Hacker Indonesia makin ganas kirimkan 'santet online'
Sampai kapan perang cyber ini terus berlanjut?
Dua hari lalu (26/11), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memaparkan isi surat balasan yang dikirim oleh Perdana Menteri Australia Tony Abbott terkait isu penyadapan.
Dalam surat balasan tersebut, tidak ada kesimpulan kata permintaan maaf dari pihak Australia lantaran sudah menyadap Presiden SBY dan sejumlah pejabat negara. SBY pun berpendapat masih ada yang harus diklarifikasi Australia. Bahkan isi surat tersebut lebih membahas tentang hubungan bilateral dua negara yang diinginkan terus berlanjut.
Seiring dengan tidak adanya permohonan maaf dari pemerintah Australia terkait isu penyadapan yang menggemparkan selama bulan November ini, sekelompok hacker Indonesia kembali menebar ancaman dengan melancarkan serangan.
Tadi malam (27/11), sebuah fanspage Facebook yang dibuat oleh komando serangan, Indonesia Security Down Team, disebutkan bahwa mereka sedang menyiapkan serangan.
Di akun dengan nama ISD Team tersebut, dikatakan bahwa serangan tersebut dimulai pada pukul 20.00 WIB . Agak mundur satu jam dari waktu serangan biasanya yang dilaksanakan tiap 19.00 WIB.
Alhasil, Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia yang beralamat di www.embassy.gov.au. Laman Department of Foreign Affair and Trade ini 'terkapar' alias tak bisa diakses.
Berdasar pengecekan melalui www.status.ws, situs ini yang dipakai sebagai koordinasi Kedutaan-Kedutaan Besar Australia di luar negeri ini positif down akibat serangan DDOS. Namun saat berita ini diturunkan, situs tersebut sudah kembali normal .
Yang lebih parah lagi adalah sudah seminggu situs kepolisian federal Australia hingga kini masih belum bisa diakses . Menurut Juru Bicara tersebut, AFP akan menangani serangan kepada situs-situs pemerintah secara serius. "Individu yang terlibat dalam serangan cyber ini harus tahu bahwa mereka akan terkena kasus kriminal," katanya. Meski begitu, Polisi Federal menegaskan down nya situs tidak berdampak terhadap sistem teknologi informasi dan tidak ada informasi sensitif yang ditaruh dalam website tersebut.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Kenapa negara-negara tersebut sering menjadi sasaran hacker? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.