Tahun 2016, Bhinneka.com siapkan dana Rp 100 miliar untuk beriklan
"Kita akan melakukannya dengan lebih smart."
CEO Bhinneka.com, Hendrik Tio, menyatakan jika perusahaan yang dipimpinnya juga tak mau kalah melakukan strategi pemasarannya melalui iklan seperti perusahaan-perusahaan e-commerce lainnya. Dikatakan dia, tahun ini perusahaan yang sudah berusia 23 tahun ini, telah menyiapkan total dana sekitar Rp 100 miliar untuk beriklan. Hanya saja, dari total dana tersebut tidak termasuk untuk iklan TVC.
"Jumlah Rp 100 miliar itu, total ya. Untuk ke media-media online, cetak, billboard, radio. TVC tahun ini belum. Kemungkinan baru tahun depan. Karena TVC itu kan mahal, mungkin bisa TVC kalau total dana itu mencapai Rp 200 miliar lebih," ujarnya seusai acara ulang tahun Bhinneka.com di Jakarta, Selasa (23/2).
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Kenapa Hari Jomblo di Tiongkok menjadi Hari Belanja Online? Seperti halnya Hari Valentine di Amerika Serikat yang dianut oleh Hallmark, Hari Jomblo di Tiongkok juga dikooptasi oleh raksasa e-commerce Alibaba pada tahun 2009 dan diubah menjadi hari belanja online besar-besaran.
-
Siapa yang membangun bisnis melalui marketplace? Selain itu, penjual bisa secara independen membangun bisnisnya melalui fasilitas yang ada di platform ini.
-
Kenapa Jack Ma memulai bisnis e-commerce? Berkat kesabarannya, Ma bersama rekannya memberanikan diri untuk memulai bisnis di bidang e-commerce pada tahun 1999 silam.
-
Kenapa bisnis baju bekas impor dilarang di Indonesia? Presiden Jokowi mengungkapkan bisnis baju bekas impor ilegal sangat mengganggu industri tekstil dalam negeri.
Meski telah menyiapkan dana besar untuk beriklan, Hendrik tak ingin nantinya iklan yang disajikan tidak sesuai dengan target market yang dipilihnya. Ia ingin semua iklan Bhinneka.com yang tayang di media-media berbeda dengan yang lainnya.
"Bhinneka.com juga akan menggunakan cara seperti itu dengan memasang iklan yang lebih heboh dan banyak. Tapi masalahnya, kita akan melakukannya dengan lebih smart. Jadi kita akan melihat bahwa customer itu, kalau kita hanya spending iklan lalu kemudian customer tidak dimanjakan, itu kan sayang sekali. Maka, kita juga akan menganalisa data customer terlebih dahulu agar target market yang kita tuju tercapai. Jadi tidak akan terjadi asal hantam iklan," terangnya.
Terlepas dari itu, Hendrik berujar di tahun ini pihaknya akan menargetkan pendapatan perusahaan lebih dari 100 persen atau sekitar Rp 2 triliun. Di lain kesempatan, saat Merdeka.com mewawancarai dirinya beberapa waktu lalu, Ia mengatakan bahwa omzet Bhinneka.com per tahun mampu menembus angka Rp 1 triliun. Segmen B2B berkontribusi 30 persen terhadap omzet. Sedangkan B2C sekitar 60 persen. Melihat pertumbuhan perusahaan yang terus signifikan, Hendrik pun memastikan jika dua tahun dari sekarang atau tepatnya tahun 2018, target go public diharapkan bisa terlaksana.
"Mungkin pada saat umur 25 tahun kali ya dan mudah-mudahan bisa terlaksana. Kalau untuk rencana melepas saham berapa persennya, terus terang belum kita hitung. Tapi, mungkin kira-kira saham yang kita lepas 20 persen sesuai dengan minimum go public," jelas dia.
Baca juga:
Digitalisasi UMKM bisa fokus jika pemerintah bentuk badan sendiri
Lazada: 85 persen pengguna smartphone Indonesia punya 10 aplikasi
Pengamat sebut Rakuten mundur lantaran tak tahu tren Indonesia
Industri e-commerce sambut baik perekonomian digital
Rakuten hengkang dari Indonesia