Menristek: Produk Startup Teknologi Lokal Masuk e-Commerce, Lawan Hiddent Import
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi mendukung dan mendorong produk-produk startup teknologi dan inovasi industri binaan kementerian masuk ke pasar dagang online atau e-commerce di Tanah Air. Tujuannya supaya produk-produk teknologi lokal yang inovatif bisa naik kelas dan kompetitif dengan produk impor.
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) mendukung dan mendorong produk-produk startup teknologi dan inovasi industri binaan kementerian masuk ke pasar dagang online atau e-commerce di Tanah Air. Tujuannya supaya produk-produk teknologi lokal yang inovatif bisa naik kelas dan bersaing dengan produk impor.
"Kami mengundang empat startup unicorn Indonesia; Bukalapak, Tokopedia, Traveloka, dan Gojek untuk membantu produk startup teknologi dan inovasi industri yang kami bina. Apalagi produk-produk startup kami kebanyak bersifat barang alias produk manufaktur. Misalnya kami akan membantu produk startup ini masuk ke Tokopedia supaya produk lokal ini naik kelas," ujar Prof Mohammad Nasir PhD, Ak, Menristekdikti, menjawab Merdeka.com, saat keterangan pers Pameran Startup Teknologi dan Inovasi Industri Anak Negeri (I3E) 2019 di Jakarta, Selasa (10/9).
-
Bagaimana Tally membangun brand lokalnya dan memasuki pasar e-commerce? Sejak ia berdiri, pada tahun 1997 barulah Tally fokus untuk membangun brand lokalnya dengan nama “Tally Underwear” dan mulai melakukan strategi ekspor ke seluruh Indonesia dan mancanegara dari Middle East, Singapore, Malaysia, dan Brunei. Hingga akhirnya di tahun 2019, seiring dengan kemajuan teknologi dan permintaan pasar, Tally semakin menyadari perlunya mengevaluasi dan menciptakan strategi baru untuk ke kemajuan bisnis ke depan, serta mengikuti tren dan perkembangan zaman dengan memasuki pasar e-commerce, salah satunya menggandeng platform e-commerce terbesar Indonesia, yakni Shopee.
-
Siapa yang membangun bisnis melalui marketplace? Selain itu, penjual bisa secara independen membangun bisnisnya melalui fasilitas yang ada di platform ini.
-
Bagaimana Hadinata Batik menggunakan platform digital untuk mengembangkan bisnisnya? Banyak bermunculan brand batik baru di tengah disrupsi digital menjadi tantangan sekaligus motivasi bagi Hadinata Batik untuk terus berkembang. Hadinata Batik pun terus beradaptasi dengan berinovasi membuat model batik yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan serta bergabung di platform digital seperti Tokopedia dan ShopTokopedia guna mempercepat laju bisnis lewat pemanfaatan platform digital.
-
Apa yang dilakukan AHA Commerce untuk membantu brand lokal di Lazada? “Kami memahami bahwa era digital saat ini menawarkan potensi tanpa batas bagi pelaku bisnis, namun di sisi lain juga menghadirkan tantangan besar bagi mereka yang belum memiliki pemahaman mendalam soal lanskap bisnis online. Keberadaan AHA Commerce dimulai dari keinginan kami untuk membantu brand dan penjual lokal yang ada di Indonesia untuk bisa mencapai potensi bisnis optimalnya di dunia digital,” kata Stephen Lawrence, Founder dan CEO AHA Commerce.
-
Bagaimana Shopee membantu produsen batik lokal untuk naik kelas dan berdaya saing global? Inisiatif ini adalah bagian dari komitmen berkelanjutan kami untuk UMKM, khususnya para produsen dan pengrajin batik di tanah air agar bisa naik kelas dan berdaya saing global melalui berbagai fitur dan program di Shopee, salah satunya adalah Program Ekspor Shopee," kata Monica.
-
Bagaimana AHA Commerce membantu brand lokal meningkatkan penjualannya di Lazada? Di sisi yang lain, AHA Commerce juga turut menyediakan layanan menyeluruh bagi brand lokal di Lazada yang ingin meningkatkan penjualan, mulai dari pengelolaan toko online, penyediaan gudang dan fasilitas pengepakan pesanan, program pemasaran, hingga layanan pelanggan.
Sejak 2015, kementerian telah berhasil membina 1.307 startup, yang berasal dari perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, industri, serta masyarakat. Dari 1.307 startup itu, sebanyak 749 merupakan startup teknologi atau Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT), 558 calon startup atau Calon Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (CPPBT), dan 15 inovasi industri. Kementerian melakukan pendampingan kepada mereka, mulai dari proses produk/produksi, pengemasan, hingga pemasaran.
Hasilnya, sebanyak 13 startup bersifat tenant mature karena memiliki omset di atas Rp 1 miliar per tahun. Kemudian 96 startup bersifat tenat growth, karena punya omset Rp 100 juta hingga Rp 1 miliar per tahun. 249 tenant masih dalam proses pembinaan dan 24 tenant dianggal gagal.
Menurut menteri, upaya pemasaran online produk-produk startup teknologi lokal ini harus dilakukan untuk mengantisipasi banjirnya produk-produk impor di aplikasi e-commerce di Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum, barang-barang yang dijual di e-commerce kita kebanyakan produk impor. Masih sedikit sekali produk yang dijual adalah produk lokal, karya anak bangsa.
"Kami ingin menghindari Indonesia hanya menjadi pasar produk-produk dunia. Hindari hiddent import melalui platform e-commerce, karena itu produk Indonesia harus menjadi tuan rumah
di e-commerce Indonesia. Untuk itu, produk-produk startup teknologi lokal juga harus kompetitif supaya bisa bersaing," ucapnya.