Sains ungkap Berapa Banyak Bahasa yang Dapat Dipelajari Seseorang
Menjadi polyglot tidaklah mudah, tetapi penelitian menunjukkan berapa banyak orang sanggup pelajari bahasa.
Lebih dari separuh populasi dunia berbicara lebih dari satu bahasa, tetapi hanya sekitar 1% yang dapat disebut polyglot, yakni mereka yang mampu berbicara lima bahasa atau lebih. Ada juga yang dikenal sebagai hyperpolyglot, individu yang menguasai banyak bahasa meskipun tidak ada batasan pasti jumlah bahasa yang diperlukan untuk masuk dalam kelompok elit ini.
Mengutip IFLScience, Sabtu (7/9), sejarah mencatat banyak hyperpolyglot terkenal, seperti Giuseppe Caspar Mezzofanti, seorang Kardinal Italia yang diklaim mampu berbicara lebih dari 38 bahasa, dan Sir John Bowring, Gubernur Hong Kong yang mengaku menguasai 200 bahasa.
-
Siapa yang sedang belajar? Nia tengah mendampingi anak pertamanya, Mikhayla, saat mengerjakan PR.
-
Siapa saja yang bersemangat mempelajari bahasa asing di SMK Arrohmaniyah? “Mereka kalau malam juga katanya sering belajar percakapan dengan yang lain. Mereka ingin kerja di luar negeri,” kata Ayu dikutip dari kanal YouTube Musyafa Musa.
-
Kapan Ajeng Kamaratih belajar bahasa asing? Mantan finalis Miss Indonesia, pembaca berita, dan presenter televisi, Ajeng Kamaratih hobi belajar bahasa asing.
-
Apa saja yang sedang tren dalam belajar Bahasa Inggris? Bahasa Inggris menjadi salah satu bahasa yang paling umum digunakan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dari negara lain.
-
Siapa kakek yang semangat belajar bahasa di usianya yang sudah senja? Seperti yang dilakukan Nguyen Tan Thanh. Kakek berusia 87 tahun asal Kota Can Tho, Vietnam, menarik perhatian publik. Di usianya yang sudah lanjut, semangatnya untuk belajar tidak pernah terlihat padam.
-
Kapan orang mulai mengenal Bahasa Inggris? Anak-anak kini mulai diajarkan dan dikenalkan Bahasa Inggris sejak dini.
Namun, klaim-klaim ini sering kali sulit diverifikasi secara ilmiah. Secara teoretis, tidak ada batasan pasti berapa banyak bahasa yang dapat dipahami oleh otak manusia. Richard Simcott, seorang hyperpolyglot asal Inggris, mengatakan bahwa tidak ada yang benar-benar menguasai semua nuansa bahasa. Standar ini sering kali ditetapkan oleh mereka yang hanya berbicara satu bahasa.
Kasus terkenal lainnya adalah Ziad Fazah, yang pernah memegang rekor dunia Guinness untuk jumlah bahasa yang dikuasainya, tetapi kemudian klaimnya diragukan setelah gagal membuktikan kemampuannya di sebuah acara TV Chili.
Fazah mengklaim bahwa acara tersebut adalah jebakan yang dirancang untuk mencari sensasi. Meskipun menjadi hyperpolyglot memerlukan dedikasi tinggi, belajar banyak bahasa dapat memberikan manfaat kesehatan.
Penelitian dari MIT menunjukkan bahwa bagian otak yang sama aktif ketika seseorang mendengarkan bahasa yang mereka kuasai, dengan aktivitas lebih rendah untuk bahasa ibu, yang menunjukkan pemrosesan yang lebih efisien. Selain itu, studi tahun 2020 menyebutkan bahwa multilingualisme dapat menunda onset penyakit Alzheimer.
Mempelajari bahasa lain tidak mencegah demensia, tetapi membantu memperkuat sirkuit otak, terutama saat otak menua. Walaupun tidak perlu menguasai 10 bahasa untuk mendapatkan manfaat ini, belajar berbagai bahasa jelas membawa dampak positif bagi kesehatan otak dan keterampilan kognitif.