Mengenal Tari Rejang Bali, Khusus Perempuan Sebagai Hiburan Para Dewa
Tari Rejang Bali merupakan bagian dari upacara keagamaan masyarakat Bali sejak zaman pra-Hindu. Merujuk pada fungsinya, tari ini merupakan tari yang dibawakan oleh perempuan sebagai persembahan suci yang bertujuan untuk menyambut kedatangan dan menghibur para Dewa yang turun dari kahyangan.
Berbaris rapi dengan kostum unik didominasi warna kuning mencolok. Para perempuan ini sedang membawakan tari khas daerahnya. Namun bukan sembarang tari, tarian yang mereka bawakan bernama Tari Rejang yang hanya dapat ditemukan dan dilestarikan di Pulau Dewata. Tari Rejang Bali punya keunikan tersendiri yang membuatnya menjadi salah satu destinasi wisata yang memperkaya kebudayaan di Bali.
Keunikan Tari Rejang Bali berasal dari tujuannya sebagai sarana peribadatan. Tari Rejang adalah tarian tradisional masyarakat Bali dalam menyambut kedatangan serta menghibur para dewa yang datang dari Kayangan dan turun ke Bumi. Selain itu, Tari Rejang hanya boleh dibawakan oleh para perempuan yang tak dituntut sebagai penari professional. Mengingat tujuannya sebagai sarana peribadatan umat Hindu.
-
Bagaimana cara melestarikan tari tradisional di Indonesia? Mendidik dan melatih generasi muda untuk mempelajari dan menguasai tari tradisional dari daerah asalnya. Hal ini dapat dilakukan melalui kurikulum sekolah, sanggar tari, komunitas tari, atau media daring.
-
Kapan tari tradisional mulai berkembang? Jenis tari tradisional telah berkembang dari masa ke masa yang telah melewati waktu cukup lama di suatu daerah, adat, atau etnik.
-
Apa yang sebenarnya terjadi pada foto gurita raksasa di pantai Bali? Foto gurita raksasa terdampar di Bali merupakan gambar hasil Artificial intelligence (AI).
-
Bagaimana Prilly terlihat mempesona dalam foto-fotonya di Bali? Tanpa sentuhan makeup, kecantikan asli Prilly bersinar dengan mempesona, memperlihatkan pesona bare face yang menakjubkan.
-
Siapa yang mengaku membuat foto gurita raksasa di Bali? Namun, temukan gambar yang dibagikan di Instagram bestai_, yang mengaku sebagai "Pembuat Digital" yang bereksperimen "dengan mesin, tema, dan gaya AI yang berbeda".
-
Kapan bayi diizinkan untuk menginjak tanah untuk pertama kalinya dalam tradisi Bali? Pada usia enam bulan digelar Ngenem Bulanin, di mana bayi diizinkan menginjak tanah untuk pertama kalinya.
Tari Rejang Bali berfungsi sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan mereka kepada dewa atas berkenannya turun ke Bumi. Warisan Budaya Tak Benda UNESCO ini juga dipercaya memiliki nilai-nilai penting di dalamnya khususnya makna spiritual, sehingga juga dipercaya sebagai tarian yang suci dan dilakukan dengan penuh rasa pengabdian.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Gerakan Tari Rejang cukup sederhana, tak perlu keahlian khusus atau penari handal. dalam tarian ini lebih berfokus pada nilai spiritual di dalamnya. Namun saat membawakan Tari Rejang, dibutuhkan seorang yang berpengalaman dan menjadi pemandu yang dijuluki sebagai Pemaret.
Gerakan Tari Rejang didominasi dengan gerakan ngembat dan ngelikas atau gerakan kiri dan kanan yang dilakukan sambil melangkah ke depan secara perlahan. DIpandu oleh seorang Pemaret yang berada pada barisan paling depan.
Setiap gerakan dalam tarian ini biasanya dilakukan dengan tempo yang cenderung pelan dan juga disesuaikan dengan iringan musik yang ada, sehingga terasa hikmat dan terlihat selaras.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Tari Rejang sendiri diperkirakan sudah ada sejak zaman pra Hindu sebagai bentuk peribadatan yang sakral. Di kalangan masyarakat Hindu Bali, Tari Rejang ini selalu ditampilkan pada berbagai upacara adat dan keagamaan yang diselenggarakan di pura seperti upacara Odalan. Selain itu di beberapa tempat di Bali, tarian ini juga tampilkan setiap tahunnya, sebagai bagian dari upacara peringatan tertentu di lingkungan desa mereka.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Para penari akan berbaris melingkari halaman pura dengan berpegangan tangan. Secara kompak, gerakan tari yang sederhana yang lemah lembut namun progresif dan lincah. Para penari memabawakannya dengan khidmad dan penuh rasa pengabdian kepada Dewa-Dewi mereka.
Iringan musik gamelan Bali menjadi pemandu tempo dan ritme dalam setiap gerakan. Pembawaan Tari Rejang juga diiringi dengan puja mantra dan sesaji yang dipersembahkan kepada dewa. Jumlah penari diwajibkan ganjil yang telah menjadi aturan baku sejak dulu.
©2021 Merdeka.com/Elyana Dasuki
Para penari Rejang akan memakai kostum yang serempak, warna yang didominasi kuning dan putih. Bagian atas kepala para penari dikenakan sebuah mahkota yang terbuat dari ornamen bunga dan daun yang terkesan natural. Selain itu, selendang yang juga berwarna kuning dililitkan di badan penari menutupi kain putih bagian atas.
Tari Rejang selalu dilestarikan hingga saat ini. Sebagai ikon kebudayaan dan destinasi bagi para wisatawan. Tari Rejang dapat disaksikan di Nusa Peninda atau di Batuan Sukawati. Dalam pertunjukan Tari Rejang ini juga tidak dilakukan oleh penari khusus sehingga dapat diajarkan secara turun-temurun dan keahlian dalam menari tidak terhenti begitu saja.
(mdk/Ibr)