Perampokan terbesar dalam sejarah, hacker curi Rp 437 miliar
Teknik kejahatan cyber yang dilakukan oleh sekelompok orang ini dikenal dengan sebutan 'unlimited operation'.
Tanpa senjata, tanpa masker penutup wajah, bahkan tanpa ancaman pada pegawai bank. Itulah kejahatan cyber yang dilakukan oleh sekelompok orang di 26 negara dengan membobol USD 45 juta atau setara dengan Rp 437 miliar lebih melalui kartu kredit prabayar.
Dikutip dari The Hacker News (10/5), pihak kepolisian berhasil menangkap tujuh warga negara dan penduduk AS Yonkers, New York, di antaranya Yael Meija Collado, Joan Luis Minier Lara, Evan Jose Pena, Jose Reyes Familia, Elvis Rafael Rodriguez, Emir Yaseer Yeje dan Chung Yu-Holgui.
Untuk tersangka kedelapan, Alberto Yusi Lajud-Pena dibunuh pada tanggal 27 April lalu di Republik Dominika.
Mereka diduga bekerjasama dengan hacker yang sempat dua kali masuk ke sistem komputer perusahaan pengolahan kartu kredit, kemudian mencuri data kartu ATM.
Diketahui pada bulan Februari lalu para hacker masuk ke dalam sistem prosesor kartu kredit yang berbasis di Amerika Serikat untuk mencuri rekening prabayar kartu debit Mastercard, yang diterbitkan oleh Bank Muscat.
Selanjutnya operasi kedua berlangsung dengan kekuatan yan lebih besar, hasilnya sebanyak USD 40 juta atau setara Rp 389 miliar lebih kerugian yang harus rela ditanggung oleh Bank Muscat.
Teknik kejahatan cyber yang dilakukan oleh sekelompok orang ini dikenal dengan sebutan 'unlimited operation'.
Pihak jaksa Amerika Serikat menyatakan bahwa kini lembaga penegak hukum di Jepang, Kanada, Jerman, rumania, dan 12 negara lainnya telah ikut terlibat dalam penyelidikan tersebut.
-
Bagaimana cara hacker melakukan serangan? Tahun ini, fokus serangan beralih dari penghancuran atau keuntungan finansial melalui ransomware ke upaya pencurian informasi, pemantauan komunikasi, dan manipulasi informasi.
-
Apa saja jenis serangan yang dilakukan hacker? Serangan-serangan ini meliputi serangan siber yang merusak hingga yang melibatkan pemata-mataan (spionase), pencurian informasi, dan penyebaran misinformasi atau disinformasi.
-
Siapa saja yang menjadi korban serangan hacker? Distributor kimia asal Jerman, Brenntag SE, dilaporkan membayar uang tebusan sebesar USD4,4 juta atau Rp71,9 miliar dalam bentuk Bitcoin kepada kelompok ransomware DarkSide untuk mendapatkan dekripsi file yang dienkripsi oleh para peretas selama serangan ransomware terhadap perusahaan tersebut.
-
Apa yang menjadi sasaran utama hacker dalam serangan siber terkait pemilu? Laporan dari Pusat Keamanan Siber Kanada ungkapkan bahwa serangan siber yang menargetkan pemilihan umum (pemilu) telah meningkat di seluruh dunia.
-
Bagaimana cara hacker sampingan menawarkan jasanya? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
-
Apa saja layanan hacking yang ditawarkan? Seorang pengembang dengan pengalaman hampir satu dekade menawarkan layanan pembuatan halaman phishing, kloning bank, kloning pasar, penguras kripto, spoofing SMS, dan spoofing email.