Jakarta jadi tuan rumah APNIC 40
Tahun ini Jakarta menjadi tuan rumah dari salah satu konferensi internet bergengsi dan penting di kawasan Asia Pasifik.
Tahun ini Jakarta bakal menjadi tuan rumah dari salah satu konferensi Internet bergengsi dan penting di kawasan Asia Pasifik, yakni APNIC 40. Dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah, bukan tanpa sebab. Sejak lima tahun yang lalu, tepatnya tahun 2010, jumlah pengguna Internet di Indonesia telah tumbuh lebih dari dua kali lipat. Pada saat ini, tercatat lebih dari 88 juta orang terkoneksi ke jaringan Internet dengan pengguna sebagian besar berusia 15-25 tahun.
Kendati demikian, negeri ini masih kalah jauh dengan negara tetangga yang di mana penetrasi Internet di Indonesia relatif masih rendah yakni 34.9 persen, Vietnam di 43.8 persen, Malaysia 70.4 persen dan Singapura 99 persen. Namun meski penetrasi internet rendah, tetapi tingkat pertumbuhannya sangat pesat. Sekalipun sulit untuk mencapai target Millenium Development Goal PBB untuk menghubungkan 50 persen populasi ke Internet di akhir 2015.
Menurut Deputy Director General, APNIC, Sanjaya, seperti halnya sebagian besar negara-negara di Asia Pasifik, banyak tantangan yang harus diatasi, terutama dalam memberikan akses Internet di luar kota-kota besar.
"Pemerintah Indonesia menunjukkan antisipasi yang baik dengan mendukung program pengembangan jaringan Palapa Ring I, yang telah digelar di sepanjang pantai kepulauan Indonesia bagian Barat di tahun 2009. Proyek pengembangan ini akan menambahkan kabel serat optik sepanjang 8.295 kilometer di kawasan Indonesia bagian Timur. Diharapkan selesai tahun 2018, Palapa Ring akan menjadi tulang punggung pita lebar Internet yang menghubungkan 33 propinsi, dan 460 kota dan kabupaten," ujarnya.
Selain menghubungkan lebih banyak orang ke jaringan Internet, infrastruktur ini juga akan meningkatkan peluang bisnis antar daerah maupun internasional melalui Internet, dan tidak kalah pentingnya memperbesar kapasitas lalu-lintas data untuk mengantisipasi teknologi baru seperti Internet of Things yang akan menghubungkan milyaran perangkat ke jaringan Internet.
"Tetapi, untuk memastikan Indonesia menjadi pemain penting di Internet, peningkatan infrastruktur saja belumlah cukup. Kita harus juga memperkuat pengetahuan dan keterampilan dalam pengoperasian jaringan Internet, terutama untuk mengantisipasi penggunaan IPv6 sebagai protokol baru menggantikan IPv4 yang sudah kehabisan nomor alamat dan punya beberapa kelemahan di sisi kinerja maupun sekuriti," tambah Sanjaya.
Sama dengan negara-negara lainnya, Indonesia perlu merencanakan bagaimana 'hidup setelah IPv4', karena untuk mendukung pertumbuhan Internet dan inovasi-inovasi barunya, di mana milyaran perangkat baik besar maupun kecil, dari berbagai industri mulai dari pabrik, perkebunan, hingga perumahan, akan terhubung ke Internet. Sesuatu yang sangat sulit dicapai tanpa menggunakan IPv6.
APNIC 40 menyajikan beberapa sesi mengenai IPv6, termasuk tutorial pertama di dunia tentang penggelaran IPv6 untuk operator seluler. Di sesi ini, operator jaringan akan belajar dari pengalaman nyata implementasi IPv6 di jaringan operator seluler besar di luar negeri.
"Saya sangat optimis tentang masa depan Internet di Indonesia. Budaya gotong-royong bangsa kita sesungguhnya sangat cocok dengan jaringan Internet, yang pada awalnya bermula dari kerjasama jaringan lokal yang kemudian tumbuh berkembang menjadi jaringan global. Tanpa kerjasama yang baik antar jaringan, baik besar maupun kecil, Internet tidak akan menjadi sarana komunikasi yang sangat penting seperti sekarang ini. Saya percaya dengan menjadi tuan rumah di konferensi penting ini, Indonesia akan menunjukkan kemampuan dan kontribusinya yang signifikan terhadap pertumbuhan Internet di kawasan Asia Pasifik dan di dunia," kata dia. Acara conference ini diselenggarakan dari tanggal 7 hingga 10 September 2015 di Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta.