Bukan sianida, ini 6 zat paling beracun di muka Bumi!
Salah satu racun ini bahkan jutaan kali lebih mematikan dari sianida
Dengan terus bergulirnya kasus pembunuhan Wayan Mirna Salimin, gadis cantik berumur 27 tahun saat sedang minum kopi di Oliver Cafe, Jakarta tanggal 6 Januari lalu, zat beracun yang diduga sebagai alat pembunuh, yakni sianida terus populer dan dicari infonya oleh netizen Tanah Air. Namun, tahu kah Anda bila sianida bukan zat paling beracun di Bumi ini?
Alasannya sederhana, untuk membunuh satu orang dibutuhkan satu per sepuluh gram sianida. Padahal, banyak zat beracun lain yang per ribuan gramnya bisa mengakhiri nyawa seseorang. Zat-zat beracun ini ada yang buatan manusia dan 'tercipta' secara alami di alam. Apa saja zat-zat paling beracun itu? Berikut ulasannya!
-
Siapa yang memimpin penelitian tentang pengalaman mendekati kematian? Sebuah studi yang dipimpin oleh tim dari NYU Grossman School of Medicine mengamati pengalaman mendekati kematian orang-orang yang selamat dari serangan jantung.
-
Kapan kata pengantar dianggap penting dalam karya ilmiah? Meski bukan bagian dari isi, namun dalam suatu karya ilmiah, kata pengantar bukan sebuah formalitas.
-
Kenapa Pemilu penting? Pemilu merupakan sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Anggota Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden serta Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
Dimethylcadmium (Ch3CdCh3)
Dimethylcadmium sering disebut sebagai zat kimia buatan manusia yang paling beracun di dunia. Zat ini dibuat oleh ilmuwan Jerman bernama Erich Krause di tahun 1917.
Zat ini sangat beracun sampai-sampai beberapa mikro (seperseribu) gram per meter kubiknya bisa membunuh manusia dewasa. Menghirup Dimethylcadmium bisa menyebabkan kegagalan organ tubuh, mulai paru-paru sampai ginjal. Jika hal itu tidak langsung mengakhiri hidup, zat ini masih akan menyebabkan kanker akut.
Lebih lanjut, ilmuwan juga sangat takut menumpahkan Dimethylcadmium. Sebab, nyaris tidak ada cara aman untuk membersihkan tumpahan zat ini. Membersihkan Dimethylcadmium dengan air hanya akan memicu ledakan, mengelapnya, atau nyaris semua perlakuan yang menimbulkan gesekan pada zat ini akan berakhir pada ledakan.
Tetrodotoxin
Racun satu ini juga dikenal sangat berbahaya, bahkan tidak ada penawarnya. Tetrodotoxin kerap disebut tetrodox atau 'TTX', dan biasa ditemukan secara alami di ikan buntal dan kadal air Eropa.
Untuk membunuh seorang manusia dewasa, hanya dibutuhkan 0,003 gram TTX. Tak aneh bila di berbagai belahan dunia, koki pembuat sushi dari ikan buntal harus mengantongi izin khusus.
Korban dari racun tetrodox biasanya akan langsung mengalami kelumnpuhan, dan kelumpuhan yang juga terjadi pada organ dalam seperti paru-paru lah yang mengakibatkan kematian. Kematian akibat racun ini biasanya terjadi 20 menit-8 jam pasca kontak dengan racun.
Ricin
Biji jarak diketahui mempunyai banyak manfaat bagi tubuh, bahkan bisa digunakan sebagai pengganti bahan bakar. Terlepas dari itu, ternyata biji jarak mengandung salah satu racun paling mematikan, yaitu ricin. Ricin tergolong protein yang terekstrak dari biji jarak dan bisa berbentuk cairan atau serbuk kristal.
Hanya diperlukan 0,0005 gram atau separuh butiran serbuk risin untuk membunuh manusia. Syaratnya, ricin harus disuntikkan atau disedot lewat hidung.
Rincin sudah dipakai sebagai alat pembunuh pertama kali di tahun 1978 di Inggris. Seorang kritikus pemerintah asal Bulgaria ditusuk dengan sebuah payung bersenjata tajam yang sudah dilumuri ricin. Akibatnya, pria bernama Georgi Markov itu mati 4 hari kemudian.
Merkuri
Ini adalah logam paling beracun yan diketahui manusia. Jenis merkuri paling mematikan adalah Dimethylmercury yang bisa terserap melalui kulit meski si korban sudah memakai kaus tangan.
Dosis mematikan dari Dimethylmercury adalah 0,00015 gram, yang bisa meracuni tubuh dengan cara menyumbat pembuluh darah. Hasilnya, orang yang terkena Dimethylmercury bisa mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, dan bicara, hingga kematian.
Dimethylmercury juga membunuh ahli kimia terkenal, Karen Wetterhahn. Penyebabnya sepele, Karen tidak sengaja menumpahkan sedikit Dimethylmercury ke kaus tangan karetnya. Selama berbulan-bulan Dimethylmercury itu menerobos kaus tangan dan meresap ke tangan Karen. Ilmuwan itu pun akhirnya tewas akibat zat percobannya.
Batrachotoxin
Racun paling mematikan berikutnya datang dari hewan asli Amerika Tengah dan Selatan, yakni katak panah beracun (Dendrobatidae). Batrachotoxin adalah racun jenis neuro toksin yang menyerang sistem saraf, termasuk memblokir semua sinyal yang dikirimkan ke otak dan melumpuhkan semua otot tubuh.
Hanya diperlukan 0,00012 gram Batrachotoxin untuk membunuh manusia. Celakanya, ilmuwan belum menemukan penawar racun yang benar-benar pas utnuk Batrachotoxin.
Batrachotoxin dihasilkan dari kelenjar yang terdapat di belakang telinga katak panah. Nah, si racun akan keluar saat katak itu merasa terancam. Oleh suku beberapa suku di Amazon, racun katak ini dipakai untuk melumuri mata panah. Bahkan, menurut cerita, racun ini tetap mematikan meski mata panah tidak digunakan selama 1 tahun.
Botulinum
Botulinum sudah diresmikan sebagai zat paling beracun dalam sejarah manusia. Racun ini banyak terdapat pada Botox, dan sering digunakan untuk merawat pasien trauma, stoke, hingga parkinson.
Pada botox, Botulinum digunakan dalam dosis kecil untuk melumpuhkan otot sekitar kulit agar kerutan wajah hilang. Ironisnya, hanya dengan kontaminasi dosis 80 nanogram (injeksi) dan 240 nanogram (terhirup), Botulinum bisa membunuh manusia.
Gejala keracunan Botulinum adalah kelumpuhan seluruh otot tubuh, gagal jantung, dan pernapasan. Kegagalan organ dalam itu lah yang mengakibatkan kematian. Botulinum sendiri diketahui 40 juta kali lebih beracun dari sianida.
Sumber: IFLScience, Live Science, Wikipedia, thelistcafe