WHO Terjunkan Tim Ahli Selidiki Penyakit Misterius di Kongo, Bakal Jadi Pandemi?
Misi ini guna menyelidiki penyakit misterius yang belum terdiagnosis terkait dengan banyak kematian di daerah terpencil di negara tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengerahkan tim para ahli untuk mendukung otoritas kesehatan di Republik Demokratik Kongo.
Misi ini guna menyelidiki penyakit misterius yang belum terdiagnosis terkait dengan banyak kematian di daerah terpencil di negara tersebut.
Direktur Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti, mengatakan, para ahli WHO sedang dalam perjalanan ke Panzi, sebuah daerah di provinsi Kwango barat daya. Di mana mereka akan mengirimkan obat-obatan penting dan perlengkapan diagnostik untuk membantu menganalisis penyebab penyakit tersebut.
"Prioritas kami adalah memberikan dukungan efektif kepada keluarga dan masyarakat yang terdampak," kata Matshidiso Moeti dilansir melalui Reuters, Jumat (13/12).
Selain itu, WHO juga dengan melakukan uji laboratorium untuk menentukan penyebab penyakit misterius yang melanda Kongo tersebut. WHO berjanji akan segera membagikan informasi lebih lanjut begitu tersedia.
"Semua upaya tengah dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab penyakit, memahami cara penularannya, dan memastikan respons yang tepat secepat mungkin," imbuhnya.
WHO mengatakan 394 kasus dan 30 kematian telah dilaporkan sejauh ini di zona kesehatan Panzi, mengutip data dari Kementerian Kesehatan Masyarakat.
Awal minggu ini, otoritas setempat mengatakan penyakit yang tidak diketahui telah menewaskan 143 orang di wilayah tersebut pada bulan November.
Gejala penyakit tersebut meliputi sakit kepala, batuk, demam, kesulitan bernapas, dan anemia, menurut WHO.
Penyakit Misterius di Kongo
Penyakit misterius menginfeksi wilayah Republik Demokratik Kongo (DRC). Penyakit ini dikategorikan sebagai misterius karena belum terdiagnosis, dan pejabat kesehatan setempat masih melakukan penyelidikan terhadap penyakit yang mematikan ini.
Sejak laporan pertama kali muncul pada akhir Oktober, hampir 400 kasus telah tercatat, dengan puluhan orang dilaporkan meninggal dunia. Data ini disampaikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika (Africa CDC) serta badan kesehatan masyarakat Uni Afrika.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengonfirmasi bahwa mereka telah menerima laporan mengenai situasi tersebut dan sedang bekerja sama dengan pihak berwenang di Kongo untuk menyelidiki asal-usul penyakit ini.
"WHO bekerja sama dengan otoritas nasional untuk menindaklanjuti laporan penyakit yang tidak teridentifikasi dan untuk memahami situasinya," ujar badan kesehatan global tersebut dalam pernyataannya kepada ABC News.
"Kami telah mengirim tim ke daerah tersebut untuk mengumpulkan sampel untuk penyelidikan laboratorium," lanjut mereka, seperti yang dilaporkan oleh ABC News ditulis Liputan6.com
Menurut Africa CDC, penyakit ini pertama kali terdeteksi di daerah terpencil di provinsi Kwango, yang terletak di barat daya DRC, dekat perbatasan Angola.
Kasus pertama tercatat pada tanggal 24 Oktober, di mana pasien menunjukkan gejala mirip flu, seperti demam, sakit kepala, batuk, kesulitan bernapas, dan juga anemia, sebagaimana dijelaskan oleh Africa CDC dalam konferensi pers yang diadakan pada hari Kamis.