Bela Palestina dari Genosida Israel, Profesor di Amerika Serikat Dipecat dari Universitas
Profesor Danny Shaw dipecat dari John Jay College of Criminal Justice, New York, karena mendukung Palestina.
Bela Palestina dari Genosida Israel, Profesor di Amerika Serikat Dipecat dari Universitas
Profesor Danny Shaw harus menerima kenyataan usai dipecat dari kariernya sebagai akademisi di John Jay College of Criminal Justice, New York.
Setelah 18 tahun mengajar di perguruan tinggi tersebut, dia dipecat akibat lantang membela Palestina.
Mengutip tulisannya di TRTWORLD, Kamis (25/7) keputusan untuk mencabut kontraknya dibuat secara sepihak oleh pimpinan perguruan tinggi, Karol Mason karena tekanan yang dirasakan dari luar universitas.
Ketua departemen studi Amerika Latin dan Masyarakat Latin beserta rekan-rekannya di departemen terkejut dan belum pernah melihat kejadin ini.
Pemecatan ini merupakan ancaman besar terhadap kebebasan akademik dan otonomi departemen universitas.
- Melly Goeslaw Suarakan Pendidikan Anak di Palestina dan Singgung Janji Prabowo Beri Beasiswa untuk Belajar di Indonesia
- Sadisnya Israel Siksa Warga Palestina saat Ditahan Terungkap, dari Besi Panas Dimasukan ke Dubur hingga Digigit Anjing
- Mantan Pejabat Amerika Ungkap Demo Bela Palestina Bisa Pengaruhi Jumlah Pemilih dalam Pilpres AS
- Sosok Profesor Yahudi Pembela Hamas & Palestina, Blak-blakan Jangan Percaya Israel, AS & Inggris
Danny berpikir bahwa kekuatan Zionis yang tidak ada hubungannya dengan kampus tempatnya mengajar telah menjelek-jelekkan, mengancam, dan akhirnya memecat dirinya.
Meski begitu, Danny sadar bahwa ia telah mengambil risiko dengan aspirasi dan pendidikannya untuk bersuara.
Dirinya sama sekali tidak terkejut dengan pemecatannya. Apalagi kasus ini melibatkan Palestina.
Menurut pengamatannya, banyak masyarakat AS dan negara-negara Barat yang mengaku “progresif”, ketika berbicara Palestina mereka justru bungkam.
“Kasus saya menunjukkan bahwa Palestina adalah pengecualian. Dalam masyarakat AS dan di seluruh Barat, banyak “kaum kiri” mengklaim sebagai “progresif,” tetapi ketika berbicara tentang pendudukan 76 tahun di Palestina, mereka bisu,” ucapnya.
Sebelumnya ia telah mendapat banyak ancaman mulai tanggal 20 Oktober karena berani mengatakan bahwa Gaza tidak hanya berhak untuk hidup, tetapi juga berhak melawan dan sejahtera.
Selama mengajar, tak jarang ia direndahkan selama dua semester terakhir, dan sejak itu Danny terus menggunakan suaranya untuk mengadvokasi mereka yang tidak bersuara.
Danny juga mengalami pengucilan karena menyampaikan kebenaran atas genosida Israel terhadap Gaza, Palestina.
Tak hanya itu, sosial medianya pun disensor. Akibatnya, kesempatan kampanyenya untuk menjangkau jutaan orang menyusut hingga mencapai kapasitas ratusan atau mungkin ribuan.
Danny Shaw tak sendirian. City University of New York (CUNY) juga memecat Profesor Lisa Hofman-Kuroda dari Hunter College.
Alasannya adalah laporan dari seorang mahasiswa yang berpikiran Zionis mengeluhkan postingan media sosialnya yang mengecam genosida.
Sementara itu, Profesor Jairo Fúnez-Flores dari Texas Tech University (TTU) telah diskors karena menggunakan pelatihan anti-kolonialnya untuk bersuara.
Selain itu Profesor Shellyne Rodriguez juga mengalami pemecatan karena sudah lama menyerang Gerakan Boikot, Divestasi, Sanksi.
Danny Shaw yang juga seorang aktivis selalu hadir di setiap aksi demonstrasi yang mengatasnamakan 'Bela Palestina' di New York.
Dirinya mengajak serta para mahasiswa yang satu suara dengannya untuk menggemakan peristiwa genosida di Gaza.
Tak jarang ia sampai ditangkap oleh kepolisian setempat (New York Police Department) karena dianggap provokatif dan menghasut.
"Saya sangat bergairah terhadap Palestina. Karena ibu saya memberikan buku ke tangan saya tentang kependudukan warga Palestina semasa masih muda dulu," kata Danny Shaw.
Seakan akrab dengan penjara, Danny Shaw mengaku terbiasa ditangkap polisi karena suaranya menentang Israel dan zionisme.
"Saya ditangkap dan terbiasa dalam waktu yang lama."
"Meskipun kehidupan di penjara sangatlah kolektif, itu bukanlah tentang kita dan ketidaknyamanan kita jika dibandingkan dengan masyarakat Palestina yang terjadi sangat lama. Setiap saat kita meneriakan 'Gaza'. Kita tak memakai tangan jadi kita hanya menginjak-injak. Apapun yang terjadi kami tidak akan berhenti. Aku tak pernah berpikir polisi pernah melihat level persatuan dan organisasinya," kata Danny Shaw.
Meski banyaknya serangan dan tentangan, Danny Shaw mengaku akan tetap komitmen untuk membela Palestina.
"Tak peduli seberapa banyak diserang, direndahkan, tindakan tidak manusiawi, menangkap, mematahkan tulang, mengebom warga kami karena mendukung timur tengah dan Palestina, kami punya tanggung jawab sejarah," tambahnya.