Punya Anak Rewel Bisa Buat Bayi Rentan Alami Depresi
Memiliki bayi yang rewel tak hanya bisa mempengaruhi kualitas tidur seorang ibu saja. Hal ini bahkan juga disebut dapat meningkatkan risiko depresi yang dimiliki oleh ibu tersebut. Sebuah penelitian mengungkap bahwa perilaku rewel ini ketika dipadukan dengan kelahiran prematur dapat mempengaruhi mood seorang ibu baru.
Memiliki bayi yang rewel tak hanya bisa mempengaruhi kualitas tidur seorang ibu saja. Hal ini bahkan juga disebut dapat meningkatkan risiko depresi yang dimiliki oleh ibu tersebut.
Dilansir dari Health24, sebuah penelitian mengungkap bahwa perilaku rewel ini ketika dipadukan dengan kelahiran prematur dapat mempengaruhi mood seorang ibu baru.
-
Kapan ibu biasanya merasa stres? Para ibu kerap kewalahan banyaknya tugas dan tanggung jawab membuat. Dalam sehari saja, ibu harus mengurus keperluan rumah tangga, membimbing anak, hingga mengerjakan tugas-tugasnya sebagai pekerja.
-
Bagaimana depresi situasional terjadi? Depresi situasional adalah contoh depresi yang tidak menentu. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi. Gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres.
-
Kapan baby blues biasanya dialami oleh ibu? Baby blues dapat dialami oleh seorang ibu selama beberapa hari hingga dua minggu. Jadi ibu tidak perlu menjaga jarak dengan anak di luar waktu pemberian ASI," kata Vera dilansir dari Antara. Gejala baby blues dapat muncul satu hingga lima hari setelah melahirkan dan biasanya mereda dalam waktu 10 hari.
-
Siapa saja ibu hamil yang rentan mengalami mual dan muntah berlebihan? Selain disebabkan oleh faktor hormonal, ada juga beberapa kondisi pada ibu hamil yang rentan mengalami mual dan muntah berlebihan. Misalnya pada perempuan yang menjalani kehamilan pertama, hamil anak perempuan atau kembar, punya riwayat hiperemesis gravidarum, obesitas saat hamil, atau mengalami hamil anggur.
-
Apa saja tanda dari depresi terselubung? Berikut sejumlah tanda depresi terselubung yang penting untuk segera dikenali: Perubahan Kepribadian Orang dengan depresi terselubung mungkin menjadi lebih pendiam, pasif, atau tidak peduli pada hal-hal yang penting bagi mereka. Mereka juga bisa menjadi lebih mudah tersinggung atau marah. Perubahan Pola Makan dan Tidur Depresi terselubung bisa memengaruhi pola makan dan tidur seseorang. Mereka bisa kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan. Gangguan tidur seperti insomnia atau hipersomnia juga sering terjadi. Perubahan Interaksi Sosial dan Produktivitas Kehilangan Minat pada Hobi dan Kegiatan Orang dengan depresi terselubung sering kali kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang mereka nikmati. Mereka bisa berhenti melakukan aktivitas yang biasanya membuat mereka bahagia. Bercanda tentang Hal-hal Negatif Mereka mungkin sering bercanda tentang topik yang berkaitan dengan depresi, seperti kematian atau bunuh diri. Ini bisa menjadi cara mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka atau mencari perhatian.
-
Siapa yang bisa mengalami depresi terselubung? Ada beberapa orang yang mencoba menyembunyikan atau menyangkal perasaan depresinya, baik karena malu, takut, atau tidak menyadari kondisinya. Orang-orang ini disebut mengalami depresi terselubung, yaitu depresi yang tidak tampak secara luar, tetapi tetap berdampak negatif pada diri mereka.
"Kamu menemukan bahwa risiko depresi maternal dibedakan oleh usia kehamilan serta kerewelan bayinya," jelas peneliti, Dr. Prachi Shah dari University of Michigan's C.S. Mott Children's Hospital di Ann Arbor.
Untuk penelitian ini, peneliti melihat kondisi dari 8.200 anak lebih di Amerika Serikat dan ibu mereka. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa ibu dari orang tua prematur dengan balita rewel (lahir pada minggu ke-24 hingga 31 kehamilan) memiliki kemungkinan dua kali lipat mengalami gejala depresi sedang dibanding orangtua anak prematur yang balitanya mudah ditenangkan.
Walau begitu, terdapat sebuah yang hal cukup mengejutkan mengenai waktu kelahiran dan tingkat kerewelan anak ini.
"Orangtua dari anak rewel yang lahir tepat waktu dan secara normal cenderung lebih mudah mengalami sejumlah kesulitan yang berhubungan dengan depresi maternal dibanding orangtua dari balita rewel yang lahir lebih prematur," ujar Shah.
Di antara ibu yang bayinya lahir antara 32 hungga 36 minggu mengandung dan ibu yang anaknya lahir dalam waktu tepat, terdapat sebuah perbedaan. Mereka yang memiliki bayi rewel cenderung dua kali lipat lebih mudah mengalami gejala depresi dibanding dengan yang memiliki anak tak rewel.
"Hasil temuan ini mendukung bahwa semua ibu yang merawat bayi dengan temperamen lebih sulit mungkin membutuhkan bantuan lebih untuk mengatasi masalah emosional," jelas Shah.
Masalah bayi rewel ini dianggap oleh Shah tidak boleh dianggap sebelah mata. Dia menyebut bahwa membutuhkan perhatian lebih mengenai hal ini.
"Dokter anak dan pihak yang bertanggungjawab harus memperhatikan lebih lanjut pada ibu yang kesulitan untuk menenangkan bayi mereka," ujar Shah.
"Intervensi dini mungkin membantu mengurangi risiko depresi maternal yang mempengaruhi secara negatif hubungan anak dan orangtua yang dapat membahayakan kesehatan baik pada ibu dan anak," tandasnya.
Baca juga:
5 Hal yang Harus Diketahui untuk Menghindari Depresi Pasca Kelahiran pada Ayah
4 Cara Menghindari Munculnya Trauma Berkepanjangan pada Diri Seseorang
5 Masalah Kesehatan yang Bisa Mengganggu Kehidupan Seksmu
Datangnya Musim Hujan Bisa Buat Suasana Hatimu Jadi Murung