Dua Kesalahan Ini Membuat Taubat Ditolak Oleh Allah SWT, Segera Perbaiki!
Allah SWT senantiasa memberikan kesempatan bagi hamba-Nya yang tulus bertaubat.
Setiap orang pasti pernah melakukan dosa. Tidak ada kata atau tindakan yang selalu benar. Tanpa disadari, perilaku maksiat ini bisa dilakukan secara berulang. Oleh karena itu, penting bagi seorang pendosa untuk segera melakukan taubat. Sesungguhnya Allah SWT adalah Zat Yang Maha Pengampun yang selalu membuka pintu maaf bagi hamba-Nya yang ingin bertaubat. Seperti yang tertuang dalam firman-Nya di QS. An-Nur ayat 31:
Artinya: ..."Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung".
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Meskipun seseorang telah meminta ampun kepada Allah, masih ada kesalahan yang sering terjadi saat bertaubat yang dapat menyebabkan taubat tidak diterima. Apa saja kesalahan tersebut? Dalam proses bertaubat, penting untuk memahami bahwa niat yang tulus dan kesungguhan hati sangat diperlukan agar taubat tersebut diterima oleh Allah SWT. Selain itu, melakukan perbaikan diri dan menjauhi perbuatan dosa menjadi langkah penting dalam memperbaiki diri.
Syarat-Syarat Diterimanya Taubat
Dikutip dari islampos.com, Imam Nawawi dalam karya terkenalnya, Riyadhus Shalihin, menguraikan bahwa penerimaan taubat seseorang bergantung pada tiga syarat utama. Pertama, individu tersebut harus merasakan penyesalan mendalam atas kemaksiatan yang telah dilakukannya. Kedua, ia wajib menghentikan semua bentuk kemaksiatan secara langsung dan seketika. Ketiga, ada niat yang kuat untuk tidak mengulangi perbuatan maksiat itu lagi dalam hidupnya. Namun, syarat-syarat ini hanya berlaku untuk dosa yang berkaitan dengan Allah. Jika dosa tersebut melibatkan hak orang lain, syarat terakhir adalah melepaskan segala tanggungan yang berkaitan dengan orang yang telah dirugikan atau dizalimi.
Keutamaan taubat dan istighfar tidak diragukan lagi, karena keduanya dapat membuka pintu-pintu kebaikan lainnya. Salah satu amalan yang dianjurkan setelah melaksanakan sholat adalah memohon ampunan.
Dalam sebuah percakapan, seorang lelaki bertanya kepada Ibnu al-Jauzi, "Manakah yang lebih utama, bertasbih kepada Allah atau beristigfar kepada-Nya?" Ia menjawab, "Pakaian kotor lebih butuh pada sabun daripada minyak wangi." Ini menunjukkan bahwa memohon ampunan kepada Allah lebih utama dibandingkan hanya bertasbih. Oleh karena itu, perbanyaklah istighfar sebelum melakukan amal kebaikan, karena hati yang ternoda oleh kemaksiatan akan sulit untuk melakukan ketaatan. Setiap maksiat yang dilakukan akan menjadi penghalang untuk meraih berbagai kebaikan, termasuk terhalangnya doa dan keberkahan dalam menjalankan ketaatan. Seperti halnya minyak dan air yang tidak dapat disatukan, maka penting untuk menyucikan diri terlebih dahulu dengan istighfar.
Kesalahan dalam Bertaubat
Perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa kesalahan yang umum terjadi saat melakukan taubat. Salah satunya adalah;
1. Hanya Meminta Ampun untuk Dosa yang Diingat
Banyak orang hanya memohon ampun untuk dosa yang mereka ingat, sementara dosa yang tidak disadari atau terlupakan sering kali diabaikan. Untuk itu, Rasulullah telah mengajarkan doa untuk memohon ampun atas semua dosa.
Allahummaghfirli dzanbi kullah, diqqahu wa jullah, wa awwalahu wa akhirah, wa 'alaniyatahu wa sirrah. "Ya Allah, ampunilah aku dari segala dosa baik kecil maupun besar, awal maupun akhir, dan dosa yang terang-terangan maupun yang tersembunyi."
2. Kurangnya Kesungguhan dalam Meninggalkan Dosa juga menjadi masalah lainnya. Sering kali, seseorang tidak memiliki niat yang kuat untuk meninggalkan dosa-dosa yang telah dilakukannya. Hal ini menunjukkan keraguan dalam diri mereka untuk benar-benar menjauh dari kebiasaan buruk tersebut. Padahal, yang diperlukan hanyalah niat yang tulus untuk tidak kembali melakukan dosa, tanpa ada maksud untuk mengulangi kesalahan yang sama. Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa jika seseorang tidak merasakan manisnya iman, maka sebaiknya ia memperbanyak taubat dan istighfar. Senada dengan itu, Ibnu Qayyim mengibaratkan dosa sebagai racun, sedangkan taubat adalah penawar atau obat, dan ketaatan merupakan jalan menuju kesehatan dan keselamatan. Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam, meskipun beliau terjaga dari dosa, tetap beristighfar kepada Allah sebanyak 100 kali dalam sehari. Pertanyaannya, bagaimana dengan kita? Wallahu a'lam bi showab.