Penelitian: Lockdown Pandemi Covid-19 Mengikis Kesehatan Mental
Penelitian: Lockdown Pandemi Covid-19 Mengikis Kesehatan Mental
Depresi dan keterkaitannya dengan lockdown pandemi Covid-19 jadi objek menarik yang diteliti para periset dan ilmuwan.
Menurut penelitian terbaru dari University of Exeter dan King's College London, kesepian pada orang dewasa selama masa lockdown di tengah pandemi Covid-19 merupakan faktor kunci atas gejala depresi dan kesehatan mental lainnya.
-
Siapa yang dilibatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dalam disertasi Kombes Pol Dr. Yade Setiawan Ujung? Analisis ini menawarkan wawasan berharga tentang pentingnya kerjasama antar-sektor dan koordinasi yang efektif antara lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menghadapi krisis kesehatan.
-
Bagaimana cara mencegah penyebaran Flu Singapura? Untuk mencegah penyebaran Flu Singapura, penting untuk menjaga kebersihan tangan dan lingkungan, serta menghindari kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
-
Apa yang dirasakan Vincent Raditya saat mengalami flu Singapura? Vincent Raditya menyatakan bahwa pada tahap awal, ia mengalami demam tinggi selama tiga hari. Ia merasakan tubuhnya lemas dan berat, serta mengalami nyeri pada leher.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Siapa yang memimpin aksi demo petani Kendeng saat pandemi COVID-19? Aksi demo petani Kendeng kembali dilakukan saat pandemi COVID-19. Kala itu mereka menolak aktivitas penambangan yang dianggap berpotensi merusak lingkungan.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
Dr. Byron Creese, dari University of Exeter Medical School, yang memimpin penelitian itu, menyebut bahkan sebelum pandemi tingkat kesepian dan aktivitas fisik menjadi masalah besar di masyarakat, terutama di kalangan orang tua.
"Penelitian ini memungkinkan kami untuk membandingkan kesehatan mental sebelum dan sesudah Covid-19 pada sekelompok orang berusia 50 tahun ke atas. Kami menemukan bahwa selama lockdown, kesepian dan penurunan aktivitas fisik berkaitan dengan lebih banyak gejala kesehatan mental yang buruk, terutama depresi," tutur Creese dikutip dari Eureka Alert via Tekno Liputan6.com.
Karena itu, menurut dia, saat ini penting untuk menemukan cara baru untuk mengurangi risiko memburuknya kesehatan mental selama pandemi.
Menurut penelitian yang didanai oleh The National Institute for Health Research (NIHR) Maudsley Biomedical Research Centre (BRC) itu, sebelum pandemi orang yang kesepian melaporkan rata-rata dua gejala depresi setidaknya selama beberapa hari dalam dua pekan.
Selama lockdown, mereka melaporkan peningkatan frekuensi gejala depresi. Mereka mengaku mengalami gejala depresi setidaknya selama beberapa hari dalam jangka waktu yang sama. Sementara pada mereka yang tidak kesepian, tingkat gejala depresi tidak terpengaruh.
Temuan Lain
Zunera Khan, Research Portfolio Lead, Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience di King's College London menuturkan dia rekannya juga telah menemukan hubungan antara kesepian dan penurunan latihan fisik serta gejala kesehatan mental yang memburuk.
"Platform PROTECT kami pada akhirnya bertujuan untuk menemukan cara baru untuk melibatkan orang-orang di rumahnya secara aktif," tutur Khan.
Platform PROTECT
PROTECT dimulai pada 2011 lalu dan memiliki 25.000 peserta. Dirancang untuk memahami faktor-faktor yang terlibat dalam penuaan yang sehat, studi inovatif ini menggabungkan kuesioner gaya hidup terperinci dengan tes kognitif yang menilai aspek fungsi otak termasuk memori, penilaian, dan penalaran dari waktu ke waktu.
Pada bulan Mei, para peneliti membuat kuesioner baru yang dirancang untuk menilai dampak Covid-19 pada kesehatan dan kesejahteraan. Berlangsung antara 13 Mei hingga 8 Juni, kuesioner tersebut diisi oleh 3.300 orang dan 1.900 di antaranya telah lebih dulu bergabung dengan PROTECT.
Sumber: Liputan6.com
Reporter: Mochamad Wahyu Hidayat