Topi, Botol, Sampai Ponsel Jadi Kode Skenario Match Fixing Dimulai
Bambang Suryo, salah seorang perantara (runner) antara bandar dan operator lapangan menyebut ada banyak hal yang biasa dilakukan untuk memberi kode agar sebuah skenario dimulai.
Banyak kode yang jamak dipakai dalam dunia match fixing di Indonesia. Berupaya meminimalisir perintah verbal, komunikasi nonverbal pun kerap menjadi pilihan untuk memberi kode bagi para operator lapangan untuk mulai menjalankan skenario yang telah disusun.
Bambang Suryo, salah seorang perantara (runner) antara bandar dan operator lapangan menyebut ada banyak hal yang biasa dilakukan untuk memberi kode agar sebuah skenario dimulai. Bisa saja, perbuatan tak mengundang kecurigaan macam melepas topi, menjadi kode bagi operator lapangan untuk beraksi.
"Pernah saya janjian dengan pemain yang sudah dikondisikan bahwa kodenya menggunakan topi merah," ujar Bambang Suryo, pada Bola.net, Rabu (05/12).
"Jadi, setelah waktu yang ditentukan, saya melepas topi merah dan itu menjadi tanda bagi pemain bersangkutan untuk bertindak sesuai skenario. Waktu itu, ia harus membiarkan lawan mencetak gol ke gawang timnya," sambungnya.
Selain itu, menurut BS, ada modus lain. Pelatih, yang sudah dikondisikan dan menjadi kepanjangan tangan runner di lapangan, memberi kode anak asuhnya. Ada bermacam kode, menurut pria 48 tahun ini, yang bisa dilakukan pelatih untuk memberi instruksi anak asuhnya agar mulai menjalankan skenario.
"Ada macam-macam. Bisa mengatur botol minuman di depan bench. Atau bisa juga memangil pemain, berpura-pura memberi minum, sembari memberi instruksi," tuturnya.
"Atau bisa juga pelatih yang sebelumnya duduk di bench berdiri dan memberi instruksi. Banyak lah. Yang pasti diusahakan agar sealami mungkin dan tak mengundang kecurigaan," ia menambahkan.
Lebih lanjut, BS menyebut bahwa kode yang paling mudah saat ini adalah dengan menggunakan ponsel. Runner atau bandar menghubungi operator di bench. Setelah itu, baru orang tersebut memberi kode pada para pemain di lapangan.
"Bisa saja kok ke bench masih membawa ponsel. Saya sudah membuktikan. Ternyata ya bisa. Bahkan, dalam sebuah pertandingan Piala Indonesia, saya lihat manajer salah satu tim Liga 1 membawa ponsel ke bench kok," paparnya.
Namun, urusan memberi instruksi, pria yang sekarang menjadi Manajer Metro FC ini menyebut tak ada hal lebih gila dari yang dilakukan Michael, seorang bandar asal Malaysia kala beraksi. Waktu itu, laga yang digarapnya adalah laga Divisi Utama antara tim asal Jawa Tengah dan tim asal Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Michael duduk di bench salah satu tim dan mengendalikan semuanya dari sana. Dan, itu pun terbukti bisa," tandasnya.
(den/dub)