Jelang Konferensi G20, grup hacker China 'hajar' media Australia
Grup hacker DeepPanda diklaim menjadi bagian dari militer China
Jelang pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang akan dilaksanakan di Australia tanggal 15-16 November nanti, situs-situs Australia dinyatakan menerima banyak serangan dari hacker China.
Grup hacker yang diketahui mulai menyerang organisasi media Australia itu dinyatakan oleh CrowdStrike sebagai bagian dari pemerintah China. CrowdStrike sendiri adalah sebuah organisasi keamanan internet dari Amerika.
-
Siapa hacker yang pernah meretas komputer Departemen Pertahanan Amerika Serikat? Jonathan James (c0mrade)Jonathan James merupakan hacker remaja pertama yang pernah ditangkap karena kejahatan siber di Amerika Serikat. Saat ia berusia 15 tahun, di tahun 1999, James pernah melakukan peretasan ke dalam komputer Departemen Pertahanan Amerika Serikat. Dengan aksinya itu, James berhasil mendapat akses ke lebih dari 3.000 pesan dari pegawai pemerintah, kata sandi, dan berbagai data sensitif lainnya.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Apa yang dilakukan para hacker terhadap toko penjara? Para peretas memanipulasi daftar harga di toko penjara, menurunkan harga barang menjadi jauh di bawah nilai normalnya.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Siapa saja yang melakukan serangan hacker ke negara-negara tersebut? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
Seperti yang CrowdStrike katakan pada ABC, saat ini aktivitas hacking di situs-situs media Australia tengah meningkat dalam beberapa minggu terakhir menjelang Konferensi G20 yang akan diadakan minggu ini dan bulan depan. Serangan cyber itu diklaim berasal dari sebuah grup hacker bernama DeepPanda yang menurut CrowdStrike mempunyai hubungan dengan pemerintah China.
Lebih lanjut, Dmitri Alperovitch selaku pendiri dari CrowdStrike mengungkapkan bila DeepPanda tengah mencoba mencari data-data strategis yang menguntungkan pemerintah China.
"(DeepPanda tengah mencari) pertanyaan-pertanyaan yang dapat mereka peroleh dari reporter Australia, jenis-jenis ulasan, (sudut pandang) positif atau negartif, yang mereka harap bisa diketahui," ujar Alperovitch pada ABC.
Selain DeepPanda, CrowdStrike juga tengah mengawasi gerak-gerik dari grup hacker China lain, yakni VixenPanda. Berdasarkan penelitian dari CrowdStrike, VixenPanda dinyatakan berkaitan dengan badan keamanan militer China, Third Department, Mashable (13/11).
"Saat ini sebuah unit dari militer China tengah melakukan aksi spionase pada pemerintah Australia. Dan informasi yang mereka dapatkan sedang diberikan pada oknum-oknum militer yang berhubungan dengan petinggi pemerintah China," lanjutnya.
Menanggapi pernyataan Alperovitch itu, pada bulan Juli lalu Kedutaan China yang ada di Amerika membantah bila pemerintahnya berhubungan dengan DeepPanda. Bahkan, mereka juga mengatakan bila CrowdStrike hanya mencari sensasi agar bisa terkenal dari isu grup hacker DeepPanda itu.
(mdk/bbo)