6 Perusahaan yang berambisi meretas otak manusia agar lebih 'sempurna'
6 Perusahaan yang berambisi meretas otak manusia agar lebih 'sempurna'. kita sering kesulitan dan tidak optimal dalam belajar, dan optimalisasi otak seringkali selalu berbeda di tiap manusia. Oleh karena teknologi yang sudah makin maju dan mesin diprediksi akan dengan mudah gantikan manusia,
Kita seringkali menemui masalah di mana kita sering kesulitan dan tidak optimal dalam belajar, dan optimalisasi otak seringkali selalu berbeda di tiap manusia. Oleh karena teknologi yang sudah makin maju dan mesin diprediksi akan dengan mudah gantikan manusia, para ilmuwan berpikir bahwa manusia juga butuh upgrade.
Sebuah teknologi yang bernama brain hacking atau peretasan otak, sudah banyak diinisiasi oleh para ilmuwan. Hal ini bahkan telah disokong oleh Elon Musk hingga DARPA.
-
Siapa ilmuwan terbaik di Universitas Gadjah Mada berdasarkan AD Scientific Index 2024? Universitas Gadjah Mada Jumlah ilmuwan dalam indeks : 497Ilmuwan terbaik dalam institusi : Abdul Rohman
-
Di mana daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia ini diumumkan? Peringkat tersebut didasarkan pada analisis dampak sitasi di berbagai disiplin ilmu yang diambil dari database Scopus. Setiap tahun, lembaga ini memilih 100.000 ilmuwan dari seluruh dunia yang aktif di berbagai institusi akademik.
-
Bagaimana AD Scientific Index menentukan peringkat universitas terbaik di Indonesia? AD Scientific Index menggunakan sistem pemeringkatan yang unik dengan menganalisis sebaran ilmuwan dalam suatu institusi menurut persentil 3, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Kapan kata pengantar dianggap penting dalam karya ilmiah? Meski bukan bagian dari isi, namun dalam suatu karya ilmiah, kata pengantar bukan sebuah formalitas.
Namun kita tentu tahu bahwa otak manusia adalah organ yang paling rumit yang pernah ada. Kemampuannya sungguh luar biasa dan tentu untuk memaksimalkannya ilmuwan masih butuh riset yang tak ada habisnya. Siapa sajakah yang mencoba hal ini, berikut ulasannya.
Neuralink
Tak cuma memiliki Tesla dengan mobil listrik revolusionernya, dan Space X dengan misi mendarat di Mars, Elon Musk juga memiliki startup lain dengan keinginan mengubah dunia: Neuralink. Kali ini, ia ingin memasang sebuah chip di otak manusia.
Neuralink dalam websitenya menyebut bahwa mereka memiliki tujuan untuk "mengembangkan antarmuka otak-mesin berbandwith ultra-tinggi untuk mengkoneksikan manusia dan komputer."
Tujuan paling akhir dan yang sudah sangat dekat ke ranah fiksi ilmiah di dunia nyata dari Neuralink adalah untuk mampu berkomunikasi dengan berjuta-juta orang lain yang otaknya sudah disisipi oleh mesin, hanya dengan 'pikiran.'
RAM sensor dari DARPA
DARPA, yang merupakan badan Pemerintah AS untuk mengembangkan teknologi militer, juga punya tujuan serupa.
Saat ini mereka sedang mengembangkan teknologi sensor otak, yang dikerjakan bersama Lawrence Livermore National Laboratory, yang diharapkan mampu membaca sinyal otak dan merangsang saraf manusia untuk melawan hilangnya memori.
Hal ini sangat penting bagi para tentara karena menurut data DARPA, lebih dari 270.000 orang tentara harus berjuang melawan cidera otak ketika berperang. Oleh karena itu para ilmuwan mencoba mengembangkan perangkat yang bisa dipasang di otak dan langsung menarget stimulasi neural dan membantu hilangnya memori karena cidera otak.
Kernel
Kernel adalah startup yang sedang mengembangkan teknologi memori prstetik, di mana perangkat ini mampu membantuk kita mengingat apapun dengan sangat mudah. Jika telah berhasil, mereka akan mengkomnersilkan alat ini secara luas.
Ide ini datang dari petinggi venture capitalist OS Fund, Bryan Johnson, yang merelakan uang pribadinya sebesar 200 juta Dollar didedikasikan untuk pengembangan teknologi ini.
Tujuan utamanya tentu soal medis, di mana Kernel ingin membantu para pasien dengan permasalahan otak untuk tetap berfungsi layaknya manusia normal. Selain itu, Kernel juga ingin meluaskan cakupannya ke fase evolusi manusia yang memang harus berkompetisi dengan mesin.
Neurable
Tak seambisius DARPA ataupun Neuralink milik Elon Musk, startup asal Boston bernama Neurable ini berfokus untuk mengembangkan platform software yang dikontrol oleh otak untuk para produsen hardware atau software yang berbasis AR atau VR.
Jadi, jika Neurable telah berhasil mengembangkan perangkatnya, alih-alih menggunakan controller Oculus Touch atau perintah suara, Anda hanya tinggal berpikir saja untuk mengontrol kontennya.
Tujuan utamanya, hal ini tak hanya bisa diaplikasikan di dunia virtual, namun di dunia nyata. Seperti mematikan lampu atau menyalakan microwave hanya dengan pikiran.
Emotiv
Jika di berbagai film fiksi ilmiah, kita bisa mengontrol sesuatu menggunakan pikiran, Emotiv ingin melakukan hal tersebut di dunia nyata. Startup tersebut mengembangkan sebuah neuro-headset yang mampu membuat para pengguna mengirimkan pikiran yang telah terkonsentrasi ke perangkat yang terkoneksi.
Headset ini bekerja dengan cara memindai otak kita untuk mendapatkan sinyal, dengan perangkat cerdas bernama Emotiv EEG dan dengan mudah kita bisa menggerakkan mobil mainan hanya dengan pikiran. Tujuan utamanya? Untuk membantu mereka yang terbatasi oleh disabilitas.
Halo Neuroscience
Hampir serupa dengan Emotiv, Healo Neuroscience juga membuat headset yang memaksimalkan fungsi otak. Bedanya, Halo Neuroscience lebih condong untuk membantu para atlet dalam hal keamanan dan performa olahraga.
Halo menyebut bahwa headset yang mereka kembangkan dapat memperbaiki fungsi tubuh dengan merangsang motor cortex di otak melalui beberapa denyut yang akan ditangkap otak.
Teknologi ini bahkan telah sudah dipakai oleh para Olympian asal Amerika Serikat, antara lain Mike Rodgers serta Hafsatu Kamara yang merupakan pelari cepat, pelari halang rintang Michael Tinsley dan Mikel Thomas, serta athlete Pentathlon yakni Samanta Achterberg.Â