah Mpox di Kongo sebagai situasi darurat global, kini muncul penyakit misterius baru di negara Afrika itu yang telah menewaskan puluhan orang.
Penyakit misterius mirip flu itu menimbulkan ketakutan di antara banyak warga Kongo.
Menteri Kesehatan Kongo Roger Kamba mengatakan wabah ini tercatat pertama kali pada bulan Oktober dengan sebagian besar kasus dan kematian terjadi pada anak-anak di bawah usia 14 tahun dengan anak-anak di bawah usia 5 tahun menjadi pasien terbanyak .
Terdapat laporan 514 laporan kasus penyakit yang tidak terdiagnosis antara 24 Oktober hingga 11 Desember di delapan dari 30 area kesehatan di Panzi, menurut otoritas kesehatan setempat.
Penyakit misterius ini pertama kali muncul di Panzi. WHO yang telah mengirim para ahli ke wilayah tersebut mengatakan lebih dari 30 orang telah meninggal akibat penyakit tersebut dan ada 44 kematian lainnya yang tercatat di komunitas terpencil di Panzi, kata Kamba.
Mirip Flu
"Gejalanya mirip flu. Pasien menderita demam tinggi, sakit kepala, batuk, pilek, dan nyeri," kata Serges Zenga, seorang dokter yang bertugas di zona kesehatan Kenge, dekat Panzi, seperti dilansir Aljazeera, Senin (16/12).
Terpencilnya area pusat wabah dan minimnya infrastruktur menyulitkan proses diagnosis wabah ini. Kasus kekurangan gizi juga memperburuk penyakit ini pada beberapa anak.
"Kami tidak punya peralatan resusitasi seperti kondensor oksigen, kami tidak punya pusat perawatan dan fasilitas isolasi, dan kami bahkan tidak punya listrik, ada kelangkaan alat komunikasi dan internet," kata Dr. Rufin Mukuwa, seorang dokter di rumah sakit rujukan umum Panzi, kepada Aljazeera.
Ketakutan dan seruan pencegahan
Kekhawatiran mulai muncul di sekitar wilayah Panzi, anggota dewan setempat di Kenge Prosper Kiswemba mengatakan pengambilan sampel suhu dan pemasangan tempat cuci tangan di sepanjang jalan perlu diperkuat.
Sementara itu, seorang ahli kesehatan mengungkapkan kekhawatirannya penyakit ini berhubungan dengan satwa liar. Meski begitu, belum ada penjelasan lebih lanjut. Demi keselamatan masyarakat harus diperingatkan untuk menghindari kontak dengan satwa liar.
Bersamaan dengan menyebarnya penyakit misterius ini, pasien di zona kesehatan Panzi juga menderita sejumlah penyakit lain, termasuk demam tifoid dan campak.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, daerah tersebut memiliki tingkat kekurangan gizi yang tinggi dan cakupan vaksinasi yang rendah, yang berarti anak-anak rentan terhadap berbagai penyakit.
Reporter Magang: Elma Pinkan Yulianti