Menguak Sejarah Bunker Gunung Padang, Jadi Rekam Jejak Pasukan Jepang di Tanah Minang
Berdirinya bunker-bunker milik Jepang di daerah ini tak lepas dari lokasi yang begitu strategis.
Berdirinya bunker-bunker milik Jepang di daerah ini tak lepas dari lokasi yang begitu strategis.
Menguak Sejarah Bunker Gunung Padang, Jadi Rekam Jejak Pasukan Jepang di Tanah Minang
Provinsi Sumatra Barat masih menyimpan jejak-jejak peninggalan kolonial Belanda maupun Jepang. Beberapa peninggalan tersebut sampai saat ini masih berdiri kokoh dan menjadi bagian dari objek wisata edukasi maupun sejarah.
Salah satu peninggalan milik Jepang yang masih bisa kita di Sumatra Barat adalah Bunker Gunung Padang. Sesuai namanya, bunker ini terletak di daerah Gunug Padang atau terkenal dengan nama Bukit Siti Nurbaya.
-
Bagaimana sejarah Museum di Puro Mangkunegaran? Museum ini terletak tak jauh dari Balai Kota Solo, berdasarkan sejarahnya, museum ini sudah dibangun sejak tahun 1867 dan dulunya digunakan sebagai kantor untuk De Javasche Bank Agentschap Soerakarta.
-
Bagaimana menara tersebut di gambarkan dalam sumber sejarah? Menara ini memiliki empat sisi yang tergambar dengan jelas dalam ilustrasi kuno.
-
Apa yang ditemukan di situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Di Kota Ketapang, Kalimantan Barat, ada sebuah situs peninggalan Hindu Buddha. Peninggalan itu kemudian dikenal dengan nama Candi Negeri Baru.
-
Di mana letak situs peninggalan Majapahit di Kalimantan Barat? Situs tersebut berada di tengah pemukiman penduduk dan hanya berjarak 300 meter dari tepi Sungai Pawan.
-
Dimana letak Pelabuhan Buleleng yang memiliki nilai historis? Karena terletak di ujung utara, pelabuhan tersebut menjadi pusat lalu lintas Pulau Bali dari luar pulau bahkan luar negeri.
-
Bagaimana sejarah Waduk Sempor? Waduk Sempor diresmikan pada 1 Maret 1978 yang ditandai dengan adanya prasasti bertanda tangan Presiden Soeharto. Semula, waduk ini difungsikan sebagai sumber pengairan bagi sejumlah kompleks persawahan di sekitarnya. Namun lambat laun waduk itu menjadi destinasi wisata baru bagi warga sekitar.
Gunung Padang sendiri kini dijadikan destinasi wisata untuk mendongkrak perekonomian daerah. Bahkan, tempat ini sempat diajukan untuk menjadi salah satu destinasi wisata unggulan nasional selain Pulau Bali.
Simak sejarah Bunker Jepang yang ada di Gunung Padang yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Lokasi Strategis
Melansir dari beberapa sumber, berdirinya bunker-bunker milik Jepang di daerah ini tak lepas dari lokasi yang begitu strategis. Pasalnya daerah Gunung Padang berada di dataran tinggi dan menjadi wilayah paling tinggi di pusat kota.
Dengan lokasi yang begitu pas untuk sistem pertahanan, tak heran jika di wilayah ini banyak dijumpai bunker-bunker dan juga benteng teritorial Jepang.
Hingga kini tak menutup kemungkinan masih banyak bunker-bunker lain di sekitarnya yang belum terungkap.
Gunung Padang memang menjadi basis pertahanan Jepang di zona pesisir Barat Sumatra.
Ada Beberapa Bunker
Di Gunung Padang terdapat dua bunker milik Jepang yang sampai sekarang menjadi daya tarik wisatawan. Bunker pertama letaknya tak jauh dari gapura masuk kawasan wisata Gunung Padang. Uniknya, benteng tersebut tak jauh dari rumah-rumah penduduk sekitar.
- Pekerja Konstruksi Takjub, Temukan Bunker Berusia 5.000 Tahun Berteknologi Canggih
- Mengukir Sejarah, Kirab Bendera Pusaka dari Jakarta ke IKN
- Pangdam Jaya Pastikan Gudang Peluru yang Meledak Aman: Lokasinya di Bunker dan di Atasnya Ada Tanggul
- Yuk Jelajahi Wisata Sejarah di Solo, Ada Bunker Kuno Juga Loh!
Bunker ini diperkirakan memiliki ketebalan tembok sekitar 80 cm dengan luas 5x3 meter. Melansir dari situs resmi padang.go.id, benteng ini secara umum digunakan untuk pertahanan tentara yang dibangun di bawah tanah. (Foto: indonesiakaya.com)
Kemudian, masih di kawasan Gunung Padang ada satu bangunan bertipe Pilbox dengan ruangan yang cukup luas. Bangunan ini dilapisi dinding beton yang tebalnya hampir 1 meter.
Selain itu, di dalamnya masih bisa dijumpai adanya meriam berukuran besar. Bangunan ini diperkirakan berdiri antara tahun 1942-1945.