Deretan kisah belum tuntas soal kebocoran data Facebook
Deretan kisah belum tuntas soal kebocoran data Facebook. Beberapa minggu yang lalu, jagat media sosial digegerkan dengan kebocoran data Facebook oleh Cambridge Analytica. Banyak pengguna yang akhirnya memilih menutup atau menghapus akun Facebook milik mereka demi tidak jadi korban yang datanya dimanfaatkan.
Beberapa minggu yang lalu, jagat media sosial digegerkan dengan kebocoran data Facebook oleh Cambridge Analytica. Banyak pengguna yang akhirnya memilih menutup atau menghapus akun Facebook milik mereka demi tidak jadi korban yang datanya dimanfaatkan.
Namun seiring waktu berlalu, kasus ini nampaknya belum dekat kepada penyelesaian. Berbagai investigasi dan tindakan pencegahan telah dilakukan, namun masih banyak kisah yang belum tuntas soal kebocoran data ini.
-
Siapa saja yang terlibat dalam kasus korupsi ini? Untuk kedua tersangka dilakukan penahanan selama 20 hari kedepan guna kepentingan penyidik KPK. Sementara untuk satu tersangka lain yakni Direktur PT KIM, Karunia diharapkan agar kooperatif dalam pemanggilan penyidik KPK.
-
Kapan kasus korupsi Bantuan Presiden terjadi? Ini dalam rangka pengadaan bantuan sosial presiden terkait penanganan Covid-19 di wilayah Jabodetabek pada Kemensos RI tahun 2020," tambah Tessa.
-
Siapa yang menjadi tersangka dalam kasus korupsi Bantuan Presiden? Adapun dalam perkara ini, KPK telah menetapkan satu orang tersangka yakni Ivo Wongkaren yang merupakan Direktur Utama Mitra Energi Persada, sekaligus Tim Penasihat PT Primalayan Teknologi Persada tahun 2020.
-
Siapa yang diduga terlibat dalam kasus korupsi? Sorotan kini tertuju pada Sirajuddin Machmud, suami dari Zaskia Gotik, yang diduga terlibat dalam kasus korupsi.
-
Siapa yang dituduh melakukan korupsi? Jaksa Penuntut Umum (JPU) blak-blakan. Mengantongi bukti perselingkuhan mantan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).
-
Siapa yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus korupsi Bansos Presiden Jokowi? Pada kasus ini, satu orang telah ditetapkan menjadi tersangka yakni Direktur Utama Mitra Energi Persada sekaligus Tim Penasihat PT Primalayan Teknologi Persada tahun 2020, Ivo Wongkaren, alias IW.
Mulai dari rilisnya memo internal yang ungkap sisi gelap, hingga mustahilnya privasi kita aman di internet, berikut adalah deretan kisah belum tuntas soal kebocoran data Facebook. Berikut ulasannya.
Riwayat telepon dan SMS juga bocor
Melansir laporan The Verge dan Ars Technica, Facebook telah mengumpulkan riwayat panggilan dan data SMS dari smartphone Android selama bertahun-tahun. Hal ini bisa ditemukan dari data file akun Facebook kita yang bisa diunduh.
Aplikasi Facebook di Android memang meminta akses untuk kontak, data SMS, serta riwayat panggilan dari perangkat Android Anda. Hal ini digunakan Facebook untuk membedakan kontak bisnis dan kontak personal Anda, di mana Facebook merancang algoritma canggih untuk melakukannya.
Menurut laporan yang sama, Facebook diduga mengumpulkan data ini lewat aplikasi Messenger miliknya, yang selalu meminta pengguna untuk jadi aplikasi pengganti SMS. Berbagai data kontak pun juga diunggah ke Facebook dengan secara tidak sadar lewat persetujuan kita.
Ars Technica menyebut bahwa hal ini telah terjadi bertahun-tahun, sejak permintaan izin akses di Android ke pengguna tak seketat sekarang. Googl sendiri mengubah izin Android jadi lebih jelas dan terpecinci untuk saat ini. Meski demikian, pengembang tetap dapat mengakses berbagai data yang mereka inginkan asal pengguna memberi izin.
Data hasil kebocoran belum dihapus hingga sekarang
Menurut laporan Mashable, data kebocoran Facebook yang dikumpulkan oleh Cambridge Analytica belum sepenuhnya dihapus. Hal ini diinvestigasi oleh Channel 4 yang berbasis di Inggris, yang hingga sekarang masih bisa melihat data dari paling tidak 136.000 pengguna Facebook yang ada di sumber Cambridge Analytica.
Channel 4 Inggris sendiri hanya memeriksa dengan kata kunci yang mengacu pada warga negara bagian Colorado. Jadi, itu hanya data bocor dari warga Colorado saja. Diduga, data kebocoran dari negara bagian Oregon juga masih bisa diakses dan belum dihapus.
Memo internal yang ungkap sisi gelap Facebook
Berdasarkan laporan The Guardian, Facebook pernah membuat memo internal perusahaan yang diedarkan ke karyawan secara tertutup. Memo tersebut, ditulis oleh salah seorang wakil direktur Facebook bernama Andrew Bosworth pada 2016. Yang memicu kontroversi tentu adalah isinya. Diketahui, memo ini dimuat pertama kali via BuzzFeed News.
Dalam memo itu, Boz - panggilan karib Bosworth - mengklaim kalau Facebook cuma memiliki satu misi untuk menguntungkan perusahaan, yakni menghubungkan semua penggunanya menjadi komunitas besar.
Tentu, semakin besar jumlah pengguna, semakin banyak pula keuntungan yang dikantongi Facebook. Namun, Boz malah menekankan cara ini bisa dilakukan bisa dengan apa saja, yang penting caranya baik secara de facto. Bisa disimpulkan, Facebook dapat menghalalkan segala cara untuk meraup untung.
"Mungkin kita butuh mengorbankan hidup untuk mengekspos seseorang yang di-bully, atau juga mungkin kita juga bisa mengekspos seseorang yang mati terkena serangan teroris. Mau bagaimana pun, itulah yang kita lakukan. Sejelek apa pun isunya, kita harus menghubungkan orang. Titik. Itulah kerjaan kita untuk menumbuhkan pengguna," tulis Boz.
Sontak saja, memo tersebut memicu kontroversi dan pertanyaan soal kesigapan Facebook menangani informasi dan data pribadi pengguna, apakah mereka benar-benar menjaga kerahasiaan data pengguna, atau cuma sekonyong-konyong memikirkan angka demi keuntungan belaka?
Boz sendiri mengakui kalau memo internal tersebut benar adanya. Namun, ia tidak membenarkan terkait isi dari memo itu.
Menurutnya, memo itu malah cuma memicu perdebatan dan memperkeruh suasana. Boz bahkan tidak mengakui isi pesan tersebut bukan ia yang tulis.
Pada kesempatan yang sama, CEO Facebook Mark Zuckerberg, juga berkomentar terkait memo itu. "Boz adalah pemimpin berbakat, yang berani mengeluarkan opini provokatif. Namun pendapat Boz sudah pasti tidak disetujui karyawan, bahkan termasuk saya. Kami tak percaya bahwa tujuan itu bisa dibenarkan untuk meraih sesuatu dari Facebook," ujar Zuck - sapaan karibnya.
Data kita tak pernah aman
Berdasar laporan Mashable, Menurut Luke Stark, calon profesor di Dartmouth College dan periset spesialis privasi online, data kita dilacak tak cuma lewa jejaring sosial.
"Berbagai platform besar yang umum kita gunakan setiap hari, pasti mengumpulan berbagai jenis data tentang kita yang digunakan untuk mengembangkan profil pribadi kita," ungkapnya.
Hal ini berarti, apapun yang kita 'sentuh' secara online, pasti akan melacak data kita dengan berbagai cara. Mulai dari mesin pecarian seperti Google, platform e-commerce, bahkan operator telekomunikasi dan penyedia layanan internet.
Hal ini berupa paling tidak siapa Anda, ke mana lokasi Anda bepergian, dan lain sebagainya.