100 Tahun membara, lubang 'neraka' di India ini telan banyak nyawa
Lubang-lubang api raksasa itu baru akan mati 3000 tahun lagi
Tidak ada yang bisa mengalahkan kekuatan alam. Kalimat tersebut mungkin bisa menggambarkan penderitaan dirasakan oleh penduduk daerah Jharia di India karena kemunculan sebuah lubang api raksasa.
Lubang api tersebut tercatat pertama kali muncul seratus tahun lalu, di tahun 1916. Penyebabnya pun sederhana, hanya karena sebuah tambang tua yang salah penanganan saat ditutup.
-
Dimana tempat penelitian ini dilakukan? Bukti ini ditemukan lewat studi yang dipimpin oleh Gaia Giordano dari Universitas Milan, Italia.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Siapa yang memuji penelitian ini? T. Thang Vo-Doan, seorang insinyur di Universitas Queensland, Australia, yang telah bekerja secara independen pada serangga cyborg, memuji penelitian ini karena pengaturannya yang sederhana.
Imbasnya, api muncul dan melahap sisa-sisa batu bara yang ada di tambang tersebut. Baru sekitar 25 tahun lalu, api itu merobohkan dinding atas tambang dan menciptakan lubang api raksasa. Kemunculan lubang 'neraka' itu setidaknya menelan 250 rumah hanya dalam 2 jam.
Bahkan, sampai saat ini penduduk Jharia masih hidup bersama 70 titik api yang tersebar di sekitar lubang raksasa tersebut. Tidak mengherankan bila penduduk Jharia banyak yang mengalami gangguan pernapasan dan kulit parah.
"Setiap setelah beraktivitas, aku mendapati lapisan tipis abu batubara di kulit dan baju ku. Saking panasnya di sini, wajah terasa seperti terus terbakar," ujar Johnny Haglund, ilmuwan sekaligus fotografer pembuat film dokumenter, The Earth is on Fire, setelah tinggal di desa sekitar lubang api itu.
Celakanya, bukan hanya membawa dampak buruk bagi kesehatan, lubang api itu bisa benar-benar membunuh manusia. Hal ini disebabkan oleh banyaknya warga yang bekerja sebagai penambang batubara di sekitar lubang api itu.
Seperti yang dilansir oleh Wired (18/03), banyak orang yang terluka atau terjatuh dan tewas di dalam lubang-lubang api saat menambang batubara. Ironisnya, banyak penambang di sekitar yang ternyata masih anak-anak.
"Aku melihat anak-anak berumur 6 atau tujuh tahun membawa batubara tanpa sepatu dan menghirup udara beracun. Pemandangan itu sangat menyedihkan," kata Haglund.
Walaupun sudah 100 tahun, belum ada tanda-tanda lubang-lubang api di Jharia menunjukkan tanda akan padam. Ilmuwan memprediksi bila lubang api Jharia baru akan benar-benar padam 3.800 tahun lagi.
Baca juga:
Punya dua lubang hitam yang menganga lebar, matahari segera mati?
Ini penyebab koran bekas berubah warna menjadi kuning
Ilmuwan sebut situs kuno Stonehenge sebagai Ka'bah-nya Inggris
Planet bercincin ditemukan bersembunyi di belakang Saturnus
Cincin 'Allah' muncul di Swedia, bukti bangsa Viking pemeluk Islam?