Saat Ini AI Belum Diakui sebagai Seni, Tapi di Masa Depan Bisa Jadi
Baik karya seni dalam bentuk tulisan, hingga lukisan, AI mulai menguasai segalanya. Namun, apakah hasil karya AI juga bisa disebut sebuah seni? Begini jawaban lengkapnya.
Sejak munculnya Artificial Intelligence (AI), teknologi semakin menjadi hal yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia sehari-hari. Semakin banyak pekerjaan manusia yang kini bisa dilakukan oleh AI, salah satunya membuat karya seni.
Baik karya seni dalam bentuk tulisan, hingga lukisan, AI mulai menguasai segalanya. Namun, apakah hasil karya AI juga bisa disebut sebuah seni?
-
Apa yang dibayangkan oleh AI? Hasilnya sungguh memesona. Coldplay memainkan musik mereka di tengah latar belakang Gunung Bromo yang diselimuti kabut, menambah pesona dan kemegahan dari acara tersebut. Ribuan penonton terlihat memadati area tersebut.
-
Mengapa kejadian ini viral? Tak lama, unggahan tersebut seketika mencuri perhatian hingga viral di sosial media.
-
Apa itu prompt dalam dunia AI? Prompt adalah pertanyaan atau bahkan pernyataan yang dibuat untuk memberikan panduan pada AI dalam memberikan respons sesuai dengan permintaan. Sederhananya, tugas yang diberikan kita kepada AI.
-
Apa yang digambarkan oleh AI dalam postingan Reddit tersebut? Berikut adalah gambar yang dihasilkan AI membuat kostum DC Universe versi low budget. Ada yang berandai-andai bagaimana jadinya karakter-karakter film Hollywood dibuat di Bollywood.
-
Kapan algoritma AI baru ini diuji coba? Para tim pertama kali mencoba algoritma pembelajaran mesin dengan 134 sampel, yang terdiri dari 59 sampel biotik dan 75 sampel abiotik.
-
Kenapa banyak orang khawatir dengan AI Generatif? AI Generatif seperti "deepfake" telah menjadi senjata baru untuk membuat disinformasi dan hoax yang sangat dikhawatirkan banyak kalangan, termasuk oleh media massa dan pemerintah di banyak negara.
Seniman global masa lampau seperti Matisse dan Picasso menggunakan kuas, pena, tanah liat, dan media lukis lain yang lebih nyata untuk membuat karya mereka. Sedangkan AI, perangkat itu hanya membutuhkan kode untuk membuat ‘mahakaryanya’.
Dalam setahun terakhir, karya-karya AI semakin diakui bahkan sebagian dari mereka ada yang berhasil memenangkan kompetisi. Namun, tidak semua orang mengakui hasil AI sebagai sebuah seni.
Banyak yang memandang bahwa AI tidak memiliki emosi atau orisinalitas untuk dapat menciptakan sebuah seni sejati. Belum lagi keberadaan mereka yang dapat membuat seniman manusia kehilangan pekerjaannya hingga komplikasi hak cipta yang perlu dipertimbangkan.
Meski demikian, AI terus dipergunakan sebagai alat untuk menghasilkan karya seni. Seperti 2021 lalu dimana OpenAI memperkenalkan DALL-E, sistem yang dilatih dengan miliaran gambar dan deskripsi untuk membuat gambarnya sendiri. Kemudian muncul, muncul Midjourney hingga Imagen Google Research.
Kemunculan mereka membuat banyak pengamat seni menjadi tertarik untuk berbagi pandangan tentang ini, salah satunya seniman sekaligus peneliti di bidang komputasi, dan Direktur SensiLab Universitas Monash, Jon McCormack.
"Pada tahap ini dalam pengembangan AI saya akan mengatakan bahwa manusia menciptakan seni, AI bekerja sebagai alat yang mungkin membantu orang dalam penciptaan seni," kata McCormack, dikutip IFL Science, Rabu (14/6).
McCormack melihat bahwa penciptaan karya lewat bantuan AI mungkin adalah upaya manusia untuk terus berkarya, tetapi AI tidak bisa dikatakan sebagai seniman. Karena hasil AI sendiri umumnya terlihat serupa dan turunan.
"Saya tidak melihat mereka sebagai seniman. Tapi tentu saja manusia mungkin menggunakannya untuk membuat seni," jelas McCormack.
Untuk saat ini, hasil karya AI memang tidak bisa dikatakan sebagai sebuah seni. Namun McCormack sendiri mengatakan bahwa definisi dari ‘seni’ sendiri dapat berubah seiring berjalannya waktu. Bisa jadi dimasa depan, karya AI mampu diakui sebagai sebuah hasil seni.
Reporter magang: Safira Tiur Margaretha