Langgar Gipo, Jejak Sejarah Ketua Umum PBNU Pertama
Pada kawasan wilayah sisi utara Surabaya di sekitar wilayah masjid agung Sunan Ampel. Bangunan Surau terlihat masih kokoh berdiri. Dinding berwarna putih dan jendela hijau yang sederhana. Sekilas nampak biasa saja, namun bangunan yang terletak di Jl. Kalimas Udik ini merupakan jejak sejarah Ketua Umum PBNU Pertama.
Pada kawasan wilayah sisi utara Surabaya tepatnya disekitar wilayah masjid agung Sunan Ampel. Bangunan Surau terlihat masih kokoh berdiri. Dinding berwarna putih dan jendela hijau yang sederhana. Sekilas nampak biasa saja, namun bangunan yang terletak di Jl. Kalimas Udik ini merupakan jejak sejarah.
Mushala ini dulu menjadi tempat pergerakan para ulama NU. Ada jejak KH. Hasan Gipo, Ketua Umum PBNU pertama. Langgar Gipo dibangun oleh keluarga Sagipoddin, keluarga Hasan Gipo. Keluarga saudagar kaya turun temurun yang berasal dari Surabaya, tepatnya di kawasan Ngampel.
-
Apa yang digambarkan foto pertama di koran? Foto ini menggambarkan jalan-jalan Paris yang dibarikade akibat aksi mogok kerja.
-
Apa yang digambarkan dalam foto yang beredar? Dalam foto yang beredar memperlihatkan orang-orang mengangkut balok batu berukuran besar.
-
Siapa yang terlihat gagah mengenakan seragam dinas dalam foto pertama yang dibagikan? Sementara itu sang suami, Jenderal TNI Maruli Simanjuntak berdiri gagah mengenakan seragam dinasnya.
-
Apa yang dirayakan dalam foto-foto tersebut? 8 Foto Ulang Tahun Kayma Jayna Agyra Ke-1, Bukan Cucu Orang Sembarangan!
-
Di mana Sara Wijayanto berfoto? Ini dia foto terbaru Sara Wijayanto lagi nongkrong di Pasadena, California, Amerika.
Belum tahu pasti kapan Langgar Gipo didirikan, beberapa menyebut tahun 1700-an, ada yang menyebut tahun 1834. Namun, yang pasti Langgar Gipo ini telah berdiri selama ratusan tahun.
©2021 Merdeka.com/Al-Kindi
Selain menjadi tempat berkumpulnya umat NU, bangunan yang berdiri di atas lahan sekitar 100 meter persegi ini sering dijadikan sebagai tempat pertemuan para tokoh nasional seperti HOS Tjokroaminoto dan Ir Soekarno bersama tokoh NU.
Langgar ini pun juga menjadi tonggak perjuangan para arek-arek Surabaya dalam mengusir penjajahan di Tanah Air dari Surabaya. Bangunan ini saksi bisu masa perjuangan sebelum kemerdekaan. Jejak sejarah yang membekas membuat Langgar Gipo akhirnya ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
©2021 Merdeka.com/Al-Kindi
Langgar Gipo adalah tempat ibadah yang terdiri dari dua bangunan. Lantai satu untuk beribadah. Sedangkan, lantai dua digunakan untuk beristirahat maupun menginap. Lantai dua ini juga digunakan sebagai asrama haji. Tempat transit calon jamaah haji sebelum berangkat ke Tanah Suci dengan kapal dari Pelabuhan Tanjung Perak.
Sebelumnya, langgar ini nampak tak terawat. Namun, Langgar Gipo kini dalam proses perbaikan. Kayu-kayu yang mulai lapuk diganti. Dinding catnya diperbarui. Mushola dengan gaya klasik ini nampak dibersihkan.
©2021 Merdeka.com/Al-Kindi
Di dalam komplek Langgar Gipo ada dua sumur besar dengan airnya yang sangat bening. Belum lama ini ditemukan bangunan bawah tanah atau bunker yang menghubungkan Langgar Gipo dengan dunia luar.
Diduga bangunan bawah tanah itu terhubung hingga ke kawasan Jembatan Merah dan sekitar tugu pahlawan. Fakta ini menguatkan informasi yang menyebut Langgar Gipo sebagai salah satu markas Laskar Hizbullah saat revolusi fisik melawan penjajah.
©2021 Merdeka.com/Al-Kindi
Sosok Hasan Gipo nampaknya terdengar familiar. Padahal, Hasan Gipo berperan penting dalam sejarah penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya Kota Surabaya. Hasan dikenal sebagai sosok yang cerdars dermawan, aktivitis perjuangan yang memegang teguh kuat Islam.
Semasa hidupnya, berbagai jabatan pernah diemban oleh Hasan Gipo. Mulai dari ketua takmir masjid se-Surabaya, imam Masjid Sunan Ampel, hingga menjadi Ketua Tanfidziyah NU Pertama kali. Dari Langgar ini lah jejak Hasan Gipo terus diingat oleh masyarakat.
(mdk/Tys)