Cerita Polisi Bertemu dengan Buronan di Pengajian, Endingnya Tak Terduga
Polisi dan buronan bertemu di pengajian Gus Baha, apa yang terjadi?
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal Gus Baha, memiliki kemampuan luar biasa dalam mengubah cerita yang seharusnya sedikit menegangkan menjadi lucu.
Contohnya, saat ia menceritakan pertemuan antara buronan dan polisi dalam sesi pengajiannya. Dengan gaya bercerita yang unik, Gus Baha menggambarkan bagaimana buronan bisa berada di forum pengajian yang sama dengan seorang polisi. Cerita Gus Baha itu menciptakan momen yang penuh dengan humor sekaligus memberikan pencerahan.
- Cerita Polisi Patungan Beli Bensin untuk Pasutri Terlunta-lunta karena Ongkos Habis
- Gus Yahya Buka Suara Wacana PBNU Ambil Alih PKB
- Jadi Pemulung Bisu dan Tuli, Buronan Kasus Pembunuhan Nyamar Selama 20 Tahun untuk Kelabui Polisi
- Cerita Polisi Bripka Eko Widi Punya Anggota Kembar Identik, Sering Pusing Sendiri dan Salah Orang 'Wah'
Kisah ini mencerminkan kemampuan Gus Baha dalam mengubah situasi yang mungkin tegang menjadi hiburan yang menyenangkan, sambil menyampaikan pesan penting mengenai keterbukaan dan inklusivitas dalam aktivitas keagamaan.
Dalam ceramah yang diunggah di kanal YouTube @USTAZUNA dan dilansir Senin (2/9), Gus Baha berbagi pengalaman menarik saat seorang polisi dan buronan bertemu dalam pengajianny. Ia memulai ceritanya dengan menyatakan bahwa dalam pengajian itu, sering kali dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari yang memiliki pengetahuan jelas hingga yang kurang jelas.
"Kalau saya ngaji Rebo itu bisa ribuan peserta. Ada yang jelas, ada yang tidak jelas, setengah jelas, setengah wali, bahkan setengah buron ada di sana semua," kata Gus Baha.
Saat Buronan dan Polisi Bertemu di Acara Pengajian
Gus Baha mengungkapkan bahwa suasana di dalam pengajian itu sangat bervariasi.
"Ada yang setengah buron dan pernah bertemu dengan polisi saat ngaji saya," ujarnya.
Ia menjelaskan bahwa pengajian yang diikutinya mencerminkan keragaman masyarakat yang luar biasa. Salah satu momen yang paling berkesan adalah ketika seorang buronan bertemu dengan polisi dalam satu acara pengajian.
"Saya sebenarnya ingin menangkapmu, tapi malah bertemu di sini. Sudahlah Pak, demi menghormati Gus Baha, penangkapannya bisa ditunda," tambah Gus Baha dengan nada lucu, menggambarkan interaksi antara polisi dan buronan tersebut.
Tentu saja, cerita ini membuat jemaah yang hadir di pengajian Gus Baha tertawa. Peristiwa ini menunjukkan bahwa pengajian dapat menjadi tempat pertemuan yang tak terduga.
Pelajaran yang Dapat Dipetik
Gus Baha menyampaikan bahwa dalam setiap pengajian, kebaikan seharusnya tidak terhalang oleh status sosial atau hukum.
"Jika saya membatasi pengajian hanya untuk dokter atau orang-orang tertentu, itu tidak benar," ujarnya.
Ia menekankan bahwa kebaikan harus dapat diakses oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang mereka. Gus Baha juga mengingatkan tentang pentingnya menjaga pengajian sebagai ruang yang inklusif, meskipun di dalamnya ada berbagai macam latarbelakang.
"Jika pengajian dibatasi, bisa jadi maksiat yang terjadi lebih besar daripada pengajian itu sendiri. Saya akan ditanya oleh Allah, dan saya tidak akan bisa menjawab jika saya membatasi," tambahnya dengan nada bercanda.
Menurut Gus Baha, pengajian adalah tempat di mana setiap orang memiliki kesempatan untuk belajar dan bertransformasi menjadi lebih baik.
"Ini bukan untuk menyinggung siapa pun, tetapi kenyataan bahwa maksiat bisa lebih besar daripada pengajian adalah hal yang perlu kita pertimbangkan," jelasnya.
Di akhir ceramahnya, Gus Baha menekankan bahwa pengajian seharusnya menjadi ruang yang aman bagi siapa pun untuk menuntut ilmu dan memperbaiki diri.
"Pengajian bukan tempat untuk menilai siapa yang layak hadir, melainkan untuk membimbing semua orang menuju kebaikan," tegasnya.
Kisah ini mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki peluang untuk berubah dan memperbaiki diri, tanpa memandang latar belakang. Gus Baha berharap semua orang dapat mengambil pelajaran dari cerita ini dan terus berusaha untuk menjadi lebih baik.
Sebagai penutup, ia mengajak umat Islam untuk senantiasa menjaga keterbukaan dan inklusivitas dalam setiap kegiatan keagamaan, serta tidak membatasi siapa yang boleh hadir dalam forum tersebut. "Kebaikan harus tersedia untuk semua, karena itulah inti dari dakwah," tutup Gus Baha.
Tonton Video Unggulan Ini:
Berikut adalah alternatif kalimat yang berbeda namun tetap mempertahankan konteks: