Stimulasi Cegah Anak Terlambat Bicara Penting Dilakukan, Terutama untuk Dijauhkan dari Gawai
Stimulasi berbicara bagi anak penting dilakukan untuk mencegah terjadinya speech delay.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menekankan pentingnya stimulasi yang dilakukan oleh orang tua untuk mencegah keterlambatan bicara pada anak (speech delay). Stimulasi yang tepat dapat memberikan dampak signifikan terhadap perkembangan kemampuan berbicara anak, terutama pada fase perkembangan otak yang paling penting.
"Diberikan stimulasi secara langsung oleh orang tuanya atau caregiver, diajak ngobrol untuk mengasah kemampuan agar tidak mengalami speech delay," kata Ketua Pengurus Pusat IDAI, Dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), dilansir dari Antara. Piprim menekankan bahwa pola pengasuhan yang optimal—yang mencakup asah, asih, dan asuh—adalah kunci penting dalam memastikan anak tumbuh dan berkembang sesuai usia, termasuk kemampuan berbicara.
-
Bagaimana orang tua bisa membantu anak mengatasi speech delay? Meskipun speech delay dapat menimbulkan keprihatinan, ada langkah-langkah yang dapat diambil oleh orangtua untuk membantu anak mengatasi masalah ini.
-
Mengapa speech delay bisa berdampak buruk untuk perkembangan anak? Ketika kondisi speech delay tidak ditangani dengan baik, dapat menyebabkan dampak jangka panjang yang signifikan pada perkembangan anak.
-
Apa saja redflag anak mengalami speech delay? Berikut adalah beberapa redflag yang dapat membantu orangtua mendeteksi apakah anak mereka mengalami speech delay.
-
Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk membantu anak berbicara? Cara pertama dan paling penting untuk membantu anak berbicara adalah dengan mengajaknya berbicara sejak bayi.
-
Siapa yang paling berisiko mengalami speech delay? Meski umum terjadi pada tahap perkembangan balita, kondisi ini memerlukan perhatian khusus dari orangtua.
-
Siapa yang memiliki tanggung jawab untuk membantu anak mengembangkan kemampuan berbicaranya? Orang tua memiliki tanggung jawab besar untuk membantu anak mengembangkan potensi berbicaranya sejak dini.
Stimulasi dalam konteks ini merujuk pada rangsangan verbal yang diberikan kepada anak setiap hari, seperti mengajak anak berbicara menggunakan kata-kata sederhana. Hal ini membantu mereka terbiasa mendengar dan mulai belajar berbicara.
“Asah kemampuan bicara anak dengan menstimulasi menggunakan kata-kata sederhana setiap hari agar anak terbiasa untuk mendengar dan belajar berbicara,” ujar Piprim.
Namun, Piprim juga mengingatkan agar orang tua tidak bergantung pada penggunaan gawai (gadget) dalam interaksi sehari-hari.
"Jangan sampai anak dilimpahkan pada gawai. Memang anak jadi anteng dan orang tua tidak diganggu, tetapi ini sangat berpengaruh pada perkembangannya serta aspek negatif lainnya pada anak-anak," lanjutnya.
Bahaya Gawai bagi Perkembangan Bicara Anak
Penggunaan gawai yang berlebihan bisa menyebabkan anak kehilangan interaksi sosial yang penting dengan orang tua, yang merupakan komponen kunci dalam perkembangan kemampuan bicara. Ketika anak lebih banyak terpapar pada layar, mereka cenderung kurang menerima stimulasi verbal yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara dan berkomunikasi. Dalam hal ini, interaksi langsung dengan orang tua dan pengasuh, seperti berbicara, bermain, atau membaca bersama, jauh lebih efektif.
Dr. Fitri Hartanto, Sp.A(K), dari Unit Kerja Koordinasi Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial IDAI, menambahkan bahwa fase 1000 hari pertama kehidupan anak adalah periode krusial untuk perkembangan otak. Pada periode ini, otak anak mengalami pertumbuhan pesat, mencapai hingga 80 persen pada usia dua tahun.
“Fase ini memicu bagaimana anak akan menyikapi lingkungannya dengan melihat apa yang akan digunakan untuk berkomunikasi,” jelas Fitri.
Oleh karena itu, stimulasi yang diberikan pada masa ini sangat penting, dan harus dilakukan dengan cara yang tepat, seperti menggunakan kata-kata sederhana dan sering berinteraksi tanpa melibatkan media elektronik. Fitri mengingatkan bahwa penggunaan gawai yang berlebihan bisa menghambat proses ini, karena anak cenderung lebih fokus pada layar daripada mendengarkan dan berinteraksi secara langsung.
Tahapan Stimulasi Bicara
Stimulasi bicara sebaiknya dimulai sejak dini, melalui tahapan pengenalan, pemahaman, dan pengucapan. Menurut Fitri, tahap pengenalan dapat dilakukan dengan melibatkan reseptor sensorik seperti pendengaran, penglihatan, dan perabaan.
“Lakukan stimulasi dengan interaksi untuk membuat anak belajar bahasa tanpa menggunakan alat media elektronik saat memberikan pembelajaran,” tambahnya. Dengan mengurangi ketergantungan pada gawai dan meningkatkan interaksi langsung, anak dapat lebih fokus dalam belajar berbicara.
Selain itu, orang tua juga harus terus memantau perkembangan kemampuan bicara anak. Jika pada usia tertentu anak belum menunjukkan kemampuan yang seharusnya, segera konsultasikan dengan ahli untuk mendapatkan intervensi yang tepat.