Ilmuwan Temukan Cara 'Hapus' Ingatan Buruk Seseorang
Ilmuwan Temukan Cara 'Hapus' Ingatan Buruk Seseorang
Trauma, ingatan buruk, dan ingatan yang mengganggu tentu akan berpengaruh pada mental kita ke depannya. Oleh karena itu, peneliti mencoba cari cara untuk menghapus ingatan buruk seseorang.
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Science Advances yang dikutip The Verge, memberi pasien anestesi dapat membantu untuk melupakan ingatan yang mengganggu.
-
Siapa yang berperan dalam meningkatkan kesadaran tentang kesehatan mental? Dengan ajakan "Start the Conversation" atau "Memulai Percakapan," semua pihak, dari individu, keluarga, hingga komunitas, diharapkan lebih proaktif dalam membicarakan kesehatan mental.
-
Apa yang dipelajari dalam ilmu psikologi manusia? Psikologi manusia merupakan cabang ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental individu.
-
Kenapa mencari gejala masalah kesehatan mental bisa berbahaya? Mencari gejala masalah kesehatan mental sesuai dengan kondisi Anda bisa berujung bahaya. Pada saat ini, banyak orang yang mulai terbuka terhadap masalah mental yang mereka alami. Sayangnya, keterbukaan ini kerap tidak disertai dengan pengetahuan dan diagnosis yang tepat. Singkatnya, banyak orang saat ini melakukan self diagnose terhadap kondisi mental mereka sendiri.
-
Siapa yang melakukan penelitian mengenai keheningan? “Sejauh ini, sampai penelitian kami muncul, belum ada tes empiris utama untuk pertanyaan ini. Dan itulah yang ingin kami berikan,” kata Rui Zhe Goh, peneliti bidang Sains dan Filsafat dari Johns Hopkins University. Goh dan para profesornya mengerjakan ilusi sonik untuk memahami jika orang merasakan keheningan saat mereka memproses suara dari perspektif kognitif.
-
Mengapa kesehatan mental sangat penting? Sebab, kesehatan mental merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan pada setiap manusia. Sejatinya, kesehatan mental sama pentingnya dengan kondisi jasmani seseorang.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
Percobaan yang dihelat oleh para ilmuwan saraf di Universitas Teknik Madrid, dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengikutsertakan 50 peserta dan memberi mereka tayangan slide yang berbeda dan tidak menyenangkan. Di antaranya adalah anak yang diculik dan kecelakaan mobil.
Setelah satu minggu, para ilmuwan mengumpulkan peserta dan mencoba "mengaktifkan kembali" ingatannya hanya dengan menunjukkan kembali gambar tak menyenangkan tersebut. Sesegera setelah itu, semua peserta diberikan propofol anestesi dan mereka menjalani endoskopi.
Langkah terakhir, ilmuwan menguji seberapa baik peserta mengingat memori buruk tersebut. Setengah dari mereka diuji setelah bangun, setengahnya lagi diuji 24 jam kemudian.
Pasien yang diuji setelah bangun ternyata cenderung mengingat memori buruk tersebut. Sementara pasien yang diuji sehari setelahnya tidak ingat cerita mana pun.
Hal ini menunjukkan bahwa kombinasi dari reaktivasi dan anestesi dan timing yang tepat, dapat menjaga ingatan buruk tak berbekas di otak.
Tantangan dari penelitian ini adalah menerapkan hasil yang sebenarnya masih terbatas ini pada kehidupan nyata. Diharapkan hal ini bisa menumpas memori buruk di tingkatan traumatik, kecanduan alkohol dan narkoba, serta hal buruk lainnya.
Hal ini pun masih belum diuji lebih lanjut apakah penerapan anestesi bisa berbeda berdasarkan gender dan fisik masing-masing individu yang berbeda-beda.
(mdk/idc)