Pendidikan seks itu tanggung jawab orang tua, bukan lembaga
Sayangnya, masih banyak orang tua yang menganggap pendidikan seks itu adalah hal yang tabu.
Mungkin ada perbedaan dalam pengajaran informasi mengenai seks di Indonesia dan di kebanyakan negara-negara maju di Eropa atau Amerika Serikat.
Mayoritas orang tua di Indonesia masih menganggap tabu dan tidak patut untuk menerapkan pendidikan seks kepada anak-anak mereka. Namun justru hal tersebut seharusnya perlu diubah.
Dalam hal ini, seorang psikolog Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Ratri Sunar Astuti mengatakan bahwa pendidikan seks pada anak merupakan tugas sekaligus tanggung jawab orang tua, sedangkan lembaga pendidikan atau lainnya hanya sebagai unit pendukung saja.
"Dalam memberikan pendidikan seks pada anak, orang tua perlu memperhatikan rasa aman dan nyaman anak," katanya pada seminar 'Pendidikan Seksual Anak di Masa Sekolah Awal', di Yogyakarta, seperti dikutip dari Antara, Senin (09/09).
Dia berpendapat bahwa seharusnya orang tua tidak perlu bersikap malu dalam menjelaskan sesuatu kepada anak atau ketika menjawab suatu pertanyaan yang dilontarkan buah hati mereka.
"Materi pendidikan seks perlu disampaikan dalam suasana hangat keluarga, memberikan informasi yang benar dan ilmiah, mengkomunikasikan dengan bahasa sederhana agar anak paham. Selain itu, orang tua juga harus bersikap tenang, tidak terkejut atau malu-malu ketika menjelaskan sesuatu, memberikan penjelasan sesuai usia anak dan membatasi jawaban atau penjelasan hanya pada pertanyaan anak, tidak perlu melebar terlalu jauh," jelasnya.
Ia mengatakan hal penting yang harus diperhatikan orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak adalah memberikan keyakinan pada anak bahwa dirinya dicintai apa adanya sehingga anak merasa aman dan percaya pada orang tua.
Orang tua juga harus menunjukkan sikap terbuka, siap berdiskusi dengan anak, mampu berkomunikasi dengan jelas.
"Dalam perkembangan seksual, orang tua tidak perlu khawatir berlebihan, tetapi perlu mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan sensitif pada perubahan anak," ujar Ratri.
Pakar Bimbingan Konseling Universitas Sanata Dharma (USD) Maria Margaretha Sri Hastuti mengatakan pendidikan seks yang diselenggarakan sekolah menjadi semakin penting.
"Hal itu seiring dengan cepatnya kematangan seksual anak, tetapi pendampingan orang tua secara intensif lemah dan mudahnya akses informasi melalui media internet," jelasnya.
Menurut dia, pendidikan seks dirancang untuk mendampingi anak memperoleh pemahaman yang tepat tentang perkembangan seksual dirinya serta perkembangan pribadi dan sosial.
"Pemahaman yang tepat tentang seks dan seksualitas akan menjadi kekuatan sekaligus benteng bagi anak dari usaha-usaha pelecehan dan kekerasan seksual," katanya.