FBI Diduga Bohong, Tak Bisa Buka iPhone Teroris Tanpa Apple
FBI Diduga Bohong, Tak Bisa Buka iPhone Teroris Tanpa Apple
Pada Januari lalu, Apple 'diserang' oleh Presiden Trump lewat Twitter, karena raksasa teknologi AS tersebut menolak untuk membuka kunci iPhone miliki teroris Mohammed Saeed Alshamrani, yang membunuh 3 orang di Pensacola, Florida.
Seperti yang terjadi sebelum-sebelumnya, FBI meminta Apple untuk membuka iPhone dari teroris, untuk mengetahui berbagai informasi di dalamnya termasuk serangan teroris di masa depan.
-
Bagaimana FBI mengakses telepon pelaku? FBI mengatakan mereka telah "berhasil mendapatkan akses" ke telepon milik pelaku, Thomas Matthew Crooks. Sayangnya, tak jelas bagaimana FBI mengakses telepon pelaku tersebut.
-
Apa yang ditemukan FBI di rumah dan mobil pelaku? FBI mengatakan mereka telah "berhasil mendapatkan akses" ke telepon milik pelaku, Thomas Matthew Crooks. Sayangnya, tak jelas bagaimana FBI mengakses telepon pelaku tersebut. Informasi yang disampaikan mereka hanya menemukan perangkat mencurigakan di rumah dan mobilnya.
-
Mengapa FBI membuka enkripsi HP pelaku? Butuh waktu beberapa hari, namun FBI akhirnya berhasil memecahkan sandi dari telepon pria berusia 20 tahun yang tewas.
-
Mengapa para penyerang menargetkan ID Apple? Kredensial ini sangat dihargai, memberikan kontrol atas perangkat, akses ke informasi pribadi dan keuangan, dan potensi pendapatan melalui pembelian tidak sah.
-
Bagaimana Apple merespon ketertinggalan di bidang AI? Berbagai perusahaan teknologi, terutama yang berkutat di industri ponsel, telah menyoroti sekaligus mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam berbagai perangkat mereka. Apple pun telah menyusul langkah adopsi teknologi AI tersebut, seperti dengan mengakuisisi lebih dari 30 perusahaan rintisan AI sejak 2023.
-
Bagaimana cara mengetahui asal negara iPhone? "iPhone yang dipasarkan di setiap negara memiliki kode yang berbeda. Untuk iPhone resmi yang dipasarkan di Indonesia memiliki kode dari ponselnya lihat pada Settings, General, About," pesan Alfons.
Nah, ada sesuatu yang janggal di sini. Pasalnya, FBI sebelumnya menyatakan telah bisa membuka kunci iPhone 11 milik Lev Parnas, seseorang yang berkongsi dengan Rudy Giuliani, politikus sekaligus orang kepercayaan Trump yang diduga mencari cara kotor untuk menjatuhkan lawan Trump yakni Joe Biden.
Uniknya, iPhone milik teroris di Pensacola ini adalah iPhone 5 dan iPhone 7. Kedua iPhone ini tentu tidak lebih mutakhir sistem keamanannya ketimbang iPhone 11 milik Lev Parnas.
Dari sini, FBI diduga bohong tentang kemampuannya membuka kunci iPhone milik teroris. Nampaknya, Apple masih diminta untuk membukakan kuncinya.
Disebut Gunakan Software Pemecah Sandi
Cerita semacam ini sebenarnya bukan kisah baru. Sejak 2015, FBI sudah bersitegang dengan Apple karena ditolaknya pembukaan kunci iPhone teroris.
Kala itu, perangkatnya adalah iPhone 5c milik teroris San Bernardino, Syed Farook.
FBI akhirnya mengklaim bahwa pihaknya bisa membuka iPhone tersebut, melansir laporan Phone Arena, adalah dengan sebuah software bernama Cellebrite.
Cara kerjanya adalah melakukan jailbreak sementara dan melakukan ekstraksi file lengkap. Disebut pula, dengan pembaruan, Cellebrite dapat mengakses chipset Phone 5s hingga iPhone X.
Dengan ini, sebenarnya iPhone milik Alshamrani sudah bisa dibuka kuncinya. Hal ini ditambah dengan fakta bahwa iPhone 11 milik Lev Parnas yang bisa dibobol lewat pencarian kombinasi angka sandi yang memakan waktu lebih dari dua bulan.
Setelah semua itu, FBI masih saja meminta bantuan Apple, dan akhirnya menjadikan Trump terpancing dan menyerang Apple di Twitternya.
Standar Ganda Soal 'Pintu Belakang'
Melansir laporan dari Bloomberg, direktur FBI Chritopher Wray masih tidak dapat menemukan informasih apa yang ada di perangkat Alshamrani. Hal ini dikarenakan, Wray mengakui bahwa FBI tidak bisa mengakses data terenkripsi di perangkat.
Ia pun menyatakan bahwa kini pihaknya kembali membujuk Apple agar mendapatkan bantuan soal akses ke perangkat teroris tersebut.
Apple, di sisi lain, telah tegas menolak. Terlebih lagi, permintaannya tak lagi soal buka kunci, namun data cloud dari iPhone 5 dan iPhone 7 milik Alshamrani tersebut.
Apple disebut diminta menambahkan 'pintu belakang' ke perangkatnya, agar data yang dienkripsi bisa lebih mudah diakses oleh agensi seperti FBI, dan juga penjabat AS.
Disebut, Apple menolak karena "Pintu belakang juga dapat dieksploitasi oleh mereka yang mengancam keamanan nasional kita dan keamanan data pelanggan kita." Penyalahgunaan data jadi isu besar di sini.
Bloomberg dan Phone Arena menyebut dalam laporannya, terdapat standar ganda di sini.
Jika Anda ingat, Huawei sempat dimasukkan dalam daftar entitas perdagangan dan memblokirnya untuk berbisnis dengan perusahaan AS.
Penyebabnya? Huawei diduga memberi 'pintu belakang' atas data sensitif pengguna ke pemerintah AS. Hal ini sama sekali tidak terbukti, dan berulang kali dibantah.
Huawei diblokir karena sekadar diduga punya pintu belakang, namun Apple justru didorong untuk memberi pintu belakang.
Nah, menurut Anda, apakah FBI masih butuh Apple?
(mdk/idc)