4 Pelajaran Berharga yang Dapat Diambil dari Peristiwa Isra Miraj, Perlu Diketahui
Perjalanan penting ini berdampak langsung pada kehidupan kita sehari-hari sebagai umat Islam dimana Nabi Muhammad SAW berpesan kepada para pengikutnya untuk mendirikan salat lima waktu yang intinya untuk menjalankan rukun Islam.
Al-Isra 'wal-Mi'raj adalah keajaiban kedua setelah wahyu Al-Qur'an dan oleh karena itu penting agar kita tidak membiarkan malam ini berlalu begitu saja tanpa merenungkan pelajarannya dan hikmahnya.
Seluruh umat Muslim tahu bahwa Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa sangat penting yang terjadi pada bulan Rajab. Peristiwa Isra Miraj merupakan perjalanan Nabi Muhammad SAW ketika mendapatkan perintah salat dari Allah SWT.
-
Apa yang dimaksud dengan Isra Miraj? Isra Miraj adalah peristiwa perjalanan suci yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW. Isra berarti perjalanan malam yang dilakukan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Sedangkan Miraj adalah perjalanan spiritual Nabi Muhammad ke langit, di mana beliau bertemu dengan para nabi dan akhirnya sampai ke Sidratul Muntaha, tempat yang paling jauh yang dapat dicapai oleh manusia.
-
Apa yang dirayakan pada peringatan Isra Miraj? Isra Mi’raj adalah peristiwa agung yang menjadi cikal bakal diwajibkannya sholat lima waktu. Dalam peristiwa ini, Rasulullah SAW melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa lalu menuju Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah SWT.
-
Apa itu Isra Miraj? Isra Miraj adalah peristiwa penting dalam Islam.
-
Kenapa Isra Miraj penting? Isra Miraj menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, serta merupakan momentum penting dalam menegakkan ibadah sholat.
Isra merupakan perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsha di Yerussalem. Sedangkan Miraj merupakan kisah perjalanan Nabi dari bumi naik ke langit ketujuh dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha (akhir penggapaian) untuk menerima perintah Allah SWT menjalankan salat lima waktu dalam sehari semalam.
Perjalanan penting ini berdampak langsung pada kehidupan kita sehari-hari sebagai umat Islam dimana Nabi Muhammad SAW berpesan kepada para pengikutnya untuk mendirikan salat lima waktu yang intinya untuk menjalankan rukun Islam.
Berikut merdeka.com merangkum empat pelajaran berharga yang diambil dari peristiwa Isra Miraj dilansir dari laman muslim.sg:
Percaya kemungkinan keajaiban dan kekuatan ilahi
Peristiwa Isra Miraj itu sendiri tampak sulit dipercaya dengan akal sehat, di luar imajinasi orang-orang saat itu. Bahkan saat ini, perjalanan dari Makkah ke Yerusalem memakan waktu lebih dari 2 jam dengan pesawat.
Dan dibutuhkan lebih dari satu hari untuk melakukan perjalanan ke luar angkasa. Kisah Isra Miraj mungkin terdengar fiksi. Namun, kita harus percaya dengan hati kita bahwa itu mungkin seperti yang disebutkan Allah SWT dalam Al-Qur'an tentang acara yang ditunjukkan sebagai bagian dari tanda-tanda-Nya:
اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Artinya: “Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (Surah Al-Isra ': 1)
Isra dan Miraj adalah perjalanan spiritualitas di mana kita harus percaya kepada Allah, janji Allah dan apa yang dikendalikan Allah serta apa yang di luar kendali kita.
Kita perlu memiliki niat murni dalam melakukan yang terbaik untuk umat manusia dan tidak hanya untuk pemenuhan diri sendiri. Allah SWT menyebutkan dalam Alquran tentang berusaha keras dalam melakukan yang terbaik, dan juga memiliki niat murni untuk berusaha yang terbaik:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗ ۚوَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
Artinya: “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” Surah Ar-Rad: 11
Dalam setiap kesulitan, akan ada kemudahan
Perjalanan Isra dan Miraj terjadi setelah periode waktu yang disebut “Tahun Kesedihan”. Hal itu karena tahun dimana Nabi Muhammad melihat paman Abu Thalib dan istri tercintanya, Siti Khadijah RA meninggal.
Ini juga merupakan tahun ketika Nabi Muhammad melakukan perjalanan ke Taif dengan tujuan memenangkan hati masyarakat untuk menerima pesannya. Namun, Nabi Muhammad SAW ditolak dan orang-orang Taif mengganggunya dan melempari dia dengan batu sebagai tanda tidak menyambutnya.
Lelah, ditinggalkan dan terluka, Nabi Muhammad SAW melihat keimanan kepada Allah tidak pernah tergoyahkan, meski tantangannya tak tertahankan. Alih-alih membalas dendam, dia berdoa bukan hanya untuk orang-orang Taif tetapi juga untuk keturunan mereka.
Allah SWT kemudian memberinya pahala dengan perjalanan indah ini yang dengan sempurna dalam Al-Qur'an:
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۙ* اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًاۗ
Artinya: “Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan.” (Surah al-Inshirah: 5-6)
Allah SWT membawa Nabi Muhammad SAW ke hadirat-Nya untuk memperkuat dan mempersiapkannya menghadapi fase kenabian yang menantang.
Allah SWT menunjukkan Nabi Muhammad SAW melihat kekuasaan dan perintah-Nya, setelah itu Nabi Muhammad SAW kembali ke bumi dengan lebih tenang dan bahkan lebih bertumpu kepada Allah SWT.
Persahabatan sejati dari kesulitan dan keyakinan yang teguh satu sama lain
Sehari setelah Isra dan Miraj, Nabi Muhammad SAW menceritakan kisah itu kepada sepupunya Umm Hani. Dia terkejut dan mengatakan Nabi Muhammad melihat untuk tidak memberi tahu orang lain karena mereka tidak akan percaya padanya.
Nabi Muhammad SAW meninggalkan rumah dan pergi menemui Abu Jahl untuk menceritakan kisah perjalanannya. Abu Jahl memanggil orang-orang Makkah untuk mendengarkan cerita Nabi Muhammad SAW. Orang-orang terkejut dan tidak percaya ceritanya.
Beberapa dari mereka pergi ke Abu Bakar RA dan mengatakan kepadanya bahwa Nabi Muhammad SAW mengklaim bahwa dia pergi ke Masjid Al-Aqsa dan melaksanakan sholatnya di sana, dan kembali ke Mekah dalam satu malam. Orang-orang beranggapan bahwa Abu Bakar RA akan memberikan reaksi yang sama dan meninggalkan Nabi SAW.
Namun begitu mendengarnya, Abu Bakar RA langsung berkata, “Saya percaya”. Dia tidak mempertanyakan Nabi Muhammad atau meragukan apakah dia mengatakan yang sebenarnya.
Abu Bakar RA mengetahui bahwa Nabi melihat kepribadian dan karakter yang sebenarnya sebagai Al-Amin, Yang Dapat Dipercaya. Ciri-ciri Nabi Muhammad SAW terangkum dengan baik di dalam Al-Qur'an:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” Surah Ahzab: 21
Seberapa indah persahabatan mereka? Abu Bakar menunjukkan kepada kita apa artinya menjadi teman sejati dan bagaimana memiliki Iman (keyakinan) kepada Allah dan Nabi-Nya, bahkan dengan kata-kata tanpa melihatnya dengan matanya.
Hadiah penting dari Allah SWT
Salat lima waktu adalah salah satu hadiah dari Allah SWT untuk kita. Perintah kepada umat Islam biasanya disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Jibril. Namun, doa harian begitu penting sehingga Nabi Muhammad SAW naik ke surga untuk berbicara kepada Allah secara langsung.
Ketika pertama kali bertemu dengan Allah SWT, Dia memerintahkan umat Islam salat lima puluh kali sehari. Namun, Nabi Musa AS menasihati dia untuk bernegosiasi untuk mengurangi jumlah salat dalam sehari.
Nabi Muhammad SAW kembali kepada Allah SWT untuk bernegosiasi beberapa kali sebelum jumlah salat dikurangi menjadi lima kali dalam sehari tetapi dengan pahala salat 50 kali sehari.
Proses negosiasi merefleksikan rahmat Allah dan Nabi Muhammad SAW melihat kecintaan kepada kita yang juga tercermin dalam hadits Sahih Al-Bukhari.
Namun ketika Nabi Muhammad bertemu dengan Nabi Musa lagi, beliau berkata salat 5 waktu terlalu berat bagi umatnya.
Nabi pun berkata, “Saya telah meminta begitu banyak kepada Allah sehingga saya merasa malu, tetapi saya puas sekarang dan berserah diri kepada Perintah Allah.” Akhirnya perintah shalat 5 waktu pun ditetapkan.
Perjalanan ajaib Isra Miraj memang memiliki hikmah penting yang relevan dan tepat waktu untuk kita internalisasikan dan amalkan. Pelajaran tersebut juga menunjukkan kemurahan hati dan belas kasihan Allah yang tak terbatas kepada semua ciptaan-Nya.