Guru Besar UI Ungkap Benda Kecil Ini Bikin Teknologi AI Jadi Cerdas & Canggih, Kunci Mengubah Dunia
Perkembangan AI terus mendorong kemajuan perangkat elektronik, membuat mereka lebih cerdas dan responsif terhadap kebutuhan pengguna.
Universitas Indonesia (UI) mengukuhkan Prof. Dr.Eng. Ir. Arief Udhiarto, S.T., M.T., IPU, sebagai guru besar tetap dalam bidang Ilmu Devais Nanoelektronika, Fakultas Teknik (FT) di Balai Sidang, Kampus UI Depok, Rabu (6/11).
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Arief menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul ‘Budidaya Pasangan Elektron-Hol untuk Kemaslahatan dan Kemandirian Bangsa’.
- 40 Ucapan Hari Guru Sedunia 2024, Penuh Makna dan Harapan Baik
- Dapat Meningkatkan Akurasi dan Kecepatan Pelayanan, Ini Penjelasan Guru Besar UGM Terkait Pemanfaatan AI Dalam Bidang Kesehatan
- Kecerdasan Buatan Kini Dimanfaatkan untuk Belajar Mengaji, Begini Kisah di Balik Pembuatannya
- Mengenal On Device AI, Terobosan Kecerdasan Buatan dalam Genggaman yang akan Jadi Tren Tahun Depan
Dalam pidatonya Prof. Arif mengatakan, saat ini masyarakat dibuat tertegun dengan kemajuan Generative Artificial Intelligence (GenAI). Teknologi yang memungkinkan perangkat elektronik untuk belajar dan membuat keputusan berdasarkan data.
Perkembangan AI terus mendorong kemajuan perangkat elektronik, membuat mereka lebih cerdas dan responsif terhadap kebutuhan pengguna.
Hal ini membuat masyarakat begitu dimanjakan dengan berbagai peralatan canggih yang membantu mereka dalam aktivitas sehari-hari.
Di sisi lain, kata Prof. Arief, masyarakat dihadapkan pada kenyataan bahwa drone militer dan peluru kendali dapat ditembakkan dari jarak ribuan kilometer dan menghancurkan sasaran dengan tingkat presisi yang sangat tinggi.
Fakta ini menyadarkan bahwa teknologi elektronika tidak hanya sebatas peralatan komunikasi dan hiburan. Teknologi elektronika telah menjelma menjadi isu geopolitik dan keamanan sebuah negara.
Cip Canggih
Tren ini menunjukkan bagaimana perangkat elektronik semakin terintegrasi dalam kehidupan sehari- hari, memberikan kenyamanan dan fungsionalitas yang lebih besar sekaligus menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup manusia.
“Di balik semua kecanggihan dan kemudahan itu ada benda kecil berbentuk cip/IC yang berisi ribuan hingga puluhan miliar devais semikonduktor dalam ukuran mikro atau nanometer. Cip telah menjadi jantung dari semua kemajuan teknologi modern saat ini,” ujar Prof. Arief.
Prof Arief menggambarkan, pentingnya pemahaman mendalam tentang perangkat elektronika dan bagaimana pasangan elektron-hol (elektron dan lubang) yang ada di dalamnya menggerakkan kemajuan teknologi yang masyarakat nikmati hari ini.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, pengembangan semikonduktor adalah faktor kunci yang menentukan kekuatan ekonomi global. Industri cip dan semikonduktor, yang kini menjadi industri raksasa, berkontribusi pada ekonomi dunia dan mempengaruhi geopolitik secara signifikan.
Oleh karena itu, ia menekankan tantangan yang dihadapi oleh teknologi semikonduktor saat ini, terutama dalam menghadapi batasan fisika akibat ukuran devais yang hampir mendekati ukuran atom.
Sebagai solusinya, Prof. Arief menyampaikan pengembangan teknologi ‘Beyond CMOS’, seperti transistor berbasis elektron tunggal (SET), elektronika organik, dan Tunnel Field-Effect Transistors (FET), yang berpotensi membuka era baru dalam efisiensi dan kemampuan perangkat elektronika.
Berdasaarkan hal tersebut, Prof. Arief mengajak seluruh pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan industri untuk bersatu membangun ekosistem semikonduktor nasional yang dapat mendukung kemandirian teknologi Indonesia.
Profil Prof Arief Udhiarto
Ia juga mengapresiasi langkah pemerintah Indonesia yang telah merancang roadmap pengembangan ekosistem semikonduktor melalui Konsorsium Semikonduktor Indonesia (ICDeC), yang melibatkan 16 perguruan tinggi dan industri untuk mendukung perkembangan desain cip di Indonesia.
“Mengingat urgensi dan strategisnya teknologi ini, selaku akademisi saya mengajak seluruh pihak, mari bersama-sama menyiapkan talenta-talenta terbaik bangsa untuk menjadi pengrajin semikonduktor demi kemaslahatan dan kemandirian bangsa Indonesia,” katanya.
Prof. Dr.Eng. Ir. Arief Udhiarto, S.T., M.T., IPU., menamatkan pendidikan sarjana hingga magister di FTUI, yaitu Sarjana Teknik pada 2001 dan Magister Teknik pada 2004.
Kemudian, pada 2012 ia berhasil mendapatkan gelar Doctor of Engineering di Nanovision Technology, Shizuoka University, Jepang. Lalu, ia mendapatkan gelar Profesi Insinyur di FTUI pada 2023.
Ia dikenal aktif menghasilkan karya ilmiah yang telah diterbitkan di berbagai jurnal nasional maupun internasional.
Beberapa publikasi ilmiah tersebut, di antaranya Fabrication of Organic Light Emitting Diodes (OLEDs) using the Lamination method in a Vacuum-Free Environmen (2023); Probing ionization characteristics of under-water plasma arc discharge using simultaneous current and voltage versus time measurement in carbon nanoparticle synthesis (2022); dan Band-to-band tunneling mechanism observed at room temperature in lateral nondegenerately doped nanoscale p-n and p-i-n silicon devices (2021).El