4 Ilmuwan Dunia yang Mendapatkan Hadiah Nobel 2 Kali, Nama Einstein Tak Tercatat
Berikut 4 Ilmuwan dunia yang berhasil membawa pulang Hadiah Nobel lebih dari satu kali.
Nobel merupakan penghargaan bagi setiap orang yang dianggap berpengaruh besar bagi umat manusia. Seperti orang-orang yang sukses melakukan penelitian luar biasa atau bagi mereka yang berhasil menemukan teknik dan peralatan baru.
Penghargaan Nobel pertama di dunia berlangsung pada tahun 1901 dan masih terus berjalan hingga saat ini. Dengan demikian, penghargaan bergengsi ini telah dilakukan selama 121 kali sejak pertama kali dilangsungkan.
-
Apa yang diamati oleh para ilmuwan? Para ilmuwan berhasil menyaksikan dua pasang lubang hitam supermasif yang hampir bertabrakan. Dua fenomena alam itu terletak jutaan hingga miliaran tahun cahaya dari Bumi.
-
Apa yang ditemukan oleh para ilmuwan? Ilmuwan menemukan dua spesies dinosaurus baru, yang hidup 66 juta tahun lalu.
-
Apa yang para ilmuwan temukan tentang keheningan? Para ilmuwan telah menemukan bahwa keheningan sebenarnya adalah suara.
-
Bagaimana ilmuwan menemukan dunia prasejarah ini? Saat tinggal di desa kecil di gurun tinggi dengan populasi sekitar 35 orang, para peneliti baru menemukan laguna ini setelah melihat petunjuk pada citra satelit.
Membawa pulang piala Nobel bukanlah sesuatu yang mudah. Ilmuwan sekelas Albert Einstein saja hanya mendapatkan sekali Hadiah Nobel pada 1921. Hadiah Nobel diberikan kepada Einstein karena kontribusi pemikirannya terhadap Fisika Teoretis dan khususnya atas penemuan tentang hukum efek fotolistrik.
Namun ternyata, ada beberapa ilmuwan yang berhasil membawa pulang Nobel lebih dari satu kali. Berikut deretan ilmuwan yang mendapatkan Hadiah Nobel lebih dari satu kali seperti dilansir dari Phys.org, Sabtu (3/6).
Marie Curie (1903, 1911)
Selain menjadi ilmuwan perempuan pertama yang berhasil mendapatkan Nobel, Marie Curie merupakan salah satu ilmuwan kenamaan dunia yang berhasil mengantongi dua piala semasa hidupnya.
Pada tahun 1903, dia dianugerahi hadiah Nobel untuk bidang Fisika, bersama dengan suaminya Pierre Curie dan fisikawan Prancis Antoine Henri Becquerel atas penelitian mereka tentang penemuan radium.
Piala Nobel kedua berhasil dibawa Marie Curie pada tahun 1911 secara individu. Marie Curie mendapatkan penghargaan ini atas kesuksesan di bidang kimia tentang penelitian isolasi radium murni.
Linus Pauling (1954, 1962)
Linus Pauling, seorang ahli kimia AS yang mengemukakan bahwa dosis besar vitamin C dapat menangkal flu biasa, turut masuk dalam deretan ilmuwan yang berhasil membawa pulang dua piala Nobel dalam hidupnya.
Pauling memenangkan Nobel pertamanya pada tahun 1954 untuk karyanya dalam kimia molekuler, khususnya di bidang protein dan antibodi. Penghargaan keduanya datang delapan tahun kemudian pada 1962 sebagai pengakuan atas kampanyenya melawan uji coba nuklir.
John Bardeen (1956, 1972)
Insinyur AS, John Bardeen, berhasil membawa pulang Nobel selama dua kali, dan keduanya sama-sama datang untuk bidang Fisika.
Bardeen mendapatkan Nobel pertamanya pada tahun 1956, bersama dua rekannya di Bell Labs. John Bardeen, William Shockley dan Walter Brattain, menang atas penciptaan transistor. Temuan mereka inilah yang merevolusi bidang elektronik dengan mengarah ke radio, kalkulator, dan komputer yang lebih kecil dan lebih murah, di antara objek lainnya.
Pada tahun 1972, Bardeen kembali mengambil Nobel keduanya atas keberhasilannya mengembangkan teori superkonduktivitas BSC, piala ini ia peroleh bersama rekan fisikawan Amerika Leon Cooper dan John Robert Schrieffer.
Frederick Sanger (1958, 1980)
Ahli biokimia Inggris, Frederick Sanger, yang juga dijuluki sebagai bapak genomik, turut menjadi salah satu orang cerdas yang memenangkan Nobel kimia dua kali.
Sanger membawa pulang hadiah Nobel pertama kalo pada tahun 1958 untuk karyanya pada struktur protein, terutama insulin.
Piala kedua Sanger menyusul di tahun 1980 bersama dua rekan kerjanya Paul Berg dan Walter Gilbert dari Amerika Serikat. Mereka bertiga berhasil melakukan pengembangan perintis dalam pengurutan DNA yang masih digunakan sampai sekarang.
Reporter magang: Safira Tiur Margaretha