Siswa Ini Ketahuan Pakai AI saat Ujian, Diberi Nilai Rendah, Orang Tuanya Malah Menuntut
Sebuah keluarga di Massachusetts menggugat sekolah setelah anak mereka mendapat nilai rendah karena pakai AI.
Seorang guru di Massachusetts memberikan nilai rendah kepada seorang siswanya. Hal itu diketahui siswa tersebut karena menggunakan Artificial Intelligence (AI) generatif untuk menyelesaikan tugas. Sayangnya, hukuman yang diberikan tersebut disambut gugatan oleh orangtua siswa itu.
Wali murid, mengutip Futurism, Jumat (18/10), disebut menggugat sekolah dengan alasan bahwa nilai tersebut dapat menghambat penerimaan anak mereka ke universitas unggulan.
- Cara Mengajari dan Membiasakan Anak yang Belum Mulai Sekolah untuk Tidur Sendiri Menurut Peneliti dari Harvard
- Masyarakat Terus Diingatkan Waspadai Penyalahgunaan AI untuk Penyebaran Disinformasi
- 4 Cara Bagi Orangtua dalam Membantu Anak agar Belajar dari Kesalahan
- Jurus Ajari Anak Tumbuh Menjadi Pribadi Mandiri Menurut Peneliti Harvard
Gugatan tidak biasa ini diajukan oleh Dale dan Jennifer Harris terhadap sistem sekolah umum Hingham, Massachusetts, setelah anak mereka mendapat nilai 65 dari 100 karena menggunakan AI tanpa izin untuk menyelesaikan tugas.
Keluarga Harris berargumen bahwa buku pedoman Hingham High School tidak secara eksplisit melarang penggunaan AI generatif. Gugatan ini juga menentang kemampuan sekolah membuat aturan tentang penggunaan AI di kelas, mengingat otoritas pendidikan negara bagian belum memberikan pedoman resmi tentang AI.
Orang tua siswa tersebut juga mengklaim bahwa AI hanya digunakan untuk riset tugas, bukan untuk menulisnya. Gugatan ini menggunakan bahasa yang cukup kuat, menuduh sekolah dan stafnya terlibat dalam menggagalkan masa depan anak.
"Generative AI adalah lanskap baru yang berkembang dan penggunaannya akan terus ada," bunyi gugatan tersebut.
Namun bila ditelisik lebih jauh, ternyata buku pedoman sekolah memang melarang penggunaan teknologi yang tidak sah serta penggunaan atau imitasi bahasa dan pemikiran penulis lain secara tidak sah dan menganggapnya sebagai karya sendiri untuk menyelesaikan tugas.
Inti dari gugatan ini sebenarnya bukanlah tentang AI; melainkan bentrokan antara orang tua yang protektif dan pendidik, di tengah persaingan penerimaan perguruan tinggi yang ketat. Namun demikian, jika kasus ini berlanjut ke pengadilan distrik federal negara bagian, keputusan hukum ini dapat menjadi tonggak penting dalam dunia yang penuh ketidakpastian tentang penggunaan AI generatif dalam pendidikan.
Sementara, sekolah menambahkan bahwa nilai yang diberikan kepada siswa dianggap "cukup lunak" untuk "pelanggaran serius" menggunakan AI tanpa izin.