6 Teknologi canggih yang sebelumnya telah dimiliki hewan
6 Teknologi canggih yang sebelumnya telah dimiliki hewan. Teknologi canggih yang sudah membantu meringankan hidup kita, tentu jumlahnya sangat banyak dan mudah sekali kita lupakan. Namun jika kita melihat ada sebuah penemuan baru oleh para ilmuwan, hampir bisa dijamin kalau hal tersebut tak benar-benar baru.
Teknologi canggih yang sudah membantu meringankan hidup kita, tentu jumlahnya sangat banyak dan mudah sekali kita lupakan. Namun jika kita melihat ada sebuah penemuan baru oleh para ilmuwan, hampir bisa dijamin kalau hal tersebut tak benar-benar baru.
Yap, pasalnya, banyak sekali penemuan dan terobosan baru di ilmu pengetahuan, mengambil inspirasi dari alam. Dari bagaimana alam bekerja, dari tumbuh-tumbuhan, dan dari perilaku hewan.
-
Siapa ilmuwan terbaik di Universitas Gadjah Mada berdasarkan AD Scientific Index 2024? Universitas Gadjah Mada Jumlah ilmuwan dalam indeks : 497Ilmuwan terbaik dalam institusi : Abdul Rohman
-
Di mana daftar ilmuwan paling berpengaruh di dunia ini diumumkan? Peringkat tersebut didasarkan pada analisis dampak sitasi di berbagai disiplin ilmu yang diambil dari database Scopus. Setiap tahun, lembaga ini memilih 100.000 ilmuwan dari seluruh dunia yang aktif di berbagai institusi akademik.
-
Bagaimana AD Scientific Index menentukan peringkat universitas terbaik di Indonesia? AD Scientific Index menggunakan sistem pemeringkatan yang unik dengan menganalisis sebaran ilmuwan dalam suatu institusi menurut persentil 3, 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, dan 90.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Kapan kata pengantar dianggap penting dalam karya ilmiah? Meski bukan bagian dari isi, namun dalam suatu karya ilmiah, kata pengantar bukan sebuah formalitas.
Dalam aspek ini, hewan juga banyak ikut andil. Bisa dibilang, kita harus berterima kasih pada hewan karena telah jadi berbagai inspirasi yang memudahkan kehidupan kita.
Berikut ulasannya.
Rem udara
Ketika naik pesawat sebelum mendarat, pernahkah Anda mengamati bagian sayap dan melihat bilah-bilah kecil muncul di sepanjang sayap? Ternyata bilah ini adalah semacam rem udara untuk mencegah pesawat mogok ketika melambat.
Teknologi canggih ini tentu dipikirkan masak-masak oleh para ilmuwan penerbang. Namun burung memiliki versi sendiri dari teknologi pintar ini. Hal tersebut berupa bulu yang disesuaikan secara khusus. Bulu burung dibagi secara luas menjadi bulu primer dan bulu sekunder, yang beberapa di antaranya sangat penting untuk terbang. Sisanya, biasanya hanya untuk keindahan saja.
Terdapat beberapa bulu yang bertugas untuk membantu stabilisasi burung ketika akan mendarat atau terbang lambat. Jadi burung juga memiliki bulu yang bertugas seperti slot yang ada di sayap pesawat.
Sonar
Kapal, kapal selam, dan berbagai peralatan untuk melaut, biasanya dilengkapi sonar untuk navigasi, menghindari rintangan di laur, ataupaun melacak target bawah air. Sonar sendiri bekerja dengan memancarkan suara pada frekuensi tertentu, dan menyebarkan gelombang tersebut ke sekelilingnya.
Jika gelombang sonar tersebut memantul ke sebuah benda padat dan kembali ke perangkat pemancarnya, perangkat tersebut bisa mengumpulkan informasi tentang bentuk, ukuran, dan jarak benda.
Memang hal ini berguna bari para pelaut, terutama angkatan laut. Namun hal ini mengambil inspirasi dari paus dan lumba-lumba yang memang memiliki insting tersebut.
Paus dan lumba-lumba bahkan bisa membedakan benda-benda yang sangat kecil dari jarak sejauh 15 meter dengan kemampuan sonar mereka.
Antara sonar milik militer dan paus serta lumba-lumba. ternyata menggunakan frekuensi yang sama: yakni antara 100Hz dan 500Hz.
Panel surya
Melansir Scientific American, baru-baru ini sekelompok ilmuwan mempelajari salamander dan menemukan bahwa embrio hewan ini mengandung alga. Jadi, bayi salamander yang belum menetas, di dalamnya terdapat alga.
Alga ini bertahan hidup dengan memakan limbah yang yang dihasilkan oleh embrio salamander tersebut. Akhirnya alga tersebut menghasilkan energi dan nutrisi bagi bayi salamander yang sedang berkembang.
Bisa disimpulkan bahwa alga ini membawa energi untuk bayi salamander dari fotosintesis, yang pada dasarnya adalah proses pengubahan sinar matahari menjadi energi. Tentu hal ini adalah hal yang sama dengan panel surya yang mengubah sinar matahari menjadi listrik.
Sistem kedap suara
Jika Anda pernah menghabiskan waktu di ruangan kedap suara, ternyata untuk membuatnya tak sesederhana itu. Mulai dari lapisan insulatif, bahan penyerap, dan berbagai bahan lain. Namun hal ini ternyata telah dilakukan sebelumnya oleh burung hantu.
Burung hantu adalah hewan yang mangsanya adalah hewan-hewan berpendengaran tajam, seperti tikus. Jadi mereka sudah memanfaatkan berbagai elemen di pengedapan suara untuk membuatnya tak bersuara.
Desain bulu-lah yang menjadikannya seperti ini. Belahan kecin dan serat memisahkan aliran udara melalui sayap. Hal ini mencegah suara apapun yang disebabkan oleh hambatan udara, yang sebenarnya merupakan ciri khas burung ketika terbang.
Kloning
Kloning adalah fenomena ilmu pengetahuan yang cukup kontroversial dan sulit. Domba dolly adalah salah satu yang paling terkenal dalam teknologi ini.
Namun di makhluk hidup lain seperti bintang laut, kloning tak memerlukan teknologi.
Bintang laut telah melakukan reproduksi aseksual tanpa ada kesultan apapun. Tak hanya itu, bintang laut adalah binatang yang juga bisa reproduksi secara seksual, namun yang reproduksi secara aseksual mampu hidup lebih lama.
Terlebih lagi, jika seekor bintang laut mematahkan kaki atau bahkan terpotong tubuhnya menjadi dua, makhluk tersebut akan tumbuh lagi dan regenerasi sesuai kebutuhan.
GPS
Migrasi burung merupakan misteri yang luar biasa bagi para ilmuwan. Ada banyak sekali kemungkinan penjelasan tentang bagaimana burung mengerti arah pergi: mulai dari posisi matahari, penggunaan peta bintang, indera penciuman, deteksi medan magnet Bumi, hingga ingatan yang tajam.
Namun hal ini tetap terasa cukup mustahil untuk dilakukan secara konsisten ke tempat tujuan yang terpencil, di kondisi yang acapkali tak bersahabat. Bahkan, hal ini juga dilakukan dengan baik oleh burung yang belum pernah migrasi sebelumnya.
Para ilmuwan menyebut, migrasi burung seakan-akan menggunakan teknologi GPS yang canggih, yang tingkatannya jauh di atas kemampuan manusia, yang sudah dari sananya ada dalam otak mereka.
Hal paling mungkin yang diprediksi oleh para ilmuwan adalah hal ini mengacu pada medan magnet Bumi, karena banyak hewan lain yang juga peka dengan medan magnet seperti rubah atau bahkan anjing.
(mdk/idc)