Mengunjungi Museum Le Mayeur, Simbol Cinta Abadi Pelukis Belgia dengan Penari Bali
Intip kisah romatis di museum yang terletak di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali ini.
Intip kisah romatis di museum yang terletak di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali ini.
Mengunjungi Museum Le Mayeur, Simbol Cinta Abadi Pelukis Belgia dengan Penari Bali
Bangunan berarsitektur Bali kental ini bernama Museum Le Mayeur. Tampak kondisinya sudah cukup tua, karena mempertahankan gaya bangunan asli sejak tahun 1957.
Di sini ditampilkan koleksi lukisan dari pelukis asal Belgia bernama Adrien Jean Le Mayeur de Merpres. Hampir seluruh karyawan menampilkan gambar dari seorang gadis Bali bernama Ni Nyoman Pollok.
-
Apa saja yang ditampilkan di Museum Samsara Bali terkait siklus hidup manusia Bali? Museum ini juga memperlihatkan aktivitas sehari-hari masyarakat setempat. Mulai pembuatan sarana tetabuhan (arak, brem), meulat-ulatan, mejejahitan, melukis wayang, hingga kegiatan kesenian khas seperti mecakepung/genjek, dan ngoncang.
-
Kenapa Museum Balaputera Dewa dibangun? Museum yang terletak di Jalan Srijaya I No.28, Palembang ini dibangun untuk menjaga dan melestarikan ragam koleksi peninggalan sejarah sebagai sarana edukasi.
-
Di mana Museum Benteng Heritage berada? Kebudayaan tersebut lambat laun berakulturasi dengan kearifan lokal Betawi serta Sunda, yang jejaknya bisa disaksikan di Museum Benteng Heritage, Kawasan Pasar Lama.
-
Dimana lokasi Museum Samsara Bali? Samsara Living Museum atau Museum Kehidupan Samsara merupakan salah satu pengejawantahan Museum Kehidupan Karangasem yang mengangkat tema tentang siklus hidup manusia Bali.
-
Kapan Museum Balaputera Dewa diresmikan? Awal mula pembangunan museum ini dimulai pada tahun 1978 dan diresmikan pada 5 November 1984.
-
Dimana Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama berada? Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama yang terletak di Jalan Raya Serang - Jakarta, Kecamatan Serang, Kota Serang.
Gaya lukisan realis dengan aneka warna cat membuat objek tampak hidup, termasuk dari gambar pemandangan dan kebudayaan Bali yang Le Mayeur abadikan di tahun 1930 an sampai 1940-an.
Di balik nilai seni yang tinggi tersimpan kisah romantis antara Le Mayeur dengan subjek yang dilukisnya yakni Ni Nyoman Pollok. Mayeur yang sebelumnya warga Belgia memutuskan menetap di Bali dan menikah dengan Ni Nyoman Pollok yang menghantarkan kesuksesannya.
Selepas kepergiannya, museum ini kemudian didirikan dan menjadi aset pariwisata di Bali. Berikut kisahnya.
(Gambar: Museum Le Mayeur)
Hadirkan 88 Bingkai Lukisan Ni Nyoman Pollok
Mengutip laman Pemkot Denpasar, terdapat sekitar 88 bingkai lukisan dengan tema keindahan Bali.
(Gambar: Liputan6)
Gambar itu diperindah dengan subjek Ni Pollok sebagai perempuan asli Bali yang kental dengan sisi kebudayaannya.
Dari 88 buah lukisan, terdapat beberapa jenis yang terbagi ke dalam medianya seperti 28 lukisan kanvas, 25 handboard, 22 lukisan bagor dan sisanya media triplek serta kertas sebagai penanda susahnya mendapatkan media lukis kanvas di era pendudukan Jepang.
Beberapa lukisan menampilkan Ni Pollok saat sedang memetik bunga, serta keindahan alam natural di sekitar rumah mereka. Agar hasilnya maksimal, Ni Pollok pernah diminta berjemur selama berjam-jam sebagai bagian dari metode melukisnya.
Menampilkan Suasana Tenang
Kondisi tenang mendukung para pengunjung untuk menikmati keindahan lukisan di sana. Hal ini turut ditunjang dengan hadirnya taman, dan bangunan yang tenang serta jauh dari hiruk pikuk.
Sejumlah bangunan peninggalan dari Le Mayeur, termasuk ornamen ukiran khas Bali terpatri di dinding. Lukisan-lukisan hasil karya sang pelukis legendaris ini dipajang dan diletakkan dalam bingkai kaca, sehingga aman dan masih terawat hingga sekarang.
- Melancong ke Paser, Yuk Wisata Sejarah ke Museum Sadurengas
- Menengok Jejak Sejarah Perkeretaapian di Museum Lawang Sewu, Kini Jadi Tempat Wisata Favorit di Semarang
- Mengunjungi Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama, Ada Kendaraan Dewa Siwa Peninggalan Masa Hindu
- Meresapi Makna Kelahiran hingga Kematian di Museum Samsara Bali, Bikin Hidup Semakin Bermakna
Di bangunan yang sebagian besar berbahan kayu itu, dapat dengan mudah ditemukan benda furnitur antik berupa meja berukir, lemari, ranjang, kasur, lemari, keramik, jambangan bunga, patung, guci serta buku-buku milik Le Mayeur.
Di sisi utara bangunan museum terdapat monumen sepasang patung suami istri, yakni Le Mayuer dan Ni Pollok. Pada sisi barat museum, juga terdapat homestay Pollok and Lemayeur Beach Front Hotel.
Bermimpi Memiliki Galeri Lukis
Mengutip Liputan6, kisah keduanya dimulai saat pelukis keturunan bangsawan Belgia ini melakukan kunjungan ke Bali pada 1932. menggunakan kapal laut.
(Gambar: denpasartourism.com)
Saat itu dirinya sudah menjadi pelukis profesional dan kerap melakukan penjelajahan mulai dari Italia, Perancis, Tunisia, Maroko, Aljazair, Thailand, India, Kamboja dan akhirnya sampai di Bali.
Dari pelabuhan Buleleng, ia berangkat ke Singaraja lalu ke Denpasar. Di sana, ia menyewa rumah di Banjar Kelandis dan bertemu untuk pertama kali dengan Ni Nyoman Pollok yang saat itu masih berusia belia. Sehari-hari, Ni Pollok menjadi penari Legong cantik di lingkungan keraton.
Merasa tertarik, Ni Pollok kemudian ia jadikan subjek lukisan. Beberapa aktivitas seperti menari dan lain-lain, Mayeur gambarkan di atas kanvas. Pria kelahiran 9 Pebruari 1880 itu lantas memamerkan lukisan gadis dan keindahan alam Bali di Singapura hingga mendapat apresiasi publik pada 1933.
Menikah dengan Adat Bali
Karena perasaan saling jatuh cinta, keduanya lantas saling berkenalan satu sama lain hingga memutuskan untuk menikah dua tahun kemudian. Pada 1935, keduanya berkonsentrasi di bidang seni lukis dan tari sebagai bagian dari merawat tradisi Bali di rumah mereka kawasan pantai Sanur.
Dari sana, rumahnya kemudian diperindah dengan lukisan alam dan flora serta fauna di sekitar Bali. Rumahnya, lantas menjadi galeri seni dan lukis yang banyak dikunjungi orang, termasuk Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan, Bahder Djohan kala itu.
Menteri tersebut kemudian tertarik dan meminta agar lukisan pribadinya dikemas secara profesional di rumahnya sebagai objek museum. Pada 1956, semangatnya menggebu untuk menjadikan rumahnya sebagai museum lukis. Ni Pallok sangat mendukung mimpi suaminya itu, namun sebelum terwujud Mayeur mengalami sakit sehingga harus kembali ke Belgia hingga meninggal dunia pada 18 Juli 1958.
Kemudian Ni Nyoman Pollok mengurus museum tersebut hingga meninggal pada 27 Juli 1985 di usianya ke-68 tahun.
Saat ini, Museum Le Mayeur yang berlokasi di Jalan Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali ini menjadi destinasi seni dan budaya Bali yang bisa dikunjungi mulai pukul 08.00 hingga 15.30 Wita. Untuk tiketnya bisa didapatkan seharga dari Rp5.000 hingga Rp10.000 dan wisatawan mancanegara Rp10.000 hingga Rp20.000.