Kisah Kakek Jago 9 Bahasa, Usia 87 Tahun Masih Semangat Belajar Otodidak
Di usianya yang sudah lanjut, semangatnya untuk belajar tidak pernah padam
Di usianya yang sudah lanjut, semangatnya untuk belajar tidak pernah padam
Kisah Kakek Jago 9 Bahasa, Usia 87 Tahun Masih Semangat Belajar Otodidak
Menimba ilmu tak kenal usia. Bahkan di umur senja, semua orang bisa terus mencari ilmu.Seperti yang dilakukan Nguyen Tan Thanh. Kakek berusia 87 tahun asal Kota Can Tho, Vietnam, menarik perhatian publik.
Di usianya yang sudah lanjut, semangatnya untuk belajar tidak pernah terlihat padam. Akhir bulan lalu, Thanh mengambil ujian masuk bahasa inggris untuk program master di salah satu Universitas terbaik di Vietnam, yaitu Universitas Can Tho, bersama hampir 600 kandidat lainnya.
Thanh mulai belajar bahasa Inggris sejak kelas satu SMA dan selalu menjadi murid yang baik.
Thanh mengatakan, tes tersebut yang bisa memberikan nilai pada keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulisnya.
“Saya yakin bahwa saya akan lulus ujian untuk mendaftar di program Master, Sastra Vietnam,” kata Thanh, dikutip dari e.vnexpress pada, Selasa(18/6)
Keikutsertaannya pada ujian ini mendapat perhatian khusus, karena sebelumnya Thanh telah mengejar berbagai bahasa asing dan menjadi guru serta penerjemah dokumen penting.
Dia mahir dalam berbagai bahasa, Inggris, China, Prancis, Jepang, Korea, Rusia, Spanyol, Italia, dan Jerman.
Thanh mulai belajar bahasa asing sejak kecil, dia belajar bahasa Inggris yang kemudian dilanjutkan dengan bahasa Prancis, sebelum akhirnya belajar bahasa Mandarin saat dewasa.
Setelah lulus SMA, Thanh melanjutkan pendidikan jurusan Sastra di Universitas Can Tho dan lulus pada tahun 1972.
Namun tahun 1975, di tengah perjalanan hidupnya mengejar pendidikan master sastra Vietnam Thanh diterpa musibah.
Saat tesisnya sudah hampir selesai, dia kehilangan dua sosok penting dalam hidupnya, yaitu dosen pembimbing dan istri tercinta.
Kejadian ini, membuatnya terpaksa berhenti dari program tersebut karena harus fokus pada anak-anaknya.
“Tetapi pada tahun 1975, ketika tesis saya hampir selesai, terjadilah peristiwa. Pembimbing saya tiba-tiba meninggal dunia, lalu istri saya jatuh sakit dan meninggal pada usia 27 tahun,” kenangnya sedih. Meski demikian, Thanh tidak putus asa, dia mengabdikan hidupnya untuk mengajar di sekolah menengah atas dan aktif belajar bahasa asing secara otodidak dengan mengunjungi toko buku dan perpustakaan.
Kemunculan Internet dan teknologi juga tambah memudahkan Thanh belajar bahasa asing. Sampai dia berhasil menguasai bahasa Rusia, Jepang, Korea, Italia, Jerman, dan Spanyol.
Thanh mendapat kesempatan untuk mendirikan pusat penerjemahan dan bahasa asing sendiri di Can Tho, yang telah membantu keempat anaknya untuk sukses dalam karir mereka. Dia juga berkolaborasi dengan Departemen Kehakiman Can Tho, untuk menerjemahkan dokumen terkait kewarganegaraan dan kelahiran.
Pusat bahasa miliknya terkenal dikalangan mahasiswa Fakultas Bahasa Asing Universitas Can Tho.
Pusat bahasa ini tidak hanya menjadi tempat bagi siswa untuk belajar bahasa asing, sebagai guru, Thanh dikenal sebagai sosok yang berbakat, bersemangat, dan berdedikasi dalam membantu siswa.
Profesor Ha Thanh Toan, mantan rektor Universitas Can Tho, yang merupakan mantan siswa Thanh, memberikan penghargaan atas dedikasi Thanh dalam pendidikan dan memberikan contoh semangat yang inspiratif di usianya yang lanjut.
“Thanh adalah orang yang berbakat dan sangat bersemangat serta berdedikasi untuk membantu siswa,” kata Toan.
Salah satu mantan siswa Thanh lainnya, Tu Vien Nghi, juga mengungkapkan kekagumannya pada motivasi dan komitmen Thanh untuk belajar dan memperoleh pengetahuan secara secara otodidak.
Nghi kini bekerja sebagai penerjemah profesional dan menganggap Thanh sebagai teladan semangat pendidikan.
“Thanh adalah teladan semangat pendidikan. Beliau sangat ramah dan mudah didekati siswa,” ujar Nghi.
Thanh juga menghabiskan banyak waktu meneliti sastra Vietnam dan menulis ratusan artikel tentang budaya dan seni berbagai majalah. Thanh juga kerap menulis puisi dan melukis sebagai cara untuk menunjukkan kecintaannya pada seni dan budaya Vietnam.
Meskipun di usianya lebih sulit untuk mengejar ketertinggalan dari siswa yang lebih muda, ia yakin bahwa dengan tekad, seseorang dapat mengatasi hambatan apa pun.
Dengan motivasi yang kuat, Thanh tetap bermimpi untuk mengejar gelar PhD dan mempelajari bahasa baru seperti Malaysia dan Finlandia.
Reporter Magang: Tasya Ananda