Di Twitter, pendukung Donald Trump ternyata didominasi 'bot'
Di Twitter, pendukung Donald Trump ternyata didominasi 'bot'. Studi menunjukkan bahwa kedua kandidat mendapat dukungan berupa bot Twitter. Bot Trump jauh lebih banyak, yakni mencuit sebanyak 576.178 kali. Prosentase bot dari pendukung Trump ternyata cukup besar, yakni 32,7 persen tatu hampir mencapai sepertiga.
Iklim politik di Amerika Serikat sedang panas, karena 8 November mendatang akan ada pemilihan presiden yang kandidatnya adalah Donald Trump dan Hillary Clinton. Meski sudah ada fasilitas berupa debat untuk beradu argumen, keduanya ternyata juga menggunakan sosial media untuk berkampanye.
Masyarakat pun menyukai Twitter sebagai media mereka mendapatkan info tentang pemilihan presiden mendatang. Dukungan yang besar jgua datang dari masyarakat internet atau lebih dikenal dengan netizen. Namun benarkah mereka benar-benar mendukung lancarnya pemilihan presiden?
-
Apa yang diramalkan tentang Donald Trump? Roberts menunjukkan bahwa Trump mungkin lebih fokus pada kekalahannya di masa lalu dibandingkan peluang yang ada saat ini. Maksudnya adalah Trump diramalkan bakal kalah di pemilu presiden tahun ini.
-
Kenapa Trump Media menggugat pendiri Truth Social? Gugatan itu mengklaim bahwa para pendiri telah menyebabkan kerugian pada nilai perusahaan dengan mengganggu operasi bisnis dan proses go public. Tujuannya adalah untuk menghapus kepemilikan mereka yang saat ini bernilai sekitar USD 606 juta.
-
Siapa yang dipuji oleh netizen? Alyssa Daguise sering mendapatkan pujian atas gaya berpakaiannya yang modis.
-
Kapan Donald Trump diramal? Jauh sebelum Donald Trump mengalami penembakan saat kampanye, pada Januari 2024 lalu, ia pernah diramal.
-
Apa yang dituduhkan Trump Media terhadap pendiri Truth Social? Gugatan tersebut menuduh Litinsky dan Moss telah gagal dalam mengelola perusahaan mereka. Mereka dituduh membuat keputusan yang ceroboh dan merugikan, terutama terkait dengan proses merger publik perusahaan.
Dilansir dari The Next Web, sebuah studi di University of Oxford menunjukkan bahwa kedua kandidat mendapat dukungan berupa bot Twitter. Kedua bot ini ada dalam berbagai twit pro-Trump maupun pro-Hillary. Dalam hal ini bot untuk Trump jauh lebih banyak, yakni mencuit sebanyak 576.178 kali dan masih akan tetap mencuit hingga kampanye selesai. Prosentase bot dari pendukung Trump ternyata cukup besar, yakni 32,7 persen tatu hampir mencapai sepertiga.
Hillary pun memiliki bot, namun hanya sedikit. Terhitung bot Hillary hanya mencuit sebanyak 136.639 kali. Angka ini tak seberapa dari jumlah bot dari Trump yang sepertinya justru jadi mayoritas dan 'menyetir' netizen untuk mendukung Trump.
Lebih lanjut, studi tersebut menunjukkan bahwa lalu lintas Twitter selama kampanye di Amerika Serikat didominasi bot dengan jumlah sebanyak 23 persen dari keseluruhan. Menurut salah satu peneliti, Profesor Howard yang diwawancarai BBC, 1 dari 4 bot yang ada di Twitter bisa jadi adalah bot dari Trump.
Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi akun-akun Twitter yang mendukung kampanye menggunakan hashtag tertentu. Dari sini terlihat mana akun asli mana yang bot. Bot ini pun ternyata punya kelakuan mencuit yang sangat aneh, dengan mencuit minimal 200 kali selama masa debat dan beberapa hari setelahnya. Jadi, bot ini akan mencuit rata-rata 50 twit kampanye per harinya. Jumlah ini tentu melebihi frekuensi mencuit manusia pada umumnya.
Baca juga:
Tak ada yang mau beli Twitter?
Twitter akan segera usung tab 'Explore' layaknya Instagram
Bos majalah porno ingin beli video cabul Trump senilai Rp 13 M
Obama minta Trump berhenti 'merengek' dicurangi sebelum pemilu
'Pilih Trump berarti damai, pilih Clinton berarti perang'