Misteri Atmosfer yang Tipis di Bulan Akhirnya Terpecahkan, Rahasia yang Terkubur Miliaran Tahun
Penelitian terbaru mengungkap bahwa atmosfer tipis di Bulan terbentuk akibat dampak meteor yang terus-menerus menghantam permukaannya.
Bulan telah menyimpan rahasia selama puluhan tahun. Rahasia ini sebentar lagi ilmuwan bisa memecahkannya. Mengutip Indy100, Jumat (16/8), ada penelitian terbaru fokus pada eksosfer, yaitu lapisan tipis gas yang melingkupi Bulan dan membentuk semacam atmosfer di sekitarnya.
Sifat eksosfer ini telah membingungkan para ahli selama beberapa dekade. Sebelumnya, para peneliti selalu ragu mengenai alasan keberadaannya, karena secara sederhana, eksosfer ini seharusnya tidak ada sama sekali mengingat Bulan tidak memiliki medan magnet.
-
Bagaimana meteor menghantam Bulan? Dampak kecepatan tinggi itu menghasilkan panas yang hebat dan menciptakan kawah, sekaligus memberikan kilatan cahaya tampak cerah.
-
Di mana meteor menghantam permukaan Bulan? Meteor itu tampaknya menghantam dekat kawah Ideler L, sedikit di barat laut kawah Pitiscus.
-
Kapan meteor itu menghantam Bulan? Pada 23 Februari 2023, seorang astronom Jepang menangkap kilatan meteor yang menabrak Bulan.
-
Bagaimana hujan meteor terjadi? Hujan meteor pada dasarnya adalah puing-puing luar angkasa yang jatuh melalui atmosfer bumi, dan terbakar saat masuk ke atmosfer.
-
Bagaimana meteor memasuki bumi? Meteor adalah bagian dari batu luar angkasa yang bisa memasuki atmosfer Bumi dan jatuh ke tanah.
-
Bagaimana proses terjadinya hujan meteor? Meteor terjadi ketika objek angkasa, seperti debu dan partikel lainnya, memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan yang sangat tinggi. Saat objek tersebut memasuki atmosfer, gesekan dengan udara menyebabkan panas dan tekanan pada objek tersebut.
Namun, penelitian anyar ini mungkin menjelaskan misteri keberadaannya. Sebuah studi yang diterbitkan di Science Advances mengungkap temuan terbaru dari Nicole Nie, seorang ahli geokimia dari Massachusetts Institute of Technology (MIT).
"Kami memberikan jawaban definitif bahwa penguapan akibat dampak meteor adalah proses dominan yang menciptakan atmosfer Bulan," kata Nie.
Intinya, studi ini mengajukan teori bahwa mikrometeorit kecil mengganggu debu Bulan dengan menendang atom-atom di sekitar permukaannya, sehingga menjaga eksosfer tetap ada.
"Bulan sudah hampir berusia 4,5 miliar tahun, dan selama waktu itu permukaannya terus-menerus dihantam oleh meteor. Kami menunjukkan bahwa pada akhirnya, atmosfer tipis mencapai keadaan stabil karena terus-menerus diisi kembali oleh dampak kecil di seluruh Bulan," lanjut Nie.
Penelitian ini didasarkan pada pemodelan data dari sebuah pengorbit Bulan yang beroperasi antara 2013 dan 2014, bernama Lunar Atmosphere and Dust Environment Explorer (LADEE). Namun, Nie juga menyebutkan bahwa diperlukan penelitian lebih lanjut.
"Berdasarkan data LADEE, tampaknya kedua proses tersebut berperan. Misalnya, data menunjukkan bahwa selama hujan meteor, jumlah atom di atmosfer meningkat, artinya dampak meteor memiliki efek. Tetapi data juga menunjukkan bahwa ketika Bulan terlindung dari Matahari, seperti saat gerhana, ada juga perubahan dalam atom di atmosfer, artinya Matahari juga berpengaruh. Jadi, hasilnya tidak sepenuhnya jelas atau kuantitatif," tambahnya.
Penelitian ini hadir setelah para ilmuwan menemukan rahasia yang terkubur selama miliaran tahun di bawah permukaan Bulan.