Aplikasi Ini Diklaim Tahu Tanggal Kematian Penggunannya
Death Clock adalah aplikasi berbasis AI yang memprediksi tanggal kematian pengguna berdasarkan kebiasaan dan kesehatan, bertujuan mendorong hidup lebih sehat.
Sebuah aplikasi baru berbasis kecerdasan buatan bernama Death Clock mengklaim mampu memprediksi kapan seseorang akan meninggal. Pengguna dikenakan biaya tahunan sebesar USD40 atau Rp 603 ribu.
Aplikasi ini bisa menjawab serangkaian pertanyaan tentang kesehatan dan kebiasaan sosial mereka, dan mendapatkan prediksi tanggal kematian yang spesifik, termasuk usia biologis saat ini.
-
Bagaimana Life2vec memprediksi kematian? Saat diujikan pada kelompok usia 35-65 tahun, di mana setengahnya meninggal antara 2016 dan 2020, model ini berhasil memprediksi dengan akurasi 78% siapa yang akan bertahan hidup dan siapa yang tidak.
-
Bagaimana Life2vec menganalisis data untuk memprediksi kematian? "Ini biasanya merupakan jenis tugas yang menggunakan model transformator dalam AI, namun dalam eksperimen kami, kami menggunakannya untuk menganalisis apa yang kami sebut rangkaian kehidupan, yaitu peristiwa yang telah terjadi dalam kehidupan manusia,"
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Kenapa Life2vec bisa memprediksi kematian dengan akurat? Hasilnya, penelitian tersebut menunjukkan bahwa robot bot AI ini memiliki tingkat akurasi 11 persen lebih tinggi dibandingkan dengan model AI lainnya. Bahkan, lebih akurat dibandingkan dengan analisis yang biasanya digunakan oleh para perusahaan asuransi jiwa.
-
Bagaimana kematian secara alami terjadi? Kematian secara alami terjadi karena tubuh manusia mulai melambat dan pada akhirnya organ-organ penting di dalamnya pun berhenti bekerja.
-
Siapa yang mengembangkan situs web Astrologer Chat yang menggunakan AI untuk meramal? Kegiatan ramal-meramal melalui AI, salah satunya dikembangkan oleh Raj Sutariya. Raj Sutariya ini adalah pengembang perangkat lunar dari NIT-Surat Alumni. Ia mengembangkan situs web bernama Astrologer Chat.
Tujuan utama dari aplikasi ini adalah mendorong pengguna untuk membuat perubahan gaya hidup yang lebih sehat sebelum terlambat.
Pendiri Death Clock, Brent Franson, mengatakan, aplikasi ini adalah pergeseran menuju Medicine 3.0.
“Di mana individu diberikan pengetahuan lengkap tentang kesehatan mereka dan didorong untuk proaktif dalam menjaga kesehatan agar menikmati hidup yang lebih lama dan sehat,” kata Brent dikutip NYPost, Jumat (20/9).
Dijelaskannya, Death Clock kemudian akan membuat rencana umur panjang yang dipersonalisasi, berisi saran perubahan gaya hidup dan topik yang patut didiskusikan dengan dokter. Pengguna juga dapat mengunggah dokumen kesehatan pribadi seperti hasil tes darah dan profil genetik ke aplikasi ini.
Menurut Amanda Kooser dari CNET yang menguji aplikasi ini, pertanyaan berkisar dari faktor biologis seperti kadar kolesterol, kebiasaan tidur, hingga kesehatan mental. Terdapat juga pertanyaan tentang diet, aktivitas fisik, merokok, dan kehidupan sosial.
- Aplikasi Ini Diklaim Solusi Kesehatan Komprehensif Terfokus pada Obesitas dan Sindrom Metabolik
- Mulai 2025 Masyarakat Dapat Tiket Medical Check-up Gratis Saat Ulang Tahun, Ini Syarat yang Harus Dipenuhi
- AI Bisa Identifikasi Penyakit dengan Akurasi Hampir 100 Persen Lewat Lidah, Begini Cara Kerjanya
- Catat! 5 Aplikasi yang Bisa Bantu Perjalanan Mudik Bebas Macet, Anti Mogok hingga Jaga Kesehatan
Saat Kooser sengaja memberikan jawaban terburuk dalam kuis untuk melihat prediksi terburuk, dia mendapat hasil bahwa dia akan meninggal pada tahun 2043. Hal itu menjadi motivasi baginya untuk menjalani hidup lebih sehat.
Aplikasi ini menawarkan alat motivasi baru yang dapat membantu pengguna mengantisipasi kesehatan mereka dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memperpanjang hidup.