Ternyata, penggunaan sepatu flat juga membahayakan kesehatan
Inilah bahaya kesehatan yang bisa terjadi karena penggunaan sepatu datar
Wanita merupakan makhluk yang selalu memperhatikan penampilan. Mereka ingin terlihat gaya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Mereka juga selalu bisa menemukan cara untuk terlihat lebih stylish. Contohnya ketika mereka lelah menggunakan sepatu hak tinggi, maka mereka kana memilih untuk menggunakan sepatu flat atau sepatu datar.
Banyak wanita yang beranggapan bahwa sepatu flat tidak menyimpan bahaya kesehatan. Namun nyatanya sebuah penelitian yang dilansir dari dailymail.co.uk menemukan bahwa pemakaian sepatu flat juga bisa mengundang bahaya kesehatan.
"Tanpa disadari, penggunaan sepatu flat bisa menimbulkan bahaya kesehatan jika dipakai dalam jangka waktu panjang. Para chiropodists menemukan bahwa sepatu flat seringkali terasa ketat dan bisa merusak susunan otot lutut, memutar pergelangan kaki, serta menimbulkan ketegangan di tendon," terang Mike O’Neill, konsultan di Society of Chiropodists and Podiatrists, Inggris. "Sedangkan podiatris juga mengemukakan bahwa akhir-akhir ini banyak wanita yang terkena plantar fasciitis, kondisi di mana kaki Anda terasa sangat sakit yang terjadi karena peradangan pada jaringan pita tebal yang membentang di antara tumit dan lengkungan kaki."
"Mengenakan sepatu yang datar dan ketat justru akan membuat kaki Anda semakin tertekan. Lengkungan kaki Anda tidak bisa menahan beban yang terlalu berat. Namun ketika Anda mengenakan sepatu flat, bagian dari kaki ini menerima beban yang sama dengan tumit kaki," ujar Cyril Rauch, peneliti dari University of Nottingham menambahkan. "Hal ini ditambah lagi dengan risiko kuku yang tumbuh ke dalam atau kaki kapalan yang biasanya terjadi pada pemakai sepatu datar."
"Oleh karena itulah kami menyarankan Anda agar memakai sepatu yang nyaman dan tidak terlalu datar. Setidaknya ada hak kecil setinggi 3 cm di sepatu yang akan Anda kenakan. Sebab sepatu jenis ini justru tidak membahayakan kesehatan Anda," saran Rauch.
Baca juga:
5 Penyakit ini merupakan tanda gusi bermasalah
Cuci celana jins setelah 5 kali dipakai
12 Hal mengerikan yang terjadi pada tubuh saat kekurangan vitamin D
-
Kenapa kesehatan lidah penting? Seiring dengan fungsinya yang kompleks, kesehatan lidah dapat mencerminkan kondisi keseluruhan dari kesehatan seseorang. Perubahan warna, tekstur, atau adanya gejala seperti luka, bintik, atau pembengkakan pada lidah bisa menjadi tanda awal masalah kesehatan yang lebih serius.
-
Mengapa Ki Hajar Dewantara menekankan pentingnya jiwa merdeka bagi peserta didik? Maka dari itu, diharapkan seorang peserta didik harus memiliki jiwa yang merdeka, dalam artian merdeka secara lahir batin serta tenaganya. Dalam hal ini Ki Hajar Dewantara memiliki istilah sistem among, yaitu melarang adanya hukuman dan paksaan kepada anak didik karena akan mematahkan jiwa merdeka serta mematikan kreativitasnya.
-
Apa yang diungkap oleh Wakil Menteri Kesehatan? Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengungkap saat ini 300 perundungan di sekolah spesialis kedokteran. Hasil itu berdasarkan hasil investigasi Kemenkes di Universitas Diponegoro, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara dan Universitas Sriwijaya.
-
Siapa yang memimpin penelitian tentang mumi perempuan yang menjerit? Pemeriksaan menunjukkan perempuan itu berusia sekitar 48 tahun saat meninggal. Dia menderita radang sendi ringan di tulang belakang, dan kehilangan beberapa gigi, kata profesor radiologi Universitas Kairo Sahar Saleem, yang memimpin penelitian ini.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Siapa saja yang terlibat dalam penelitian tentang dampak merokok terhadap kesehatan remaja? Studi yang dipresentasikan dalam Kongres European Respiratory Society (ERS) di Wina, Austria, menunjukkan bahwa merokok sejak remaja meningkatkan risiko masalah pernapasan, seperti mengi dan produksi dahak, saat mencapai usia 20-an.