Waspadai Konsumsi Antibiotik Sembarangan, Ketahui Dampak Mengerikan dari Meminumnya secara Sembarangan
Fakta Mengejutkan tentang Antibiotik, Salah Minum Bisa Memicu Superbug! Dampak Mengerikan Mengintai Kesehatan
Antibiotik sering dianggap sebagai 'penyelamat' saat tubuh terinfeksi bakteri. Namun, apakah kamu sadar bahwa penggunaan antibiotik secara sembarangan dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius? Salah satu konsekuensi paling menakutkan dari penggunaan antibiotik yang tidak tepat adalah munculnya bakteri yang resisten atau kebal terhadap pengobatan. Jika hal ini terjadi, proses penyembuhan akan menjadi jauh lebih sulit dan infeksi bisa menjadi semakin berbahaya.
Apa yang Dimaksud dengan Resistensi Antibiotik?
Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri dalam tubuh tidak dapat lagi diobati dengan antibiotik yang biasanya efektif. Menurut dr. Mohammad Syahril, Sp.P, MPH, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), salah satu penyebab kondisi ini adalah penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan petunjuk. Contohnya, mengonsumsi antibiotik tanpa resep dokter, menggunakan dosis yang salah, atau tidak menyelesaikan pengobatan sesuai waktu yang ditentukan.
-
Siapa yang menemukan antibiotik? Antibiotik pertama kali ditemukan oleh Alexander Fleming pada tahun 1928 yang membawa perubahan besar pada dunia kesehatan saat itu.
-
Bagaimana antibiotik bekerja untuk mengobati infeksi? Saat sistem imun tidak dapat menangkal bakteri yang masuk dan berkembang biak di dalam tubuh, inilah waktu yang tepat untuk minum antibiotik. Obat tersebut akan bekerja untuk menghancurkan bakteri.
-
Kenapa antibiotik harus dihabiskan? Bakteri penyebab penyakit tersebut belum tentu hilang sepenuhnya meskipun saat gejala sudah menghilang. Minum antibiotik sampai habis juga bisa mencegah resistensi bakteri atau bakteri yang jadi kebal terhadap obat-obatan tersebut. Jadi, penyakit bisa benar-benar sembuh dan infeksi pun tidak datang kembali.
-
Kenapa kandungan antibiotik di Sungai Code tinggi? Ia menjelaskan kandungan antibiotic di lingkungan Sungai Code terakumulasi dari banyak sumber mulai dari limbah rumah sakit, limbah kimia, dan limbah peternakan.
-
Bagaimana cara mencegah resistensi antimikroba? Gunakan antibiotik hanya ketika diresepkan oleh dokter dan ikuti petunjuk penggunaan dengan benar terkait dosis serta durasi pengobatan. Jangan menggunakan antibiotik yang dibeli tanpa resep atau sisa obat dari perawatan sebelumnya.
-
Bagaimana antioksidan melindungi kita? Dirangkum dari siloamhospitals.com, Rabu (17/4) fungsi antioksidan di antaranya melindungi sel-sel tubuh dari efek radikal bebas yang berpotensi menimbulkan beragam penyakit.
"Sebagai contoh, ada individu yang hanya minum antibiotik sekali sehari, padahal seharusnya tiga kali sehari. Akibatnya, bakteri menjadi resisten dan kebal," ujar Syahril seperti yang dikutip dari Sehat Negeriku pada Senin, 7 Oktober 2024.
Ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik, tubuh tidak dapat lagi melawan infeksi dengan cara yang sama. Ini menyebabkan bakteri berkembang biak, menyebar, dan berpotensi menjadi lebih berbahaya. Salah satu contoh nyata dari fenomena ini adalah tuberkulosis resisten obat, yang dikenal sebagai Multidrug-resistant tuberculosis (MDR-TB).
Apakah Tuberkulosis Resisten Obat Dapat Diatasi?
MDR-TB muncul ketika bakteri penyebab tuberkulosis menjadi kebal terhadap obat-obatan yang umumnya digunakan. Namun, apakah jenis TB yang resistan terhadap obat ini masih dapat diobati? MDR-TB terjadi ketika bakteri tuberkulosis tidak dapat dihentikan oleh obat lini pertama seperti rifampisin, isoniazid (INH), etambutol, dan pirazinamid.
Proses pengobatan TB biasanya berlangsung selama enam bulan dengan dua fase. Pada dua bulan pertama, pasien diwajibkan untuk mengonsumsi keempat jenis obat tersebut setiap hari. Setelah itu, selama empat bulan berikutnya, pengobatan dilanjutkan dengan hanya dua jenis obat. Resistensi dapat terjadi jika pasien tidak mengikuti jadwal pengobatan dengan disiplin. Jika obat hanya diminum selama sebulan, atau bahkan hanya dua minggu, Syahril menjelaskan bahwa bakteri TB akan menjadi kebal, sehingga pengobatannya menjadi jauh lebih rumit.
Meskipun terdengar mengkhawatirkan, kabar baiknya adalah TB yang resistan terhadap obat masih memiliki kemungkinan untuk diobati. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), MDR-TB dapat disembuhkan dengan menggunakan obat lini kedua. Namun, pengobatan ini lebih rumit karena melibatkan berbagai obat yang lebih mahal dan sering kali memiliki efek samping yang lebih serius dibandingkan dengan pengobatan lini pertama.
- Sakit Batuk dan Pilek Tidak Perlu Diobati Antibiotik, Kenali Dampaknya
- Ini Penjelasan Mengapa Batuk dan Pilek Jangan Diobati dengan Antibiotik
- Kenali Dampak Resistensi Antimikroba pada Pasien dan Cara Bijak Konsumsi Antibiotik untuk Mencegahnya
- Muncul 2 Bakteri Kebal Obat, Kemenkes Minta Masyarakat Hati-Hati Konsumsi Antibiotik
Langkah Mencegah Terjadinya Resistensi Antibiotik
Salah satu cara yang paling penting untuk mencegah resistensi antibiotik adalah dengan selalu mengikuti resep dan anjuran dokter saat menggunakan antibiotik. Menurut Syahril, pemberian antibiotik sebaiknya dilakukan hanya jika ada indikasi medis yang jelas, khususnya untuk infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Penting untuk tidak menggunakan antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti batuk atau pilek, karena ini merupakan kesalahan umum. Antibiotik tidak efektif melawan virus. Untuk gejala penyakit yang ringan, sebaiknya coba pengobatan tradisional terlebih dahulu, seperti kompres, banyak minum air, dan mengonsumsi makanan bergizi. Jika gejala tidak membaik, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang sesuai.