Hadits tentang Membuka Aib Orang Lain dan Penjelasannya, Umat Muslim Wajib Tahu
Sebagai seorang Muslim, tentu kita harus paham tentang hukum menyebarkan aib orang lain.
Sebagai seorang Muslim, tentu kita harus paham tentang hukum menyebarkan aib orang lain.
Hadits tentang Membuka Aib Orang Lain dan Penjelasannya, Umat Muslim Wajib Tahu
Dalam era digital yang semakin maju, pertukaran informasi dapat terjadi dengan cepat dan mudah.
Namun, kebebasan berkomunikasi juga harus diiringi dengan tanggung jawab. Salah satu isu yang muncul tentang hukum menyebarkan aib orang lain.
Penyebaran aib ini melibatkan pengungkapan informasi pribadi atau rahasia seseorang tanpa izin yang dapat merusak reputasi dan privasi individu yang bersangkutan.
-
Bagaimana cara membuat Rumbah? Tidak menggunakan bumbu kacang Keunikan lainnya dari rumbah adalah tidak adanya bumbu kacang di sajiannya. Ini berbeda dari menu pecel khas Kediri atau Madiun yang banyak memakai kuah kacang dengan rasa yang pedas. Bumbu kacang di sini diganti dengan sambal terasi dan cabai cair, dengan rasa yang tidak terlalu pedas dan dominan asam gurih. Bumbu ini terbilang unik karena walau banyak memakai cabai, tapi rasanya tidak menggigit. Setelah tersaji seluruhnya, isian langsung disiram dengan sambal terasi atau warga setempat biasa menyebutnya sambal asam. Seporsi rumbah sudah bisa langsung dinikmati. Gunakan parutan kelapa Sedikit berbeda dengan varian Indramayu, pecel atau rumbah di Cirebon sambal terasinya memiliki porsi yang lebih sedikit. Penjual biasanya menggantinya dengan parutan kelapa yang diberi sambal terasi kental.
-
Bagaimana cara mengerjakan sholat taubat? Sama seperti saat melaksanakan sholat pada umumnya, seorang Muslim perlu bersuci terlebih dahulu. Kemudian, dilanjutkan dengan membaca niat.
-
Kenapa proses tambal ban dalam dianggap rumit? Proses perbaikan ban dalam memang rumit.
-
Bagaimana cara tungau dan kutu busuk menyebar? Tungau dan kutu busuk dapat menyebar dengan mudah dari satu tempat ke tempat lain melalui barang-barang yang terkontaminasi, seperti pakaian, koper, sofa, atau kasur.
-
Mengapa penting untuk berdoa agar aib ditutupi? Memanjatkan doa agar aib kita ditutupi oleh Allah adalah bentuk kerendahan hati dan kesadaran akan kelemahan diri, sekaligus menunjukkan ketergantungan kita kepada-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
-
Bagaimana cara membuat awug beras? Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan awug beras ini adalah beras yang kemudian digiling menjadi tepung beras. Kemudian, bahan lainnya yaitu tepung ketan, gula merah, serta parutan kelapa. Mengutip dari merdeka.com, pada proses pembuatannya juga ditambahkan dengan daun pandan lalu dikukus dengan aseupan atau yang dikenal dengan kukusan yang berbentuk seperti tumpeng.
Dalam Islam, penghormatan terhadap privasi dan martabat individu sangatlah penting. Islam mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang melarang menyebarkan aib orang lain. Tindakan ini dianggap sebagai pelanggaran serius terhadap hak asasi individu dan memiliki konsekuensi yang serius di dunia maupun di akhirat.
Sebagai seorang Muslim, tentu kita harus paham tentang hukum menyebarkan aib orang lain. Karena tak jarang, jari dan lisan ini dengan mudahnya menulis dan membicarakan rahasia keburukan orang lain sehingga nama baiknya tercoreng, bahkan bisa sampai pada orang-orang terdekatnya.
Memahami hukum menyebarkan aib orang lain akan menjadi rem bagi kita agar tidak terjerumus dalam dosa gibah. Berikut hukum menyebarkan aib orang lain menurut Islam yang dikutip dari beberapa sumber.
Hukum Menyebarkan Aib Orang Lain dalam Islam
Di setiap keadaan, baik aib seseorang berasal dari tindakan dirinya sendiri ataupun orang lain, kita tidak diizinkan untuk menyebarkannya, kecuali dalam situasi yang sangat penting, seperti dalam persidangan atau dalam konteks yang sebanding.
Jika tidak ada alasan yang meyakinkan, maka hukum menyebarkan aib orang lain dalam Islam adalah dilarang, karena tindakan menyebarkan aib tersebut termasuk dalam gibah yang diharamkan dan dianggap sebagai dosa besar.
Allah SWT juga berfirman dalam salah satu ayatnya,
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka buruk (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka buruk itu dosa. Dan janganlah sebagian kalian mencari-cari keburukan orang dan menggunjing satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kalian merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 12).
Balasan bagi Penyebar Aib Orang Lain
Menahan diri untuk menyebarkan apa yang kita ketahui tentang orang lain tidak semudah yang dibayangkan. Lisan ini sangat mudah untuk mengeluarkan kata-kata yang teringat di otak. Oleh karena beratnya menahan godaan untuk tidak melakukan gibah, Allah SWT sampai memberikan balasan besar bagi siapa saja yang mampu menahannya.
Hal ini tertuang dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa melepaskan kesusahan seorang Muslim dari kesusahan dunia, Allah akan melepaskan kesusahannya pada hari kiamat. Barangsiapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Barangsiapa memudahkan orang yang susah, Allah akan mudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Abu Dawud, Ahmad).
Sebaliknya, balasan bagi orang yang suka mencari kekurangan orang lain adalah Allah akan membongkar aibnya.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam saat naik ke atas mimbar, beliau menyeru dengan suara yang tinggi,
“Wahai sekalian orang yang mengaku berislam dengan lisannya padahal iman itu belum masuk ke dalam hatinya. Janganlah kalian menyakiti kaum muslimin! Janganlah menjelekkan mereka! Jangan mencari-cari kekurangan mereka! Sebab, barang siapa mencari-cari kekurangan saudaranya yang muslim, niscaya Allah akan mencari-cari kekurangannya. Barang siapa yang Allah cari-cari kekurangannya, niscaya Allah akan membongkar aibnya dan mempermalukannya, walaupun dia berada di dalam rumahnya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, dari Ibnu Umar radhiyallaahu ‘anhuma).
Hadits tentang Kebaikan Mengingatkan Tanpa Mengaibkan
Orang yang sering membuka aib orang lain sudah seharusnya diperingatkan. Saling meningatkan tentang kebaikan antar sesama Muslim sangat dianjurkan. Hal ini sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa hadis berikut:
عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الأَنْصَارِيِّ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ (رواه أبو داود)
Artinya: Diriwayatkan dari Abi Mas’ud al-Anshari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang menunjukkan kebaikan, maka ia mendapatkan pahala sepadan dengan orang yang melakukannya.” (HR Abu Dawud)
Selain itu., ada hadits lain yang menjelaskan pentingnya mengingatkan tanpa mengabaikan berikut, yang artinya:
Diriwayatkan dari Abi Hurairah, sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Barang siapa mengajak kepada petunjuk (amal baik), maka ia mendapatkan pahala sama seperti pahalanya orang yang mengikutinya. Tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang melakukannya. Barang siapa yang mengajak pada kesesatan, maka ia mendapatkan dosa setimbang dengan dosa orang yang mengikutinya. Tanpa sedikitpun mengurangi dosa orang yang melakukannya.” (HR Muslim).
Hadits Nabi tentang Bahaya Mengungkap Aib Orang Lain
Menutup aib orang lain tidak hanya memiliki keutamaan akan menutup aib kita di dunia dan akhirat, tetapi juga seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. Keutamaan ini sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadis, artinya:
“Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup” (HR Abu Daud).
Maka dari itu, umat Muslim dianjurkan untuk menjauhi gibah, dusta, prasangka, dan mencari-cari kesalahan orang lain. Agar terhindar dari perbuatan ini, sebaiknya mengamalkan doa yang dibaca Rasulullah SAW setiap pagi dan petang berikut:
اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اللّٰهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِيْ دِينِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللّٰهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِيْ
Artinya:
“Yaa Allah sesungguhnya aku meminta kepada Mu ‘Afiyah di dunia dan akhirat. Yaa Allah aku memohon kepada Mu ‘‘Afwaa dan ‘Afiyah pada urusan agamaku, duniaku, keluargaku dan hartaku. Yaa Allah tutupi auratku (aib-aibku)”