Geliat Pembuatan Jukung Pulau Sewangi, Dibakar demi Kualitas Tinggi
Pekerjaan mereka seolah hanya seperti tukang kayu pada umumnya. Namun jangan salah, bukan kayu dan bukan perabot sembarangan yang mereka hasilkan. Inilah perahu Pulau Sewangi khas Banjar dengan cara pembuatannya yang unik, yakni harus dibakar.
Nyala api dan kepulan asap yang meninggi seolah menjadi makanan sehari-hari. Mereka bukanlah sedang membuat api unggun untuk memperoleh kehangatan. Melainkan beginilah pekerjaan mereka sehari-hari. Balok kayu besar inilah yang nantinya dijadikan sebuah mahakarya jukung khas Banjar. Terlihat unik, perahu setengah jadi dibakar di atas nyala api asapnya berkali-kali membuat mata menjadi perih.
Meski begitu, memang beginilah salah satu langkah perjuangan untuk menciptakan mahakarya jukung Pulau Sewangi yang terkenal berkualitas tinggi. Dapur produksi perahu tradisional ini dapat dijumpai di daerah Pulau Sewangi di Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Tepat berada di barat laut Banjarmasin di hilir Sungai Barito. Para prianya berprofesi sebagai pembuat perahu tradisional.
-
Apa saja transportasi umum di Jakarta yang dulu diandalkan oleh tenaga manusia dan binatang? Selain kereta yang semula berfungsi mengangkut hasil bumi dan menjadi alat transportasi, angkutan umum di DKI Jakarta masih mengandalkan tenaga manusia dan binatang yakni delman dan becak.
-
Bagaimana manusia pertama kali bisa berjalan tegak? Analisis ukuran dan bentuk saluran setengah lingkaran kecil dalam telinga bagian dalamnya dibandingkan dengan kera hidup, fosil kera lainnya, dan Australopithecus, nenek moyang manusia purba dari Afrika. Temuan ini memberikan gambaran evolusi bipedalisme manusia melalui tiga tahap berbeda.
-
Kapan manusia pertama kali berjalan tegak? “Tampaknya telinga bagian dalam memberikan catatan unik tentang sejarah evolusi penggerak kera,” Manusia modern anatomis muncul sekitar 200.000 tahun lalu dan setelah 70.000 tahun lalu (lihat teori bencana Toba) secara gradual meminggirkan jenis "purba". Jenis "non-modern" dari Homo dipastikan bertahan sampai 30.000 tahun lalu, dan mungkin sampai 10.000 tahun lalu.
-
Kapan jejak kaki manusia purba tersebut dibuat? Arkeolog Temukan Jejak Kaki Berusia 800.000 Tahun di Pantai, Ukurannya Seperti Kaki Manusia Modern Para ahli arkeologi menemukan jejak kaki manusia yang dipercaya berusia lebih dari 800.000 tahun.
-
Mengapa manusia berjalan tegak? Perubahan kondisi iklim saat ini mungkin menjadi pemicu penting dalam percepatan evolusi bipedalisme pada spesies paling awal dari [genus] Homo di Afrika,
-
Apa yang digambarkan dalam foto yang beredar? Dalam foto yang beredar memperlihatkan orang-orang mengangkut balok batu berukuran besar.
Nantinya, perahu tradisional ini akan ditanamkan mesin kecil yang kemudian terkenal dengan nama perahu kelotok khas Kalimantan Selatan. Ketenaran perahu Pulau Sewangi tak hanya lingkup lokal, bahkan para turis Korea dan Eropa takjub dengan perahu jukung dan kelotok buatan Pulau Sewangi.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Kobaran api ini bukanlah bertujuan untuk menghanguskan balok kayu bahan baku jukung. Selain menghilangkan kadar air, gelondongan kayu yang dibakar akan membuat teksturnya melunak. Pasalnya, jenis kayu yang digunakan ialah kayu dengan karakteristik keras dan kuat. Hal inilah yang menjadi keunggulan jukung Pulau Sewangi memiliki kualitas yang tinggi.
Proses membakar balok kayu jukung berlangsung selama dua jam lamanya. Tempat pembakaran balok kayu biasanya dilakukan di luar Pulau Sewangi, tepatnya di daerah Manusup, Kabupaten Kuala Kapuas, Kalimantan Tengah. Kemudian para pengrajinnya menjual bahan baku jukung untuk dibentuk menjadi perahu hingga jadi. Namun beberapa pengrajin di Pulau Sewangi juga memproduksi perahu dari balok kayu hingga jukung jadi.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Kondisi geografis Kalimantan Selatan yang dipenuhi dengan sungai besar dan rawa membuat daerah ini sebagai sentra pengrajin jukung yang ternama. Anak-anak hingga dewasa semua mahir mengendalikan jukung. Seolah jukung telah menjadi transportasi wajib bagi masyarakat Banjarmasin khususnya di daerah perairan.
Dulunya, jukung-jukung Banjar terbuat dari kayu super kuat. Terkenal di antaranya ialah kayu ulin, kayu besi, hingga kayu cangal. Daya tahan dan kekuatan kayunya jauh lebih kuat daripada bahan baku kayu yang saat ini dipakai. Namun kayu-kayu tersebut telah langka akibat pembalakan hutan yang dialihkan menjadi perkebunan kelapa sawit. Kini kayu yang digunakan berasal dari jenis kelepek, madi hirang, kasak, dan lanan. Daya tahan perahunya hanya dapat bertahan lima hingga puluhan tahun lamanya.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Perlahan tapi pasti, tiap sudut jukung dibentuk secara presisi. Balok kayu besar lama kelamaan dipahat, diubah menjadi lambung perahu. Sesekali balok kayu kembali dibakar untuk memudahkan proses pemahatan jukung.
Ukuran jukung atau perahu kelotok berbeda-beda. Ada satuan tradisional berupa “dapa” yang digunakan orang Banjar untuk menentukan panjang jukung. Satu dapa sama dengan rentangan kedua tangan orang dewasa atau sekitar 1 meter. Mulai dari 4 dapa atau sekitar delapan meter, hingga mencapai 5.5 dapa.
Satu perahu jukung dapat diselesaikan mulai dari satu pekan hingga dua pekan. Terbilang lama, karena proses pengerjaan sepenuhnya menggunakan tenaga manusia. Hingga langkah terakhirnya ialah mewarnai badan perahu.
©2021 Merdeka.com/Syarif
Satu perahu jukung biasa dijual mulai harga Rp 3.5 juta hingga Rp 8 juta. Semuanya tergantung pada jenis kayu dan lama pengerjaan yang dibuat sepenuhnya oleh tangan manusia. Selain membuat perahu jukung sungguhan, para pengrajinnya juga membuat souvenir perahu jukung dari limbah kayu. Sasarannya ialah para wisatawan yang datang ke Pulau Sewangi sebagai cinderamata.
Tak ada yang tahu secara pasti kapan kerajinan jukung khas Banjar mulai digeluti. Yang pasti ialah jukung menjadi kebutuhan pokok masyarakat Banjar. Para pengrajinnya mengaku, mereka hanya meneruskan wasiat para leluhur untuk terus melestarikan pembuatan jukung atau perahu kelotok.
(mdk/Ibr)