Pencitraan Jadi Sosialita, Influencer China Sewa Ruangan di Gedung PBB Sampai Hadir di Acara Donald Trump
Peristiwa ini menimbulkan diskusi di media sosial, di mana sebagian orang memberikan tanggapan positif, sementara yang lain mengeluarkan kritik negatif.
Di zaman media sosial, banyak orang menggunakan kesan kemewahan dan keberhasilan sebagai strategi untuk membentuk citra diri, atau dalam istilah lain, pencitraan sebagai individu yang berkelas. Beberapa influencer di China bahkan tidak segan-segan mengeluarkan biaya yang sangat tinggi demi menciptakan apa yang dikenal sebagai "persona elite."
Dilansir South China Morning Post, Kamis (28/11/2024), Shirley Lin, seorang mahasiswi berusia 22 tahun dari New York University, menarik perhatian publik melalui video-videonya di platform media sosial Douyin yang menggambarkan gaya hidup mewah dan pencapaiannya. Dengan jumlah pengikut mencapai 7,2 juta, ia membagikan momen-momen penting, seperti saat memberikan pidato di PBB dan menghadiri acara-acara prestisius bersama tokoh-tokoh terkenal seperti mantan CEO Microsoft, Bill Gates, serta atlet ski pemenang Olimpiade Beijing, Eileen Gu.
Salah satu video yang diunggah pada 2 November menunjukkan Lin berbicara mengenai "Kepemimpinan Pemuda" dalam sebuah konferensi di markas besar PBB. Video tersebut berhasil meraih lebih dari 2 juta suka dalam waktu hanya sepekan, yang memicu berbagai reaksi, baik pujian maupun skeptisisme. Beberapa pengguna internet bahkan mempertanyakan keaslian dari pengalaman yang ditampilkan.
"Berpidato di PBB sebenarnya bisa dibeli," tulis salah satu komentar, merujuk pada informasi bahwa biaya untuk menyewa ruang konferensi di PBB mencapai USD 2.500 atau sekitar Rp39,6 juta per hari. Di sisi lain, untuk menghadiri acara-acara penting seperti makan malam dengan tokoh ternama atau mengikuti pelatihan organisasi internasional, biasanya memerlukan jaringan yang luas dan dana yang cukup besar.
Pelantikan Donald Trump
Huang, seorang ahli di bidang industri, menyatakan bahwa acara-acara seperti itu cenderung lebih bersifat eksklusif bagi individu yang memiliki akses, bukan sekadar hasil pencapaian. Fenomena yang dikenal sebagai "elite persona" ini tidak hanya terjadi pada Shirley Lin.
Sebuah poster promosi di platform Xiaohongshu menawarkan kesempatan untuk duduk di barisan depan pada pelantikan Donald Trump yang akan berlangsung pada Januari mendatang dengan harga mencapai USD49.999 atau setara dengan Rp793 juta, termasuk layanan fotografer pribadi. Menariknya, paket eksklusif ini dilaporkan sudah terjual habis.
Di sisi lain, magang di lembaga internasional seperti PBB juga semakin diminati. Beberapa agen di China menyediakan layanan untuk membantu mahasiswa mendapatkan kesempatan magang dengan biaya mencapai 34.800 yuan (sekitar Rp76,1 juta). Namun, perlu dicatat bahwa situs resmi PBB menegaskan magang di lembaga tersebut seharusnya tidak dikenakan biaya sama sekali. Dengan demikian, ada kesenjangan antara informasi yang diberikan oleh agen dan kebijakan resmi yang berlaku.
Reaksi Warganet
Kritik terhadap praktik ini semakin meningkat, dengan banyak pihak yang menganggapnya sebagai pemanfaatan citra organisasi internasional demi kepentingan pribadi.
"Ironis bahwa kerja keras staf PBB untuk memerangi kemiskinan global justru dijadikan alat bagi segelintir orang untuk menciptakan citra diri yang palsu," tulis seorang pengguna media sosial.
Di sisi lain, ada pula yang berpendapat fenomena ini secara tidak langsung membantu meningkatkan visibilitas kerja organisasi seperti PBB di hadapan publik.
"Meskipun motif mereka mungkin dipertanyakan, perhatian yang mereka bawa membantu lebih banyak orang memahami misi organisasi internasional," ungkap salah satu individu.
Namun, banyak yang mengingatkan agar masyarakat tidak mudah terbuai oleh pencitraan semacam itu.
"Alih-alih iri pada orang lain, fokuslah pada kerja keras Anda sendiri! 'Persona elit' daring bagaikan pangeran dan putri dalam dongeng -- yang sering kali fiktif. Kesuksesan sejati tidak perlu dipamerkan," tulis salah satu warganet di WeChat.