Apa Itu Deepfake dan Inilah Bahayanya
Deepfake adalah video rekayasa atau materi digital yang dibuat oleh kecerdasan buatan yang canggih hingga menghasilkan gambar dan suara yang terlihat dan terdengar asli.
Aplikasi kamera saat ini sudah sedemikian canggih. Para pengguna sekarang bisa membuat kaki mereka terlihat lebih panjang, menghilangkan kerutan di wajah, menambahkan telinga hewan dan sekarang bahkan membuat video palsu yang terlihat sangat asli. Teknologi untuk membuat konten digital semacam itu kini makin mudah dijangkau oleh publik dan konten semacam itu disebut "deepfake".
Deepfake adalah video rekayasa atau materi digital yang dibuat oleh kecerdasan buatan yang canggih hingga menghasilkan gambar dan suara yang terlihat dan terdengar asli.
-
Apa yang diproyeksikan oleh Menkominfo terkait AI di Indonesia? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, mengatakan Artificial Intelligence (AI) memiliki peran besar dalam mengubah lanskap industri telekomunikasi. Kata dia, pada 2030 mendatang, diproyeksikan kontribusi AI terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) global mencapai USD 3 triliun.
-
Bagaimana teknologi masa depan digambarkan mengubah Jakarta? Isi video tersebut seolah ingin menceritakan, bahwa teknologi masa depan akan masuk dan mengubah bentuk Jakarta bukan hanya sekedar menjadi kota metropolitan, melainkan sebagai kota yang futuristik penuh kecanggihan teknologi.
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Kenapa AI memprediksi wajah manusia di masa depan akan terhubung dengan teknologi? Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana hubungan manusia dengan teknologi akan berubah seiring berjalannya waktu.
-
Apa yang menjadi kekhawatiran Jokowi tentang penggunaan perangkat teknologi di Indonesia? Jokowi prihatin atas dominasi impor dalam penggunaan perangkat teknologi di Indonesia, dengan nilai impor yang mencapai lebih dari Rp30 triliun. Hal itu disampaikan Jokowi saat meresmikan Indonesia Digital Test House (IDTH) di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT), Kota Depok, Jawa Barat Selasa, (7/5). "Ini sayangnya perangkat teknologi dan alat komunikasi yang kita pakai masih didominasi barang-barang impor dan nilai defisit perdagangan sektor ini hampir 2,1 miliar US Dollar lebih dari 30 triliun Rupiah," ujarnya.
-
Kenapa Indonesia mendorong pendekatan inklusif dalam tata kelola AI global? Pemerintah Republik Indonesia mendorong pendekatan inklusif untuk mengikis kesenjangan digital. Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika Nezar Patria pemanfaatan teknologi kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) perlu dilaksanakan dengan tata kelola yang bisa diakui secara global.
Dilansir dari laman CNBC, Senin (14/10), video semacam itu kini semakin mudah didapat dan canggih, tulis John Villasenor, akademisi senior studi pemerintahan di Pusat Inovasi Teknologi organisasi kebijakan publik yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, Institusi Brookings.
"Deepfake memicu serangkaian kebijakan di bidang teknologi dan hukum."
Bahkan siapa pun yang punya komputer dan akses Internet secara teknis bisa membuat konten deepfake, kata Villasenor yang juga profesor Teknik Mesin di Universitas California, Los Angeles.
Bagaimana deepfake bekerja?
Sistem kajian mendalam bisa membuat konten tiruan dengan mempelajari foto dan video dari sosok yang menjadi target dari berbagai sudut pandang dan meniru gerak-gerik tubuh dan gerakan bibirnya.
Barret menjelaskan, "ketika materi awal palsu sudah dibuat, sebuah metode yang disebut GAN bisa membuatnya jadi makin terlihat asli. Proses GAN mendeteksi kekurangan sehingga bisa membuat video terlihat sempurna."
Dan setelah melalui serangkaian pendeteksian dan perbaikan, deepfake akhirnya rampung, kata si profesor.
Menurut laporan dari MIT, sebuah alat yang bisa membuat deepfake "menjadi senjata sempurna bagi si pembuat berita palsu yang ingin mempengaruhi segalanya, dari mulai harga saham sampai pemilu."
Bahkan "perangkat AI kini sudah dipakai untuk memasang wajah orang lain pada kepala seseorang dengan badan seorang bintang porno serta ucapan dari seorang politikus," tulis Martin Giles, kepala biro San Fransisco dari MIT Technology Review dalam sebuah laporan.
Dia menyebut GAN bukan membuat masalah, tapi justru memperparah.
Apa itu deepfake?
Kata deepfake memuat dua istilah "kajian mendalam (deep learning)" dan "fake (palsu)" dan itu sebentuk kecerdasan buatan (AI).
Istilah gampangnya, deepfake adalah video palsu yang dibuat dengan kajian mendalam, kata Paul Barret, profesor hukum di Universitas New York.
Kajian mendalam adalah serangkaian AI yang berarti penataan algoritma yang bisa mengkaji dan membuat keputusan cerdas sendiri.
Tapi bahayanya deepfake adalah "teknologi ini bisa dipakai untuk membuat orang percaya sesuatu itu benar padahal tidak," kata Peter Singer, ahli keamanan dan pertahanan siber sekaligus akademisi senior di lembaga peneliti New America.
Singer bukan satu-satunya orang yang memperingatkan bahayanya deepfake.
Villasenor mengatakan kepada CNBC, "teknologi ini bisa dipakai untuk merusak reputasi seorang kandidat politik dengan cara membuat si kandidat terlihat mengatasan sesuatu atau melakukan sesuatu yang sebetulnya tidak pernah dia katakan/lakukan."
"Deepfake menjadi alat luar biasa bagi siapa pun yang ingin menyebarkan informasi palsu dan mempengaruhi pemilu," kata Villasenor.
Bagaimana mendeteksi video rekayasa?
Kecerdasan buatan bisa dipakai membuat deepfake tapi juga bisa untuk mendeteksinya, tulis Villasenor Februari lalu. Dengan makin mudahnya pengguna mengakses, para peneliti kini makin fokus mendeteksi deepfake dan mencari cara untuk membuat aturan soal ini.
Kantor berita Reuters melaporkan, perusahaan teknologi besar macam Facebook dan Microsoft sudah mengambil tindakan untuk mendeteksi dan menghapus video deepfake. Kedua perusahaan itu awal tahun ini mengumumkan mereka akan bekerja sama dengan sejumlah universitas unggulan di seantero AS untuk membuat sebuah basis data besar tentang video-video deepfake buat keperluan penelitian.
"Sebetulnya ada secuil aspek visual yang tidak muncul kalau kita cermati, entah itu dari bentuk telinga, mata yang tidak selaras hingga ke kulit wajah di bagian tepi atau kulit yang terlalu mulus kena paparan cahaya dan bayangan," kata Singer.
Tapi dia mengatakan mendeteksi kekurangan itu kini makin sulit seiring teknologi deepfake yang kini kian canggih dan video terlihat makin asli.
Seiring makin berkembangnya teknologi, Villasenor mengingatkan, teknik pendeteksian seringkali tertinggal dari metode pembuatan video yang makin maju. Jadi pertanyaannya sekarang adalah: "Apakah orang akan lebih percaya deepfake atau mendeteksi algoritma yang menyatakan video itu rekayasa?"