Pengamat: Sulit Percaya Ada Hacker Beri Gratis Kunci Deskripsi Data yang Dicuri Kalau Tak Mengalami
Peristiwa hacker memberikan kunci secara gratis memang langka. Namun bukan berarti tidak ada.
Pengamat Siber Vaksincom, Alfons Tanujaya mengakui orang awam akan sulit mempercayai ada hacker yang secara gratis memberikan kunci deskripsi data yang diambilnya.
Seperti halnya yang terjadi pada peristiwa Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 di Surabaya.
Ransomware yang mengatasnamakan Brain Cipher ini mengumumkan mengembalikan kunci deskripsi kepada pemerintah Indonesia.
Sebagaimana diketahui, sebelumnya ransomware ini meminta tebusan USD 8 juta atau Rp 131 miliar untuk mendapatkan kunci deskripsi.
“Kalau tidak mengalami langsung memang hal ini sulit dipercaya ya,” ujar Alfons kepada Merdeka.com, Rabu (10/7).
Ia memberikan contoh pengalamannya saat membantu situs Yayasan yang mengelola anak disabilitas.
Mereka menjadi korban ransomware kira-kira pada 2023. Kasusnya adalah file korban diretas oleh malware bernama Mallox.
Mallox ini juga menjadi dalam peretasan airlines terbesar milik Indonesia pada Juli 2023.
-
Bagaimana cara hacker menyerang PDNS 2? "Pascapenemuan ransomware ditemukan upaya penonaktifan fitur keamanan Windows Defender mulai 17 Juni 2024 pukul sekitar 23.15 WIB yang memungkinkan aktivitas malicious berbahaya beroperasi," sambung dia.Ransomware adalah jenis perangkat lunak rusak yang mencegah pengguna mengakses sistem, baik dengan mengunci layar sistem maupun mengunci file pengguna.
-
Kapan serangan hacker terhadap PDNS 2 terjadi? Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi memaparkan, kronologi serangan siber yang melanda PDNS 2 di Surabaya, terdeteksi pada 17 Juni 2024. "Jadi identifikasi gangguan yang pertama terjadi gangguan pada PDNS 2 di Surabaya berupa serangan siber dalam bentuk ransomware bernama Brain Cipher Ransomware," kata Budi Arie di DPR,, Kamis (27/6).
-
Siapa yang menjadi korban serangan hacker di PDNS 2? Hingga 26 Juni 2024, serangan ini telah berdampak luas pada layanan PDNS 2, mengganggu ratusan instansi pengguna.
-
Apa yang diminta oleh hacker dalam serangan ransomware di Server Pusat Data Nasional (PDN) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo)? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi membenarkan adanya serangan ransomware pada server Pusat Data Nasional (PDN). Bahkan, kata dia, pelaku meminta tebusan senilai USD 8 juta. "Iya, menurut tim (minta tebusan) USD 8 juta," kata Budi Arie kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/6).
-
Siapa yang meminta uang tebusan atas serangan ransomware di PDNS 2? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi bahkan menyebut pelaku ransomware ini meminta uang tebusan USD 8 juta atau sekitar Rp 131 miliar.
-
Data apa saja yang diserang oleh hacker di PDNS 2? Ransomware adalah jenis perangkat lunak rusak yang mencegah pengguna mengakses sistem, baik dengan mengunci layar sistem maupun mengunci file pengguna. Aktivitas berbahaya mulai terjadi pada 20 Juni 2024 pukul 00.54 WIB, di antaranya melalui instalasi file malicious, penghapusan file sistem penting, dan penonaktifan layanan yang berjalan.
“Saya berikan buktinya. Kejadiannya kira-kira 2023 di mana salah satu situs yang membantu anak dengan disabilitas menjadi korban ransomware dan filenya diretas oleh mallox sebagai catatan mallox juga berhasil meretas Airline terbesar milik pemerintah Indonesia sekitar bulan Juli 2023 dan datanya sebesar 749 GB dibagikan secara gratis,” kata dia.
Singkat cerita, lanjut Alfons, pelaku peretas akhirnya memberikan secara cuma-cuma kunci deskripsi itu. Selain itu, mereka juga memberikan nasihat dan saran bagaimana mengamankan sistem dari serangan siber.
“Ini bukti kami mengalami sendiri dan memberikan pengalaman kami berkecimpung dalam dunia cyber security selama 25 tahun. Tidak lupa Mallox juga memberikan nasihat dan saran tentang mengamankan sistem dari serangan siber,” ungkapnya.