Ekene Ikenwa, Mantan Pemain Asing di Liga Indonesia Ungkap di Malaysia Banyak Mafia Sepak Bola
Ekene Ikenwa, mantan pemain asing yang pernah berkiprah di Liga Indonesia, memiliki kisah menarik selama kariernya di liga sepak bola Malaysia.
Mantan pemain asing yang pernah berkiprah di Liga Indonesia, Ekene Ikenwa, memiliki pengalaman menarik selama kariernya di sepak bola Malaysia. Pria asal Nigeria ini pernah memperkuat Kuala Muda Naza FC pada tahun 2008 hingga 2009.
Ekene Ikenwa, yang lahir di Lagos pada 14 September 1977, mengungkapkan bahwa sepak bola Malaysia sering kali diwarnai praktik mafia, termasuk suap yang melibatkan para pemain.
- 4 Pemain Asing ini Punya Catatan Perfoma Paling Oke di BRI Liga 1, Siapa Saja?
- Terjadi Lagi di PON 2024, Deretan Kasus Pemukulan Wasit di Sepak Bola Indonesia ini Pernah Fenomenal di Masanya
- Deretan Pemain Timnas Sepak Bola Indonesia yang Menikah dengan Seleb Terkenal, Ada yang Berakhir Cerai
- Terungkap, Tersangka Mafia Bola Gelontorkan Rp1 Miliar Suap Empat Wasit Adalah Vigit Waluyo
Ia memulai perjalanan sepak bolanya di Indonesia pada musim 2003/2004 bersama klub Pelita Krakatau Steel, dan kemudian bergabung dengan beberapa klub lainnya seperti Persik Kediri, Persib Bandung, dan Sriwijaya FC.
Selain berkarier di Liga Indonesia, Ekene Ikenwa juga pernah merasakan ketatnya persaingan di Liga Vietnam, Liga Singapura, dan Liga India. Pada 1 Juli 2011, ia mengambil keputusan untuk pensiun dari dunia sepak bola, dengan Salgaocar SC sebagai klub terakhir yang dibelanya.
Pengalaman yang dimilikinya di berbagai liga membuatnya memiliki pandangan yang luas tentang dunia sepak bola, baik di dalam maupun luar negeri.
Liga Indonesia memiliki keistimewaan tersendiri
PKT Bontang, klub yang berasal dari Kalimantan Timur, diakui oleh Ekene Ikenwa sebagai tim pertamanya saat ia tiba di Indonesia. Ia tidak menyangka bahwa Kota Bontang akan memberikan kenyamanan yang luar biasa.
"Pertama saya datang ke Indonesia bermain di PKT Bontang, yang penting bayarannya cocok. Saya satu tim dengan Marten Thao, Zulkifli Syukur, kemudian gabung ke Pelita Krakatau Steel, Persik Kediri, lalu Persib, Sriwijaya FC, sempat cedera saat bermain untuk Persekabpas Pasuruan. Saya juga pernah di Malaysia, Vietnam, dan India," jelas Ekene Ikenwa dalam wawancaranya di kanal YouTube Bicara Bola baru-baru ini.
Sebelumnya, Indonesia tertinggal dibandingkan Vietnam
Ekene Ikenwa pernah menjadi bintang di Persib Bandung selama dua musim, tepatnya dari tahun 2005 hingga 2007. Ia merasakan adanya perkembangan yang signifikan dalam dunia sepak bola Indonesia jika dibandingkan dengan masa aktifnya.
"Sepak bola Indonesia dulu masih pakai APBD dan rentan korupsi, seperti saat saya di Persekabpas cedera dan harus operasi, kontrak diputus dan datangkan pemain baru. Tapis sekarang semua tetap dihormati sampai kontrak selesai," ungkapnya.
Menurutnya, Liga Indonesia memiliki keistimewaan tersendiri dengan banyaknya tim, negara besar, dan suporter yang antusias. Namun, ia juga menyatakan bahwa saat itu kompetisi di Vietnam lebih baik.
"Tapi Indonesia sekarang sudah jauh lebih bagus banyak yang profesional dan pengembangannya," tambahnya.
Banyak mafia di Malaysia
Ekene Ikenwa mengungkapkan sebuah pernyataan yang mengejutkan mengenai banyaknya praktik suap dan mafia dalam dunia sepak bola di Malaysia saat ia masih aktif bermain.
"Di Malaysia dan Vietnam banyak, tapi di Indonesia tidak. Saya hanya semusim di Liga Malaysia, setelah itu keluar karena banyak mafia di sana. Itu kaya mafia, sudah kerja sama dengan pemain. Di Malaysia saya melihat sendiri, banyak pemain di Liga 2 mereka yang bermain," akunya.
Pernyataan tersebut menunjukkan betapa seriusnya masalah ini di negara tersebut.
"Tidak saya belum pernah bersinggungan dengan seperti itu. Ada yang datang ke saya tapi bukan untuk itu, tapi karena saya cetak banyak gol dan dikasih bonus."
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada praktik yang merugikan, dirinya tidak terlibat langsung. Ekene Ikenwa berasumsi bahwa situasi tersebut mungkin sudah berubah, "Tapi saya kira itu dulu, tapi mungkin sekarang tidak ada lagi. Ada banyak pemain yang ditangkap."
Ia juga menegaskan bahwa di negara lain seperti Singapura dan India, praktik tersebut tidak terjadi.
"Kalau di Singapura tidak ada, mungkin banyak masyarakat mereka yang suka taruhan judi, tapi tidak sampai suap ke pemain. Di India juga tidak ada," tegasnya menutup pernyataan.