Tahun 2010, 57,8 persen orang Jakarta sakit gara-gara polusi udara
Jumlah korban polusi udara di Jakarta tahun ini diprediksi jauh lebih banyak dari tahun 2010
Polusi udara memang berpotensi menimbulkan penyakit bagi masyarakat. Meski tidak serta merta langsung terkena penyakit, efeknya akan terjadi ketika sudah berapa lama mereka terpapar polusi.
Jakarta misalnya, ibukota negara kita ini memang memiliki polusi udara yang tinggi. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Kepala Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI), Budi Haryanto.
-
Dimana tempat penelitian ini dilakukan? Bukti ini ditemukan lewat studi yang dipimpin oleh Gaia Giordano dari Universitas Milan, Italia.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
-
Mengapa penelitian ini penting? Selain membantu memahami lebih lanjut tentang sistem cuaca unik di planet es, temuan ini juga dapat membantu menjelaskan mengapa medan magnet Neptunus dan Uranus berbeda dengan medan simetris yang dimiliki Bumi.
-
Siapa yang memuji penelitian ini? T. Thang Vo-Doan, seorang insinyur di Universitas Queensland, Australia, yang telah bekerja secara independen pada serangga cyborg, memuji penelitian ini karena pengaturannya yang sederhana.
Menurutnya, berdasarkan penelitian yang dilakukannya pada tahun 2010, sekitar 57,8 persen dari populasi di Jakarta yang saat itu berjumlah 9 jutaan menderita penyakit dari imbas polusi udara.
"Di tahun 2010 saja yang terkena penyakit akibat polusi udara saja sebanyak itu, apalagi sekarang," ungkapnya saat ditemui Merdeka.com di Pacific Place, Jakarta.
Lebih lanjut, Budi mengungkapkan bahwa ada enam penyakit yang berpotensi disebabkan polusi udara di Jakarta. Enam penyakit itu di antaranya, Asthmatic Bronchiale, Bronchopneumania, ARI, Pneumonia, COPD, dan Coronary Artery Diseases.
Dari enam penyakit itu, diketahui Coronary Artery Diseases atau penyakit jantung merupakan salah satu penyakit yang mengeluarkan biaya kesehatan paling besar yakni sekitar Rp 18 jutaan di tahun 2010.
Oleh sebab itu, untuk meminimalisir hal tersebut, setidaknya pemerintah daerah harus memiliki teknologi pengukuran udara agar nantinya bisa mengambil keputusan untuk mengurangi dampak polusi udara.
"Paling sedikit punya 40 pengukuran udara di setiap kota. Jadi lebih representatif mengetahui kualitas baik atau buruknya," jelasnya.
Saat ini, kata dia, belum ada kota yang memiliki jumlah ideal pengukuran kualitas udara.
"Intinya pemerintah secara pusat juga belum serius menangani masalah ini," katanya.
Baca juga:
Ironis, Afrika jadi tempat sampah gadget bekas Negara Barat
7 Bukti kejeniusan hewan yang bikin takjub manusia
Mantan Menteri Pertahanan Kanada sebut alien hidup di antara manusia
Gawat! Lebah bisa kecanduan pestisida, bak manusia kecanduan rokok
Atase Pendidikan KBRI di India jalin kerjasama dengan APTIKOM Malang