Orang Indonesia jadi korban penipuan online terbesar di dunia
Setelah Indonesia, ada vietnam dan India yang juga memiliki korban penipuan online terbanyak
Meningkatnya interaksi internet orang Indonesia dengan dunia maya ternyata juga berdampak negatif. Hal ini dibuktikan oleh survei dari Kaspersky Lab dan B2B International.
Berdasarkan survei yang dilakukan di 26 negara sejak pertengahan tahun 2015 lalu, Indonesia menempati posisi tertinggi negara dengan konsumen paling banyak menjadi korban penipuan online. Total, 26 persen konsumen Tanah Air dinyatakan kehilangan uang akibat terkena muslihat di dunia maya.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Siapa yang menguasai internet di Indonesia? “Ada peningkatan sebesar 1,31 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar Muhammad Arif, Ketua Umum APJII. Menariknya, dari jumlah tersebut, pengguna internet didominasi oleh satu kelompok saja. Maksud dari kelompok ini adalah orang-orang dengan rentang usia tertentu yang “menguasai” jagad internet Tanah Air. Siapa mereka? Menurut survey itu, terdapat enam kelompok dengan rentang usia bermacam-macam. Dari kelompok generasi itu, Gen Z adalah orang-orang yang menguasai jagad internet di Indonesia.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa itu yang dimaksud dengan penetrasi internet? Penetrasi internet yang tinggi di negara-negara tersebut menunjukkan perkembangan teknologi dan aksesibilitas yang semakin meningkat, meskipun ada variasi dalam jumlah pengguna berdasarkan populasi total.
Setelah Indonesia, ada Vietnam dengan 25 persen dan India 24 persen konsumen di negaranya kehilangan uang akibat penipuan online. Total, ada 48 persen konsumen dunia yang menjadi target penipuan online.
Ancaman penipuan online yang menyasar masyarakat memiliki banyak motif. Ancaman tersebut antara lain e-mail mencurigakan yang mengaku dari bank (22 persen) atau situs ritel (15 persen), dan halaman web mencurigakan yang meminta data keuangan (11 persen).
Survei ini juga menemukan bahwa ketika uang konsumen dicuri, maka mereka menderita kerugian dengan estimasi rata-rata sebesar USD 283 atau Rp 3,8 jutaan, sementara setiap orang kelima (22 persen) kehilangan lebih dari USD 1.000 atau Rp 13,5 juta.
Hanya setengah (54 persen) korban kehilangan uang yang berhasil mendapatkan kembali secara utuh dana mereka yang dicuri. Di sisi lain, hanya seperempat (23 persen) konsumen yang sama sekali tidak berhasil mendapatkan uang mereka kembali.
Sumber: Kaspersky Lab
Baca juga:
Jangan sepelekan ancaman ransomware, bisa minta tebusan uang
Dalam 2 jam, hacker curi Rp 170 miliar dari ribuan ATM
Pelajar ini pakai email guru buat sebar foto porno
Bak Robin Hood, hacker ini curi uang buat korban serangan ISIS
Kesal diremehkan guru, siswa ini retas 444 website sekolah